Foto : Vivi (Humas Jateng)
Foto : Vivi (Humas Jateng)
SEMARANG - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mendorong perluasan ruang berkarya bagi musisi jalanan. Selain kurasi, menurut Gubernur, harus lebih banyak lagi wadah berekspresi bagi para musisi jalanan untuk menunjukkan kreativitasnya kepada publik.
"Ini menarik ya. Satu, musisi jalanan terlibat langsung, bahkan beberapa ikut dalam pembuatan public policy (kebijakan publik). Menurut saya itu sangat bagus. Kedua, Dirjen Kebudayan memberikan fasilitas kurasi. Ruang-ruang seperti ini perlu makin banyak lagi," ujar Gubernur.
Hal itu disampaikan Gubernur, saat menghadiri Pentas Apresiasi Musisi Jalanan "Pengamen Naik Kelas" yang digelar oleh Institut Musisi Jalanan di Taman Budaya Raden Saleh (TBRS), Kota Semarang, Minggu (3/9/2023) malam.
Menurut Gubernur, kurasi dengan pendataan dan sertifikasi harus dilalui oleh musisi jalanan agar bisa naik kelas. Kurasi harus dilakukan dari berbagai sisi, seperti kualitas permainan dan panggung pertunjukan. Harapannya, para musisi dapat menciptakan pertunjukan yag luar biasa, sehingga membuat publik semakin tertarik.
"Mainnya bagus, perform-nya (penampilannya) bagus, sekarang panggungnya juga dikurasi, lighting dan sound-nya. Maka ketika perform itu dilihat, wow. Sekarang itu mau digerakkan terus-menerus," ucap Gubernur.
Selain itu, musisi jalanan yang sudah tersertifikasi dan terkurasi, harus didorong untuk lebih kreatif dengan menciptakan lagu buatan mereka sendiri. Sebab, selama ini musisi jalanan lebih banyak meng-cover lagu-lagu yang sudah terkenal.
"Harapannya, nanti mereka tidak hanya cover lagu, tetapi mereka bisa punya original song, dan kemudian ia tampilkan. Ini akan merangsang kreativitas siapapun, pengamen jalanan, yang tidak jalanan, anak muda, new comer (pendatang baru), dan lain sebagainya semua dilakukan," ungkapnya.
Sejauh ini, sertifikasi musisi jalanan dari Institut Musisi Jalanan (IMJ) yang didukung oleh Dirjen Kebudayan telah mendata banyak musisi. Sekitar 550 musisi jalanan sudah memiliki lisensi atau sertifikat yang sah.
Maka dari itu, ruang ekspresi untuk menampilkan kreativitas itu harus diperbanyak. Gubernur mengusulkan agar dibuat event atau festival. Jika diperlukan, Gubernur ingin ada tempat yang secara berkelanjutan dapat digunakan untuk menampilkan kreativitas mereka.
"Saya usul tadi, ada dong festivalnya. Ada dong tempatnya," ujar Gubernur.
Gubernur menginginkan, karya-karya dari musisi jalanan itu mendapatkan apresiasi yang sesuai. Misalnya, ketika para musisi sudah membuat lirik dan lagu, bahkan sampai terkenal dan diputar di mana-mana, royalti kepada musisi harus diberikan dengan adil.
"Kalau mereka sudah menuliskan lirik lagunya, bagus, terkenal, diputar di bus kota, restoran, hotel atau tempat hiburan, royaltinya dibayar, itu cuma 2 persen kok. Kalau itu terjadi, penegakan hukumnya dilakukan, maka orang akan sangat menghormati seniman beserta karyanya," tandasnya.
Sekretaris Dirjen Kebudayan Kemendikbudristek, Fitra Arda mengatakan, kurasi dan sertifikasi itu sudah dilakukan. Dimulai pada tahun 2017 dengan melibatkan musisi jalanan dalam pembuatan kebijakan publik, yaitu Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
"Kita merancang bagaimana seluruh seniman mendapatkan tempat. Maka, kita kurasi dan sertifikasi mereka. Kita tidak mau teman musisi jalanan ditangkap satpol PP. IMJ itu ruang untuk manajemen talenta, karena kami ingin musisi jalanan menjadi agen perubahan, dan menyadarkan masyarakat bahwa mereka seniman yang menghasilkan karya," katanya.
Dalam kesempatan yang sama, ada peristiwa menarik yang terjadi. Gubernur mendapatkan hadiah sebuah gitar kayu tua dari seorang musisi jalanan. Sebab, musisi itu telah berganti menggunakan angklung dalam menyalurkan kreativitas dan karyanya.
"Ternyata ada pengamen yang sudah berganti alat musik dari gitar ke angklung. Kemudian, itu (gitar) dipersembahkan kepada saya. Gitarnya lumayan tua, jadi pasti ada sejarah yang panjang dari seorang pengamen. Keren," kata Gubernur tentang kenang-kenangan berupa gitar dari musisi jalanan itu.
SEMARANG - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mendorong perluasan ruang berkarya bagi musisi jalanan. Selain kurasi, menurut Gubernur, harus lebih banyak lagi wadah berekspresi bagi para musisi jalanan untuk menunjukkan kreativitasnya kepada publik.
"Ini menarik ya. Satu, musisi jalanan terlibat langsung, bahkan beberapa ikut dalam pembuatan public policy (kebijakan publik). Menurut saya itu sangat bagus. Kedua, Dirjen Kebudayan memberikan fasilitas kurasi. Ruang-ruang seperti ini perlu makin banyak lagi," ujar Gubernur.
Hal itu disampaikan Gubernur, saat menghadiri Pentas Apresiasi Musisi Jalanan "Pengamen Naik Kelas" yang digelar oleh Institut Musisi Jalanan di Taman Budaya Raden Saleh (TBRS), Kota Semarang, Minggu (3/9/2023) malam.
Menurut Gubernur, kurasi dengan pendataan dan sertifikasi harus dilalui oleh musisi jalanan agar bisa naik kelas. Kurasi harus dilakukan dari berbagai sisi, seperti kualitas permainan dan panggung pertunjukan. Harapannya, para musisi dapat menciptakan pertunjukan yag luar biasa, sehingga membuat publik semakin tertarik.
"Mainnya bagus, perform-nya (penampilannya) bagus, sekarang panggungnya juga dikurasi, lighting dan sound-nya. Maka ketika perform itu dilihat, wow. Sekarang itu mau digerakkan terus-menerus," ucap Gubernur.
Selain itu, musisi jalanan yang sudah tersertifikasi dan terkurasi, harus didorong untuk lebih kreatif dengan menciptakan lagu buatan mereka sendiri. Sebab, selama ini musisi jalanan lebih banyak meng-cover lagu-lagu yang sudah terkenal.
"Harapannya, nanti mereka tidak hanya cover lagu, tetapi mereka bisa punya original song, dan kemudian ia tampilkan. Ini akan merangsang kreativitas siapapun, pengamen jalanan, yang tidak jalanan, anak muda, new comer (pendatang baru), dan lain sebagainya semua dilakukan," ungkapnya.
Sejauh ini, sertifikasi musisi jalanan dari Institut Musisi Jalanan (IMJ) yang didukung oleh Dirjen Kebudayan telah mendata banyak musisi. Sekitar 550 musisi jalanan sudah memiliki lisensi atau sertifikat yang sah.
Maka dari itu, ruang ekspresi untuk menampilkan kreativitas itu harus diperbanyak. Gubernur mengusulkan agar dibuat event atau festival. Jika diperlukan, Gubernur ingin ada tempat yang secara berkelanjutan dapat digunakan untuk menampilkan kreativitas mereka.
"Saya usul tadi, ada dong festivalnya. Ada dong tempatnya," ujar Gubernur.
Gubernur menginginkan, karya-karya dari musisi jalanan itu mendapatkan apresiasi yang sesuai. Misalnya, ketika para musisi sudah membuat lirik dan lagu, bahkan sampai terkenal dan diputar di mana-mana, royalti kepada musisi harus diberikan dengan adil.
"Kalau mereka sudah menuliskan lirik lagunya, bagus, terkenal, diputar di bus kota, restoran, hotel atau tempat hiburan, royaltinya dibayar, itu cuma 2 persen kok. Kalau itu terjadi, penegakan hukumnya dilakukan, maka orang akan sangat menghormati seniman beserta karyanya," tandasnya.
Sekretaris Dirjen Kebudayan Kemendikbudristek, Fitra Arda mengatakan, kurasi dan sertifikasi itu sudah dilakukan. Dimulai pada tahun 2017 dengan melibatkan musisi jalanan dalam pembuatan kebijakan publik, yaitu Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
"Kita merancang bagaimana seluruh seniman mendapatkan tempat. Maka, kita kurasi dan sertifikasi mereka. Kita tidak mau teman musisi jalanan ditangkap satpol PP. IMJ itu ruang untuk manajemen talenta, karena kami ingin musisi jalanan menjadi agen perubahan, dan menyadarkan masyarakat bahwa mereka seniman yang menghasilkan karya," katanya.
Dalam kesempatan yang sama, ada peristiwa menarik yang terjadi. Gubernur mendapatkan hadiah sebuah gitar kayu tua dari seorang musisi jalanan. Sebab, musisi itu telah berganti menggunakan angklung dalam menyalurkan kreativitas dan karyanya.
"Ternyata ada pengamen yang sudah berganti alat musik dari gitar ke angklung. Kemudian, itu (gitar) dipersembahkan kepada saya. Gitarnya lumayan tua, jadi pasti ada sejarah yang panjang dari seorang pengamen. Keren," kata Gubernur tentang kenang-kenangan berupa gitar dari musisi jalanan itu.
Berita Terbaru