Follow Us :              

Optimalkan Riset dan Subsidi Pupuk, Gubernur Amankan Jateng dari Krisis Pangan 2023

  23 October 2022  |   10:00:00  |   dibaca : 801 
Kategori :
Bagikan :


Optimalkan Riset dan Subsidi Pupuk, Gubernur Amankan Jateng dari Krisis Pangan 2023

23 October 2022 | 10:00:00 | dibaca : 801
Kategori :
Bagikan :

Foto : istimewa (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : istimewa (Humas Jateng)

SEMARANG - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo punya tiga strategi dalam menghadapi prediksi ancaman krisis pangan di tahun 2023. Mulai dari subsidi pupuk, pengembangan varietas Kedelai Grobogan hingga kampanye tanami pekarangan. Hal itu disampaikan di rumah dinasnya, Minggu (23/10). 

Saat itu Gubernur menyampaikan bahwa saat ini luasan lahan pekarangan jauh lebih banyak daripada luas lahan pertanian. Maka optimalisasi bisa dilakukan dengan gerakan menanami pekarangan. 

“Sekarang beberapa produk khusus yang dioperasi oleh pusat sampai daerah, khususnya pajale (Padi-Jagung-Kedelai) dan ini kedelainya saja yang masih kurang. Ini mesti kita genjot,” katanya. 

Untuk itu, Gubernur juga mendorong Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) untuk kolaborasi dengan BRIN. Pelibatan lembaga riset lain juga dilakukan untuk melihat produk apa yang sudah bagus di Jawa Tengah. 

“Umpama kedelai, Jawa Tengah punya varietas Grobogan, itu disebut khusus. Kalau itu bisa kita kembangkan maka sebenarnya ini bisa menjadi kontribusi Jawa Tengah soal kedelai,” ujarnya. Di sisi lain, pengembangan kedelai itu perlu diiringi adanya off taker. Pemerintah bisa mengambil peran ini. 

“Pemerintah mesti hadir memberikan insentif kepada petani kedelai. Kalau perlu offtaker-nya kita dari pemerintah. Sehingga petani merasa mendapatkan keuntungan yang wajar, ini yang mesti kita dorong,” tegasnya. 

Strategi selanjutnya adalah dengan subsidi pupuk. Tidak dimungkiri subsidi pupuk jumlahnya terbatas dan secara kuantitas juga kurang, karena itu pemerintah saat ini mengedukasi dan memberikan bantuan pupuk organik sebagai pendamping. 

“Sekarang lagi saya operasi (pasar). Beberapa distributor pengecer untuk kita bisa tahu berapa kuantitasnya dan jangan dipersulit petaninya untuk bisa membeli,” ujarnya. 

Terkait ancaman krisis pangan, Gubernur optimis provinsinya bisa menghadapi ancaman krisis pangan 2023 dengan baik. Keyakinan ini karenan pengembangan pangan alternatif serta optimalisasi produk dalam negeri sudah terus digencarkan. 

“Kita pantau dari potensi-potensi yang kita miliki termasuk kenapa kemarin dengan BI, IPB, kita mengembangkan learning center untuk bawang putih itu dukungan kita,” tandasnya. 

Sebagai informasi, data Dinas Pertanian dan Perkebunan Jawa Tengah tentang produksi pangan strategis (padi, jagung, kedelai (pajale) hanya kedelai yang minus. Sementara komoditi padi dan jagung untuk konsumsi dan pakan ternak melebihi kebutuhan. 

Tercatat realisasi produksi padi hingga September 2022 mencapai 8.238.177 ton. Prediksi tahun 2022  untuk produksi padi bisa mencapai 9.579.069 ton, atau sekitar 5,5 juta ton beras. Pada 2020 produksi beras mencapai 5,43 juta ton. Sedangkan produksi beras di tahun 2021 atau sekitar 5.531.297 ton beras. 

Adapun, untuk produksi jagung hingga September 2022 mencapai 3.047.712 ton. Sementara, produksi kedelai hingga bulan yang sama baru mencapai 47.246 ton. 

Selain itu Dinas Ketahanan Pangan (Dishanpan) Jateng juga mencatat, produksi pangan pokok seperti beras memang mengalami surplus. Data perkiraan yang dikompilasi oleh Dishanpan hingga akhir Desember 2022 menyebut, ketersediaan beras di Jawa Tengah mencapai 10.038.575 ton. Sedangkan kebutuhan konsumsi diperkirakan 3.244.363 ton.


Bagikan :

SEMARANG - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo punya tiga strategi dalam menghadapi prediksi ancaman krisis pangan di tahun 2023. Mulai dari subsidi pupuk, pengembangan varietas Kedelai Grobogan hingga kampanye tanami pekarangan. Hal itu disampaikan di rumah dinasnya, Minggu (23/10). 

Saat itu Gubernur menyampaikan bahwa saat ini luasan lahan pekarangan jauh lebih banyak daripada luas lahan pertanian. Maka optimalisasi bisa dilakukan dengan gerakan menanami pekarangan. 

“Sekarang beberapa produk khusus yang dioperasi oleh pusat sampai daerah, khususnya pajale (Padi-Jagung-Kedelai) dan ini kedelainya saja yang masih kurang. Ini mesti kita genjot,” katanya. 

Untuk itu, Gubernur juga mendorong Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) untuk kolaborasi dengan BRIN. Pelibatan lembaga riset lain juga dilakukan untuk melihat produk apa yang sudah bagus di Jawa Tengah. 

“Umpama kedelai, Jawa Tengah punya varietas Grobogan, itu disebut khusus. Kalau itu bisa kita kembangkan maka sebenarnya ini bisa menjadi kontribusi Jawa Tengah soal kedelai,” ujarnya. Di sisi lain, pengembangan kedelai itu perlu diiringi adanya off taker. Pemerintah bisa mengambil peran ini. 

“Pemerintah mesti hadir memberikan insentif kepada petani kedelai. Kalau perlu offtaker-nya kita dari pemerintah. Sehingga petani merasa mendapatkan keuntungan yang wajar, ini yang mesti kita dorong,” tegasnya. 

Strategi selanjutnya adalah dengan subsidi pupuk. Tidak dimungkiri subsidi pupuk jumlahnya terbatas dan secara kuantitas juga kurang, karena itu pemerintah saat ini mengedukasi dan memberikan bantuan pupuk organik sebagai pendamping. 

“Sekarang lagi saya operasi (pasar). Beberapa distributor pengecer untuk kita bisa tahu berapa kuantitasnya dan jangan dipersulit petaninya untuk bisa membeli,” ujarnya. 

Terkait ancaman krisis pangan, Gubernur optimis provinsinya bisa menghadapi ancaman krisis pangan 2023 dengan baik. Keyakinan ini karenan pengembangan pangan alternatif serta optimalisasi produk dalam negeri sudah terus digencarkan. 

“Kita pantau dari potensi-potensi yang kita miliki termasuk kenapa kemarin dengan BI, IPB, kita mengembangkan learning center untuk bawang putih itu dukungan kita,” tandasnya. 

Sebagai informasi, data Dinas Pertanian dan Perkebunan Jawa Tengah tentang produksi pangan strategis (padi, jagung, kedelai (pajale) hanya kedelai yang minus. Sementara komoditi padi dan jagung untuk konsumsi dan pakan ternak melebihi kebutuhan. 

Tercatat realisasi produksi padi hingga September 2022 mencapai 8.238.177 ton. Prediksi tahun 2022  untuk produksi padi bisa mencapai 9.579.069 ton, atau sekitar 5,5 juta ton beras. Pada 2020 produksi beras mencapai 5,43 juta ton. Sedangkan produksi beras di tahun 2021 atau sekitar 5.531.297 ton beras. 

Adapun, untuk produksi jagung hingga September 2022 mencapai 3.047.712 ton. Sementara, produksi kedelai hingga bulan yang sama baru mencapai 47.246 ton. 

Selain itu Dinas Ketahanan Pangan (Dishanpan) Jateng juga mencatat, produksi pangan pokok seperti beras memang mengalami surplus. Data perkiraan yang dikompilasi oleh Dishanpan hingga akhir Desember 2022 menyebut, ketersediaan beras di Jawa Tengah mencapai 10.038.575 ton. Sedangkan kebutuhan konsumsi diperkirakan 3.244.363 ton.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu