Follow Us :              

Taj Yasin: Kearifan Lokal Bisa Dipertahankan dan Disesuaikan Untuk Atasi Masalah di Era Globalisasi

  22 June 2022  |   08:00:00  |   dibaca : 649 
Kategori :
Bagikan :


Taj Yasin: Kearifan Lokal Bisa Dipertahankan dan Disesuaikan Untuk Atasi Masalah di Era Globalisasi

22 June 2022 | 08:00:00 | dibaca : 649
Kategori :
Bagikan :

Foto : Bintoro (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Bintoro (Humas Jateng)

SEMARANG - Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen meyakini, kearifan lokal merupakan bagian dari jati diri bangsa Indonesia. Keberadaannya menjadi modal dasar bagi sebuah bangsa untuk hidup di era globalisasi, karena itu harus terus dipertahankan agar tidak lekang dimakan zaman. 

Hal ini disampaikan saat Wagub menjadi pembicara kunci dalam kegiatan Kuliah Kerja Lapangan Online yang diselenggarakan Program Studi Di luar Kampus Utama (PSDKU) Universitas Diponegoro, Rabu (22/06/2022). 
Pada para mahasiswa Wagub juga menuturkan, di era globalisasi pasti terjadi perubahan-perubahan. Meski begitu ia meminta kearifan lokal yang sudah ada, jangan sampai ditinggalkan, cukup  disesuaikan dengan kondisi saat ini. 

Taj Yasin mencontohkan, gerakan Jogo Tonggo untuk mengatasi pandemi Covid - 19 di Jateng, sebenarnyamengadopsi budaya siskamling (Sistem Keamanan Keliling) yang sudah ada. Meskipun pada masa sekarang, budaya siskamling sudah mulai ditinggalkan. 

“Dulu Jateng ada yang namanya siskamling. Ronda. Ronda itu kan saat ini juga sudah dilupakan. Di mana-mana sudah (hampir) tidak ada. Tetapi kemarin itu menjadi pengakuan beberapa negara (soal) ronda itu, tapi dengan nama yang lain, Jogo Tonggo,” bebernya di Rumah Dinas Rinjani. 

Pemerintah Australia dan Denmark, lanjutnya, mengapresiasi langkah Pemerintah Provinsi Jateng yang melakukan penanganan Covid-19 berbasis potensi masyarakat melalui Jogo Tonggo. Program ini mempertimbangkan kearifan lokal dan potensi geografis di masing-masing wilayah. 

“Rasa-rasanya ini sebenarnya bukan kehebatan kita. Kita hanya mengembalikan kebiasaan (leluhur) kita saja. Artinya ada identitas lokal yang perlu kita pertahankan seperti Jogo Tonggo. Tapi Jogo Tonggo kita perbarui karena dulu kalau Jogo Tonggo itu kan kalau ada kebakaran, ada maling, kita ubah,” ucapnya. 

Perubahan itu, kata Wagub, perlu dilakukan untuk menyesuaikan dengan penanganan persoalan yang sedang dialami. Seperti sekarang ini, dalam mengatasi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak, pemerintah memodifikas Jogo Tonggo menjadi Jogo Ternak.


Bagikan :

SEMARANG - Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen meyakini, kearifan lokal merupakan bagian dari jati diri bangsa Indonesia. Keberadaannya menjadi modal dasar bagi sebuah bangsa untuk hidup di era globalisasi, karena itu harus terus dipertahankan agar tidak lekang dimakan zaman. 

Hal ini disampaikan saat Wagub menjadi pembicara kunci dalam kegiatan Kuliah Kerja Lapangan Online yang diselenggarakan Program Studi Di luar Kampus Utama (PSDKU) Universitas Diponegoro, Rabu (22/06/2022). 
Pada para mahasiswa Wagub juga menuturkan, di era globalisasi pasti terjadi perubahan-perubahan. Meski begitu ia meminta kearifan lokal yang sudah ada, jangan sampai ditinggalkan, cukup  disesuaikan dengan kondisi saat ini. 

Taj Yasin mencontohkan, gerakan Jogo Tonggo untuk mengatasi pandemi Covid - 19 di Jateng, sebenarnyamengadopsi budaya siskamling (Sistem Keamanan Keliling) yang sudah ada. Meskipun pada masa sekarang, budaya siskamling sudah mulai ditinggalkan. 

“Dulu Jateng ada yang namanya siskamling. Ronda. Ronda itu kan saat ini juga sudah dilupakan. Di mana-mana sudah (hampir) tidak ada. Tetapi kemarin itu menjadi pengakuan beberapa negara (soal) ronda itu, tapi dengan nama yang lain, Jogo Tonggo,” bebernya di Rumah Dinas Rinjani. 

Pemerintah Australia dan Denmark, lanjutnya, mengapresiasi langkah Pemerintah Provinsi Jateng yang melakukan penanganan Covid-19 berbasis potensi masyarakat melalui Jogo Tonggo. Program ini mempertimbangkan kearifan lokal dan potensi geografis di masing-masing wilayah. 

“Rasa-rasanya ini sebenarnya bukan kehebatan kita. Kita hanya mengembalikan kebiasaan (leluhur) kita saja. Artinya ada identitas lokal yang perlu kita pertahankan seperti Jogo Tonggo. Tapi Jogo Tonggo kita perbarui karena dulu kalau Jogo Tonggo itu kan kalau ada kebakaran, ada maling, kita ubah,” ucapnya. 

Perubahan itu, kata Wagub, perlu dilakukan untuk menyesuaikan dengan penanganan persoalan yang sedang dialami. Seperti sekarang ini, dalam mengatasi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak, pemerintah memodifikas Jogo Tonggo menjadi Jogo Ternak.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu