Foto : Rinto (Humas Jateng)
Foto : Rinto (Humas Jateng)
SEMARANG - Sekretaris Daerah Provinsi Jateng, Sumarno menyampaikan, angka inflasi Jateng secara tahunan maupun bulanan pada September 2024, masih dalam cakupan yang disepakati bersama.
"Termasuk inflasi dari bahan bakar rumah tangga, kita sudah menyesuaikan harga gas LPG. Mudah-mudah dengan kebijakan ketetapan harga bahan bakar rumah tangga, ke depan dampak-dampak dari inflasi menjadi lebih terkendali," katanya.
Pada kesempatan itu, Sekda meminta para pemangku kepentingan untuk terus melakukan pemantauan harga komoditas pemyumbang inflasi maupun deflasi, terutama harga komoditas pangan dan ketersediaan pangan di Jateng.
"Kita (Pemerintah Provinsi Jateng) dengan Kementerian Pertanian juga sedang menggencarkan perluasan areal tanam, karena harus ada upaya untuk meningkatkan produktivitas pangan " ucapnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Provinsi Jawa Tengah mengalami inflasi sebesar 0,05% secara month to month (m-to-m) atau bulanan pada September 2024.
Sementara itu, inflasi Jateng secara year on year (yoy) pada September 2024 terhadap September 2023 sebesar 1,57%. Sedangkan, inflasi tahun kalender atau year to date (Agustus 2024 terhadap Desember 2023) sebesar 0,64%.
"Sebelumnya kita mengalami deflasi berturut-turut, mulai dari Mei hingga Agustus 2024," ujar Kepala BPS Jateng, Endang Tri Wahyuningsih saat merilis Berita Resmi Statistik di Aula Kantor BPS Jateng pada Selasa, 1 Oktober 2024.
Ia menjelaskan, ada lima komoditas dengan andil inflasi terbesar secara m-to-m di Jateng, yaitu bahan bakar rumah tangga (0,08%), kopi bubuk (0,05%), akademi atau perguruan tinggi (0,03%), beras (0,02%), dan minyak goreng (0,01%).
"Kopi bubuk mempunyai andil besar, karena produksi dunia sedang turun, sementara permintaan sangat tinggi," ucap Endang.
Adapun inflasi bahan bakar tertinggi terdapat di Kabupaten Cilacap sebesar 0,10%, Wonogiri sebesar 0,10%, dan Kota Tegal sebanyak 0,11%. Selain itu, komoditas beras meskipun andil inflasinya berkisar 0,01%-0,03%, tetapi angka ini berdampak cukup tinggi pada inflasi Jateng, karena menjadi salah satu komoditas yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat.
Sebaliknya, penyumbang angka deflasi didominasi oleh sejumlah kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Menurutnya, kelompok ini perlu mendapatkan perhatian lebih serius, sebab komoditas dalam kelompok tersebut bisa menjadi penyebab deflasi atau inflasi dikarenakan harganya yang cukup fluktuatif.
Endang menyampaikan, deflasi secara m-to-m pada September 2024 disebabkan oleh penurunan harga cabai rawit dan cabai merah. Hal ini disebabkan oleh panen raya yang membuat stok cabai jumlahnya cukup melimpah. Selain itu, daging ayam ras, telur ayam ras, dan bensin juga turut andil menjadi penyumbang deflasi di Jateng.
SEMARANG - Sekretaris Daerah Provinsi Jateng, Sumarno menyampaikan, angka inflasi Jateng secara tahunan maupun bulanan pada September 2024, masih dalam cakupan yang disepakati bersama.
"Termasuk inflasi dari bahan bakar rumah tangga, kita sudah menyesuaikan harga gas LPG. Mudah-mudah dengan kebijakan ketetapan harga bahan bakar rumah tangga, ke depan dampak-dampak dari inflasi menjadi lebih terkendali," katanya.
Pada kesempatan itu, Sekda meminta para pemangku kepentingan untuk terus melakukan pemantauan harga komoditas pemyumbang inflasi maupun deflasi, terutama harga komoditas pangan dan ketersediaan pangan di Jateng.
"Kita (Pemerintah Provinsi Jateng) dengan Kementerian Pertanian juga sedang menggencarkan perluasan areal tanam, karena harus ada upaya untuk meningkatkan produktivitas pangan " ucapnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Provinsi Jawa Tengah mengalami inflasi sebesar 0,05% secara month to month (m-to-m) atau bulanan pada September 2024.
Sementara itu, inflasi Jateng secara year on year (yoy) pada September 2024 terhadap September 2023 sebesar 1,57%. Sedangkan, inflasi tahun kalender atau year to date (Agustus 2024 terhadap Desember 2023) sebesar 0,64%.
"Sebelumnya kita mengalami deflasi berturut-turut, mulai dari Mei hingga Agustus 2024," ujar Kepala BPS Jateng, Endang Tri Wahyuningsih saat merilis Berita Resmi Statistik di Aula Kantor BPS Jateng pada Selasa, 1 Oktober 2024.
Ia menjelaskan, ada lima komoditas dengan andil inflasi terbesar secara m-to-m di Jateng, yaitu bahan bakar rumah tangga (0,08%), kopi bubuk (0,05%), akademi atau perguruan tinggi (0,03%), beras (0,02%), dan minyak goreng (0,01%).
"Kopi bubuk mempunyai andil besar, karena produksi dunia sedang turun, sementara permintaan sangat tinggi," ucap Endang.
Adapun inflasi bahan bakar tertinggi terdapat di Kabupaten Cilacap sebesar 0,10%, Wonogiri sebesar 0,10%, dan Kota Tegal sebanyak 0,11%. Selain itu, komoditas beras meskipun andil inflasinya berkisar 0,01%-0,03%, tetapi angka ini berdampak cukup tinggi pada inflasi Jateng, karena menjadi salah satu komoditas yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat.
Sebaliknya, penyumbang angka deflasi didominasi oleh sejumlah kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Menurutnya, kelompok ini perlu mendapatkan perhatian lebih serius, sebab komoditas dalam kelompok tersebut bisa menjadi penyebab deflasi atau inflasi dikarenakan harganya yang cukup fluktuatif.
Endang menyampaikan, deflasi secara m-to-m pada September 2024 disebabkan oleh penurunan harga cabai rawit dan cabai merah. Hal ini disebabkan oleh panen raya yang membuat stok cabai jumlahnya cukup melimpah. Selain itu, daging ayam ras, telur ayam ras, dan bensin juga turut andil menjadi penyumbang deflasi di Jateng.
Berita Terbaru