Follow Us :              

UMKM Perlu Mulai Mengenal Industri Hijau

  24 February 2022  |   09:00:00  |   dibaca : 2316 
Kategori :
Bagikan :


UMKM Perlu Mulai Mengenal Industri Hijau

24 February 2022 | 09:00:00 | dibaca : 2316
Kategori :
Bagikan :

Foto : Rinto (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Rinto (Humas Jateng)

SEMARANG - Pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) perlu mulai memahami ekonomi hijau dalam menjalankan usaha. Selain lebih menjamin kondisi alam tetap terjaga, nilai tambah produk mereka juga akan lebih berdampak bagi kelestarian alam. 

“Produk UMKM yang mengimplementasikan ekonomi hijau, dinilai mempunyai nilai tambah karena ramah lingkungan sehingga bisa membuka akses lebih terhadap pasar,” kata Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen saat menjadi Pembicara Kunci dalam kegiatan Road to Forum Perumusan Analisis dan Rekomendasi Kebijakan (PUSAKA) Jateng 2022 di Rumah Dinas Rinjani, Kamis (24/02/2022) 

Wagub berpandangan Indonesia memiliki potensi yang besar dalam melaksanakan ekonomi hijau. Salah satunya karena faktor kekayaan alamnya yang mendukung. Tetapi, untuk menuju ke sana, memang diperlukan kolaborasi dan sinergi dengan banyak pihak. 

“Ke depan, semua pihak yang ada, baik itu kementerian/ lembaga, pemerintah daerah, pelaku usaha dan industri harus terus bertransformasi menuju ekonomi hijau,” himbaunya. 

Peluang pasar yang besar karena mengedepankan konsep ekonomi hijau dirasakan oleh Sasi Syifaurohmi, pengelola Batik Zie. UMKM Batik Zie dari Kota Semarang ini, sejak 2011 mengedepankan pembuatan batik pewarna alami. Mereka sudah mempunyai pembeli dari Singapura dan Swiss. Menurut Sasi, peluang pasar internasional terbuka lebar, karena preferensi konsumen terhadap produk ramah lingkungan terus meningkat. 

“PR (pekerjaan rumah) kita adalah gimana caranya supaya di Semarang-pun atau di Jawa Tengah-pun mulai aware (menyadari) terhadap batik warna alam. Karena pasarnya itu luar biasa. Apalagi untuk pasar internasional,” bebernya Sasi saat dihubungi via telepon. 

Komitmen usaha Batik Zie untuk mengedepankan ekonomi hijau juga diwujudkan dengan mengurus sertifikasi industri hijau di Kementerian Perindustrian pada tahun ini. Sasi mengaku, prosesnya tidak mudah. Sebab, agar industri batik mendapatkan sertifikat hijau tidak sekadar hanya karena menggunakan pewarna alam. Tetapi, harus memenuhi semua indikator yang disyaratkan. 

“Jadi ternyata perusahaan yang ramah lingkungan, tidak hanya sekedar ramah lingkungan karena ramah alam. Ternyata banyak sekali indikator-indikator yang harus kita penuhi. Entah itu dari segi efektivitas penggunaan sumber daya alam, kemudian penghematan energi dan sebagainya,” urainya. 

Sasi mengaku senang, apabila pihaknya bisa segera mengantongi sertifikat industri hijau. Sertifikat tersebut akan melengkapi sertifikat SNI yang lebih dulu berhasil didapatkan pada tahun 2018 lalu. Berbekal dua sertifikat itu, artinya akan membuat produk Batik Zie semakin mudah diterima pasar internasional.


Bagikan :

SEMARANG - Pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) perlu mulai memahami ekonomi hijau dalam menjalankan usaha. Selain lebih menjamin kondisi alam tetap terjaga, nilai tambah produk mereka juga akan lebih berdampak bagi kelestarian alam. 

“Produk UMKM yang mengimplementasikan ekonomi hijau, dinilai mempunyai nilai tambah karena ramah lingkungan sehingga bisa membuka akses lebih terhadap pasar,” kata Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen saat menjadi Pembicara Kunci dalam kegiatan Road to Forum Perumusan Analisis dan Rekomendasi Kebijakan (PUSAKA) Jateng 2022 di Rumah Dinas Rinjani, Kamis (24/02/2022) 

Wagub berpandangan Indonesia memiliki potensi yang besar dalam melaksanakan ekonomi hijau. Salah satunya karena faktor kekayaan alamnya yang mendukung. Tetapi, untuk menuju ke sana, memang diperlukan kolaborasi dan sinergi dengan banyak pihak. 

“Ke depan, semua pihak yang ada, baik itu kementerian/ lembaga, pemerintah daerah, pelaku usaha dan industri harus terus bertransformasi menuju ekonomi hijau,” himbaunya. 

Peluang pasar yang besar karena mengedepankan konsep ekonomi hijau dirasakan oleh Sasi Syifaurohmi, pengelola Batik Zie. UMKM Batik Zie dari Kota Semarang ini, sejak 2011 mengedepankan pembuatan batik pewarna alami. Mereka sudah mempunyai pembeli dari Singapura dan Swiss. Menurut Sasi, peluang pasar internasional terbuka lebar, karena preferensi konsumen terhadap produk ramah lingkungan terus meningkat. 

“PR (pekerjaan rumah) kita adalah gimana caranya supaya di Semarang-pun atau di Jawa Tengah-pun mulai aware (menyadari) terhadap batik warna alam. Karena pasarnya itu luar biasa. Apalagi untuk pasar internasional,” bebernya Sasi saat dihubungi via telepon. 

Komitmen usaha Batik Zie untuk mengedepankan ekonomi hijau juga diwujudkan dengan mengurus sertifikasi industri hijau di Kementerian Perindustrian pada tahun ini. Sasi mengaku, prosesnya tidak mudah. Sebab, agar industri batik mendapatkan sertifikat hijau tidak sekadar hanya karena menggunakan pewarna alam. Tetapi, harus memenuhi semua indikator yang disyaratkan. 

“Jadi ternyata perusahaan yang ramah lingkungan, tidak hanya sekedar ramah lingkungan karena ramah alam. Ternyata banyak sekali indikator-indikator yang harus kita penuhi. Entah itu dari segi efektivitas penggunaan sumber daya alam, kemudian penghematan energi dan sebagainya,” urainya. 

Sasi mengaku senang, apabila pihaknya bisa segera mengantongi sertifikat industri hijau. Sertifikat tersebut akan melengkapi sertifikat SNI yang lebih dulu berhasil didapatkan pada tahun 2018 lalu. Berbekal dua sertifikat itu, artinya akan membuat produk Batik Zie semakin mudah diterima pasar internasional.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu