Follow Us :              

Antisipasi Krisis Pangan, Gubernur Gaungkan Subtitusi Pangan Lokal

  19 October 2022  |   10:00:00  |   dibaca : 1051 
Kategori :
Bagikan :


Antisipasi Krisis Pangan, Gubernur Gaungkan Subtitusi Pangan Lokal

19 October 2022 | 10:00:00 | dibaca : 1051
Kategori :
Bagikan :

Foto : Slam (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Slam (Humas Jateng)

BOYOLALI - Beberapa negara saat ini sudah mulai menghadapi krisis pangan. Guna mengantisipasi ancaman tersebut Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menggaungkan semangat konsumsi pangan lokal di provinsi setempat sebagai substitusi pengganti nasi. 

"Hari ini kita pamerkan pangan lokal dengan satu harapan masyarakat akan makin paham bahwa kita makin kaya (ragam bahan pangan). Di tahun-tahun ke depan potensi kerawanan pangan (mungkin) akan terjadi, maka gerakannya mulai hari ini," terang Gubernur di Festival Pangan Lokal Jawa Tengah di Asrama Haji Donohudan, Boyolali, Rabu (19/10/2022). 

Persiapan ketahanan pangan, menurut Gubernur, perlu dilakukan mulai dari hulu hingga ke hilir. Setiap orang tidak hanya belajar produksi pangan lokal, tapi juga belajar mengolah, sampai membiasakan pangan alternatif atau substitusi atau pengganti. 

Banyak sekali inovasi-inovasi lain dari bahan pangan lokal yang menarik pada pameran tersebut. Ada yang mengolah tepung mocaf menjadi eskrim dan puding, ada juga yang mengolah bahan pangan alternatif lain seperti sorgum dan umbi-umbian dari beragam makanan ringan. Serta terdapat juga peserta yang menampilkan olahan bawang merah menjadi pasta bawang merah. 

Pada Festival Pangan Lokal itu Gubernur bahkan sempat mencicipi spaghetti mocaf yang berbahan dasar tepung singkong. "Tadi inovasi-inovasi masakannya menurut saya luar biasa. Umpama membuat spaghetti dari mocaf. Di tangan chef yang bagus, yang hebat, rasanya persis. Mendekati, ya sekitar 90 persen, teksturnya juga sudah menyerupai seperti tepung (gandum)," ujarnya kagum. 

Menurut Gubernur, bahan pangan lokal selain tidak kalah nikmat, kadungan gizinya juga tinggi. Sehingga bahan pangan ini dinilai tepat untuk membantu mengurangi kasus stunting (kerdil). Bahan pangan lokal alternatif dapat diberikan bagi para ibu hamil serta anak-anak. "Itu pangan lokal ternyata cukup bisa membantu mereka. Kita libatkan tenaga penelitian, perguruan tinggi, petani, pemda, berkolaborasi di kegiatan ini." 

Terkait potensi ancaman krisis pangan yang mulai terjadi di beberapa negara, Gubernur menyayangkan perilaku sebagian orang yang justru boros dengan membuang-buang makanan. Secara nasional, setiap tahun 23-48 juta ton makanan terbuang dan menjadi sampah. Agar tidak memperparah kondisi pangan, untuk itu Gubernur mengajak masyarakat untuk mengambil makanan secukupnya saja. 

"Kalau makan harus ambil secukupnya dan harus habis. Di sana masih banyak orang butuh makan. Jangan boros, secukupnya. Jangan sampai di buang. Itu mengakibatkan kerugian ratusan miliar," ujarnya di depan peserta seminar yang juga dihadiri sekitar 150an pelajar itu. 

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Jawa Tengah Dyah Lukisari mengatakan, potensi pangan lokal di wilayahnya sebenarnya sangat melimpah, seperti singkong, ubi jalar, jagung, talas, dan lainnya. "Potensinya banyak. Yang jadi masalah, konsumsinya masih belum bergerak. Sekarang ini tidak mungkin petani nanam tapi tidak ada yang beli," kata Dyah di lokasi. 

Dyah menilai, upaya yang perlu dilakukan adalah memulai dari hilir yaitu membiasakan lidah masyarakat mengonsumsi bahan pangan alternatif seperti ubi, singkong, dan lainnya. Sehingga setelah permintaan meningkat, petani akan bergairah menanam karena produksinya diambil. 

"Saya coba masuk tidak melalui forum yang biasa, seperti lebih banyak mengundang milenial. Karena milenial segmen paling banyak untuk mengonsumsi pangan lokal," ujarnya.


Bagikan :

BOYOLALI - Beberapa negara saat ini sudah mulai menghadapi krisis pangan. Guna mengantisipasi ancaman tersebut Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menggaungkan semangat konsumsi pangan lokal di provinsi setempat sebagai substitusi pengganti nasi. 

"Hari ini kita pamerkan pangan lokal dengan satu harapan masyarakat akan makin paham bahwa kita makin kaya (ragam bahan pangan). Di tahun-tahun ke depan potensi kerawanan pangan (mungkin) akan terjadi, maka gerakannya mulai hari ini," terang Gubernur di Festival Pangan Lokal Jawa Tengah di Asrama Haji Donohudan, Boyolali, Rabu (19/10/2022). 

Persiapan ketahanan pangan, menurut Gubernur, perlu dilakukan mulai dari hulu hingga ke hilir. Setiap orang tidak hanya belajar produksi pangan lokal, tapi juga belajar mengolah, sampai membiasakan pangan alternatif atau substitusi atau pengganti. 

Banyak sekali inovasi-inovasi lain dari bahan pangan lokal yang menarik pada pameran tersebut. Ada yang mengolah tepung mocaf menjadi eskrim dan puding, ada juga yang mengolah bahan pangan alternatif lain seperti sorgum dan umbi-umbian dari beragam makanan ringan. Serta terdapat juga peserta yang menampilkan olahan bawang merah menjadi pasta bawang merah. 

Pada Festival Pangan Lokal itu Gubernur bahkan sempat mencicipi spaghetti mocaf yang berbahan dasar tepung singkong. "Tadi inovasi-inovasi masakannya menurut saya luar biasa. Umpama membuat spaghetti dari mocaf. Di tangan chef yang bagus, yang hebat, rasanya persis. Mendekati, ya sekitar 90 persen, teksturnya juga sudah menyerupai seperti tepung (gandum)," ujarnya kagum. 

Menurut Gubernur, bahan pangan lokal selain tidak kalah nikmat, kadungan gizinya juga tinggi. Sehingga bahan pangan ini dinilai tepat untuk membantu mengurangi kasus stunting (kerdil). Bahan pangan lokal alternatif dapat diberikan bagi para ibu hamil serta anak-anak. "Itu pangan lokal ternyata cukup bisa membantu mereka. Kita libatkan tenaga penelitian, perguruan tinggi, petani, pemda, berkolaborasi di kegiatan ini." 

Terkait potensi ancaman krisis pangan yang mulai terjadi di beberapa negara, Gubernur menyayangkan perilaku sebagian orang yang justru boros dengan membuang-buang makanan. Secara nasional, setiap tahun 23-48 juta ton makanan terbuang dan menjadi sampah. Agar tidak memperparah kondisi pangan, untuk itu Gubernur mengajak masyarakat untuk mengambil makanan secukupnya saja. 

"Kalau makan harus ambil secukupnya dan harus habis. Di sana masih banyak orang butuh makan. Jangan boros, secukupnya. Jangan sampai di buang. Itu mengakibatkan kerugian ratusan miliar," ujarnya di depan peserta seminar yang juga dihadiri sekitar 150an pelajar itu. 

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Jawa Tengah Dyah Lukisari mengatakan, potensi pangan lokal di wilayahnya sebenarnya sangat melimpah, seperti singkong, ubi jalar, jagung, talas, dan lainnya. "Potensinya banyak. Yang jadi masalah, konsumsinya masih belum bergerak. Sekarang ini tidak mungkin petani nanam tapi tidak ada yang beli," kata Dyah di lokasi. 

Dyah menilai, upaya yang perlu dilakukan adalah memulai dari hilir yaitu membiasakan lidah masyarakat mengonsumsi bahan pangan alternatif seperti ubi, singkong, dan lainnya. Sehingga setelah permintaan meningkat, petani akan bergairah menanam karena produksinya diambil. 

"Saya coba masuk tidak melalui forum yang biasa, seperti lebih banyak mengundang milenial. Karena milenial segmen paling banyak untuk mengonsumsi pangan lokal," ujarnya.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu