Follow Us :              

Waisak, Ganjar: Candi Borobudur Harus Dibuka Seluasnya untuk Ibadah Umat Buddha dari Seluruh Penjuru Dunia

  16 May 2022  |   19:00:00  |   dibaca : 1535 
Kategori :
Bagikan :


Waisak, Ganjar: Candi Borobudur Harus Dibuka Seluasnya untuk Ibadah Umat Buddha dari Seluruh Penjuru Dunia

16 May 2022 | 19:00:00 | dibaca : 1535
Kategori :
Bagikan :

Foto : Slam (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Slam (Humas Jateng)

MAGELANG - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menegaskan, Candi Borobudur tidak hanya dijadikan destinasi wisata saja. Candi terbesar di dunia itu menurutnya, adalah pusat energi yang bisa menarik ratusan juta umat Buddha dari seluruh penjuru dunia. 

Hal ini disampaikan saat memberi sambutan pada acara Dharmasanti malam peringatan Trisuci Waisak di pelataran Candi Borobudur, Senin (16/5). Tepuk tangan langsung bergemuruh dari para tamu undangan yang mayoritas adalah umat Budha. Pidato Ganjar memberikan secercah harapan untuk mewujudkan Borobudur yang tidak hanya sebagai destinasi wisata, tetapi juga destinasi ibadah umat Budha dari seluruh dunia. 

Ganjar bahkan mengaku gagasan ini membuat jiwanya bergetar. Ia membayangkan bagaimana umat Buddha berjalan dari sisi timur candi lalu perlahan menghadap ke Borobudur. Prosesi hikmat ini mengasah kesadaran manusia pada kehidupan spiritual untuk menuju pencerahan. 

"Proses pencerahan jiwa itulah yang berulang kali meyakinkan saya untuk mengatakan, Candi Borobudur harus dibuka seluas-luasnya untuk ibadah umat Buddha dari seluruh penjuru dunia," katanya disambut tepuk tangan riuh dari semua undangan. 

Guna menopang jumlah pengunjung yang akan semakin banyak, baik untuk wisata ataupun ibadah, kawasan Candi Borobudur harus terus dikembangkan. Upaya ini juga sebagai langkah mewujudkan Borobudur sebagai destinasi wisata super prioritas. 

"Tidak hanya di dalam kompleks candi saja, pengembangan komplek luar seperti keberadaan desa-desa wisata, paket-paket wisata sampai beragam atraksi dan juga infrastrukturnya juga kita garap. Dan sekarang sudah mulai dirasakan dampaknya oleh masyarakat," imbuhnya. 

Dalam kesempatan itu juga, Ganjar menyerukan pentingnya persatuan dan kesatuan serta menjaga kedamaian. Menurutnya, sudah ratusan bahkan ribuan tahun lalu, para leluhur sudah mempraktikkan itu. Mereka meninggalkan warisan, bernama Bhineka Tunggal Ika. 

Ganjar menerangkan, spirit hidup damai dalam keberagaman telah menjadi ciri khas leluhur bangsa Indonesia. Berdirinya bermacam candi dalam satu masa, dengan beberapa latar keagamaan jadi bukti nyata. Candi Mendhut, Candi Borobudur, Candi Sewu, Candi Prambanan, Candi Plaosan, Kalasan serta puluhan candi yang lainnya. 

"Jika leluhur kita saja hidup damai dalam keberagaman, alasan apa yang membuat kita untuk saling bertikai dan memperdebat perbedaan? Tidak, bapak ibu, tidak. Kita tidak akan pernah mewariskan permusuhan apalagi perpecahan. Karena Negara Kesatuan Republik Indonesia harus kita pertahankan seribu windu bahkan selamanya," tegasnya disambut tepuk tangan tamu undangan. 

Ganjar juga mengutip pesan Bhante Sri Pannavaro Mahathera, bahwa cinta kasih dan kepedulian sosial adalah perekat keutuhan bangsa dan wujud nyata Bhinneka Tunggal Ika. Penyatuan metta dan karuna itulah yang bakal menyempurnakan laku sebagai manusia. 

"Selamat merayakan Hari Raya Trisuci Waisak 2566 Buddhist Era. Tetaplah mengaktualisasi ajaran luhur Sang Buddha dalam kehidupan sehari-hari, menuju pencerahan sempurna tiada batasnya," ucapnya. 

Malam Dharmasanti Waisak tahun ini selain dihadiri sejumlah menteri. Diantaranya Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Bintang Puspayoga, dan sejumlah tamu undangan lainnya. 

Usai semua prosesi acara malam Dharmasanti Perayaan Trisuci Waisak, ribuan masyarakat baik umat Budha maupun bukan, mengikuti acara penerbangan lampion. Ganjar didampingi istri, Siti Atikoh, juga ikut menerbangkan lampion ke udara. 

"Sudah dua kali saya menerbangkan lampion saat Waisak seperti ini. Mudah-mudahan acara semacam ini bisa berlanjut untuk tahun-tahun berikutnya," pungkasnya.


Bagikan :

MAGELANG - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menegaskan, Candi Borobudur tidak hanya dijadikan destinasi wisata saja. Candi terbesar di dunia itu menurutnya, adalah pusat energi yang bisa menarik ratusan juta umat Buddha dari seluruh penjuru dunia. 

Hal ini disampaikan saat memberi sambutan pada acara Dharmasanti malam peringatan Trisuci Waisak di pelataran Candi Borobudur, Senin (16/5). Tepuk tangan langsung bergemuruh dari para tamu undangan yang mayoritas adalah umat Budha. Pidato Ganjar memberikan secercah harapan untuk mewujudkan Borobudur yang tidak hanya sebagai destinasi wisata, tetapi juga destinasi ibadah umat Budha dari seluruh dunia. 

Ganjar bahkan mengaku gagasan ini membuat jiwanya bergetar. Ia membayangkan bagaimana umat Buddha berjalan dari sisi timur candi lalu perlahan menghadap ke Borobudur. Prosesi hikmat ini mengasah kesadaran manusia pada kehidupan spiritual untuk menuju pencerahan. 

"Proses pencerahan jiwa itulah yang berulang kali meyakinkan saya untuk mengatakan, Candi Borobudur harus dibuka seluas-luasnya untuk ibadah umat Buddha dari seluruh penjuru dunia," katanya disambut tepuk tangan riuh dari semua undangan. 

Guna menopang jumlah pengunjung yang akan semakin banyak, baik untuk wisata ataupun ibadah, kawasan Candi Borobudur harus terus dikembangkan. Upaya ini juga sebagai langkah mewujudkan Borobudur sebagai destinasi wisata super prioritas. 

"Tidak hanya di dalam kompleks candi saja, pengembangan komplek luar seperti keberadaan desa-desa wisata, paket-paket wisata sampai beragam atraksi dan juga infrastrukturnya juga kita garap. Dan sekarang sudah mulai dirasakan dampaknya oleh masyarakat," imbuhnya. 

Dalam kesempatan itu juga, Ganjar menyerukan pentingnya persatuan dan kesatuan serta menjaga kedamaian. Menurutnya, sudah ratusan bahkan ribuan tahun lalu, para leluhur sudah mempraktikkan itu. Mereka meninggalkan warisan, bernama Bhineka Tunggal Ika. 

Ganjar menerangkan, spirit hidup damai dalam keberagaman telah menjadi ciri khas leluhur bangsa Indonesia. Berdirinya bermacam candi dalam satu masa, dengan beberapa latar keagamaan jadi bukti nyata. Candi Mendhut, Candi Borobudur, Candi Sewu, Candi Prambanan, Candi Plaosan, Kalasan serta puluhan candi yang lainnya. 

"Jika leluhur kita saja hidup damai dalam keberagaman, alasan apa yang membuat kita untuk saling bertikai dan memperdebat perbedaan? Tidak, bapak ibu, tidak. Kita tidak akan pernah mewariskan permusuhan apalagi perpecahan. Karena Negara Kesatuan Republik Indonesia harus kita pertahankan seribu windu bahkan selamanya," tegasnya disambut tepuk tangan tamu undangan. 

Ganjar juga mengutip pesan Bhante Sri Pannavaro Mahathera, bahwa cinta kasih dan kepedulian sosial adalah perekat keutuhan bangsa dan wujud nyata Bhinneka Tunggal Ika. Penyatuan metta dan karuna itulah yang bakal menyempurnakan laku sebagai manusia. 

"Selamat merayakan Hari Raya Trisuci Waisak 2566 Buddhist Era. Tetaplah mengaktualisasi ajaran luhur Sang Buddha dalam kehidupan sehari-hari, menuju pencerahan sempurna tiada batasnya," ucapnya. 

Malam Dharmasanti Waisak tahun ini selain dihadiri sejumlah menteri. Diantaranya Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Bintang Puspayoga, dan sejumlah tamu undangan lainnya. 

Usai semua prosesi acara malam Dharmasanti Perayaan Trisuci Waisak, ribuan masyarakat baik umat Budha maupun bukan, mengikuti acara penerbangan lampion. Ganjar didampingi istri, Siti Atikoh, juga ikut menerbangkan lampion ke udara. 

"Sudah dua kali saya menerbangkan lampion saat Waisak seperti ini. Mudah-mudahan acara semacam ini bisa berlanjut untuk tahun-tahun berikutnya," pungkasnya.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu