Follow Us :              

Stunting 4 Tahun Terakhir Turun 50%, Gubernur Targetkan Nol Persen di 2024

  20 February 2023  |   15:00:00  |   dibaca : 4288 
Kategori :
Bagikan :


Stunting 4 Tahun Terakhir Turun 50%, Gubernur Targetkan Nol Persen di 2024

20 February 2023 | 15:00:00 | dibaca : 4288
Kategori :
Bagikan :

Foto : Slam (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Slam (Humas Jateng)

SEMARANG - Empat tahun terakhir, angka stunting di Jawa Tengah turun lebih dari 50 persen. Di 2018, angka stunting di Jateng sebesar 24,4 persen dan pada 2022 lalu, hanya tersisa 11,9 persen. Namun capaian itu tidak membuat Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo puas. 

Berdasarkan perhitungan elektronik - Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (ePPGBM), pada 2018 tingkat stunting di Jawa Tengah berada di angka 24,4 persen. Tahun 2019 turun menjadi 18,3 persen, tahun 2020 menjadi 14,5 persen, tahun 2021 menjadi 12,8 persen, dan terakhir pada tahun 2022 turun lagi menjadi 11,9 persen.

“Sebenarnya ini bagian yang mesti kami genjot, karena targetnya Presiden kan cukup tinggi. Maka kalau kemudian penurunan stunting yang cukup bagus itu, kami akan garcep (gerak cepat) agar kami bisa menyelesaikan sesuai dengan target. Tapi saya mau harus melampaui target,” katanya usai acara pelantikan jajaran Komisi Informasi Pusat (KPI) Jawa Tengah periode 2022 - 2026 di Gedung Gradhika Bhakti Praja di Kota Semarang, Senin (20/2/2023).

Salah satu langkah yang ditempuh adalah dengan  melakukan intervensi terhadap 17 kabupaten yang mempunyai angka kasus stunting tinggi, yaitu Banyumas, Banjarnegara, Blora, Brebes, Cilacap, Pemalang, Purbalingga, Purworejo, Rembang, Sragen, Wonogiri, Wonosobo, Demak, Grobogan, Kebumen, Klaten, dan Magelang.

Pada 17 kabupaten tersebut, Ganjar memberikan penanganan special, diantaranya dengan memberikan beras fortifikas. Beras ini telah diperkaya dengan zat gizi mikro tambahan untuk meningkatkan konsumsi zat besi dan asam folat.

“Sekarang beras fortifikasi sudah kita bagi, harapan kami itu menjadi treatment yang ada. Kemarin kenapa saya keliling ke beberapa tempat itu, Alhamdulillah sekarang sudah dievaluasi. Khusus untuk stunting, kami minta berapa yang potensi stunting, yang ada ibu mengandung yang bermasalah, terus kemudian mereka yang gizi buruk, itu jadi satu paket,” terang Gubernur.

Kerja sama dengan stakeholder terkait untuk menangani stunting juga sudah dilakukan, termasuk dengan mahasiswa dan perguruan tinggi.  “Kawan-kawan dari perguruan tinggi kami harapkan bisa mendampingi melalui KKN tematik atau dengan pengabdian masyarakat,” kata Gubernur.


Bagikan :

SEMARANG - Empat tahun terakhir, angka stunting di Jawa Tengah turun lebih dari 50 persen. Di 2018, angka stunting di Jateng sebesar 24,4 persen dan pada 2022 lalu, hanya tersisa 11,9 persen. Namun capaian itu tidak membuat Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo puas. 

Berdasarkan perhitungan elektronik - Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (ePPGBM), pada 2018 tingkat stunting di Jawa Tengah berada di angka 24,4 persen. Tahun 2019 turun menjadi 18,3 persen, tahun 2020 menjadi 14,5 persen, tahun 2021 menjadi 12,8 persen, dan terakhir pada tahun 2022 turun lagi menjadi 11,9 persen.

“Sebenarnya ini bagian yang mesti kami genjot, karena targetnya Presiden kan cukup tinggi. Maka kalau kemudian penurunan stunting yang cukup bagus itu, kami akan garcep (gerak cepat) agar kami bisa menyelesaikan sesuai dengan target. Tapi saya mau harus melampaui target,” katanya usai acara pelantikan jajaran Komisi Informasi Pusat (KPI) Jawa Tengah periode 2022 - 2026 di Gedung Gradhika Bhakti Praja di Kota Semarang, Senin (20/2/2023).

Salah satu langkah yang ditempuh adalah dengan  melakukan intervensi terhadap 17 kabupaten yang mempunyai angka kasus stunting tinggi, yaitu Banyumas, Banjarnegara, Blora, Brebes, Cilacap, Pemalang, Purbalingga, Purworejo, Rembang, Sragen, Wonogiri, Wonosobo, Demak, Grobogan, Kebumen, Klaten, dan Magelang.

Pada 17 kabupaten tersebut, Ganjar memberikan penanganan special, diantaranya dengan memberikan beras fortifikas. Beras ini telah diperkaya dengan zat gizi mikro tambahan untuk meningkatkan konsumsi zat besi dan asam folat.

“Sekarang beras fortifikasi sudah kita bagi, harapan kami itu menjadi treatment yang ada. Kemarin kenapa saya keliling ke beberapa tempat itu, Alhamdulillah sekarang sudah dievaluasi. Khusus untuk stunting, kami minta berapa yang potensi stunting, yang ada ibu mengandung yang bermasalah, terus kemudian mereka yang gizi buruk, itu jadi satu paket,” terang Gubernur.

Kerja sama dengan stakeholder terkait untuk menangani stunting juga sudah dilakukan, termasuk dengan mahasiswa dan perguruan tinggi.  “Kawan-kawan dari perguruan tinggi kami harapkan bisa mendampingi melalui KKN tematik atau dengan pengabdian masyarakat,” kata Gubernur.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu