Follow Us :              

17 Peluang Investasi dari Pemprov Jateng

  29 October 2024  |   09:00:00  |   dibaca : 207 
Kategori :
Bagikan :


17 Peluang Investasi dari Pemprov Jateng

29 October 2024 | 09:00:00 | dibaca : 207
Kategori :
Bagikan :

Foto : Ebron (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Ebron (Humas Jateng)

BATANG – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terus berupaya memperluas peluang investasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Hal itu dibuktikan dengan diselenggarakannya Central Java Investment Business Forum (CJIBF), sebagai salah satu bentuk komitmen Jateng dalam mendorong transformasi ekonomi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. 

“Kami menawarkan ada 17 peluang investasi di sektor manufaktur, infrastruktur, agrikultur, energi, dan pariwisata," ucap Pj Gubernur Jateng, Komjen Pol (P) Drs. Nana Sudjana A.S., M.M., dalam kegiatan CJIBF 2024 di Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) pada Selasa, 29 Oktober 2024. 

Guna menunjang masuknya investasi di Jateng, sejumlah fasilitas telah dipersiapkan. Salah satunya keberadaan kawasan industri di Jateng, meliputi Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB), Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kendal, Kawasan Industri Wijayakusuma Kota Semarang, Jatengland Industrial Park Demak, serta Aviarna Industrial Park Kawasan industri baru di Kota Semarang.

"Saat ini memang lebih banyak di wilayah pantura (pantai utara). Ke depan, kami akan mencoba mengembangkan agar para investor berinvestasi di Jawa Tengah bagian selatan," ucap Pj Gubernur.

Pj Gubernur menjelaskan, target investasi Jateng pada tahun 2024 sebesar Rp64,18 triliun. Hingga Triwulan III, target ini telah tercapai sebesar Rp55,11 triliun atau sebanyak 79,64%. Ia optimistis target tersebut dapat terpenuhi, mengingat ada sejumlah investor baru yang mulai masuk ke Jawa Tengah.

"Jateng punya daya saing yang kuat, seperti infrastruktur, tenaga kerja berkualitas, kebijakan proinvestasi yang inovatif, pelayanan perizinan yang mudah, cepat, dan terintegrasi," jelasnya.

Ia mencontohkan, KITB yang belum lama ini diresmikan sudah memiliki 21 investor, bahkan 5 perusahaan sudah mulai beroperasi. Sementara itu, 10 perusahaan masih dalam tahap pembangunan, dan sisanya masih dalam persiapan untuk memulai pembangunan. Belum lagi investasi yang ada di kawasan industri lain di Jawa Tengah.

Pj Gubernur menyampaikan, keberadaan kawasan industri di sejumlah daerah tersebut, tentunya berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Jateng. Selain itu, kawasan industri juga mampu menyerap banyak tenaga kerja, meningkatkan perekonomian warga sekitar, serta mendorong peningkatan target investasi.

Terkait dengan persiapan tenaga kerja siap pakai, Pemprov Jateng terus berupaya meningkatkan pendidikan vokasi dan mengoptimalkan balai latihan kerja di masing-masing kabupaten/kota. 

“Kami juga mendorong bupati/wali kota untuk aktif dalam setiap kegiatan promosi investasi dengan menyediakan fasilitas, kemudahan, dan insentif agar calon investor tertarik menanamkan modalnya," ucap Pj Gubernur.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra menambahkan CBIJF 2024 yang mengusung tema "Enhancing Sustainable Growth Through Green and Circular Economy" (Meningkatkan Pertumbuhan Berkelanjutan Melalui Ekonomi Hijau dan Sirkular) ini dipilih, sebab hal ini sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Jawa Tengah. Dalam rencana itu, Jateng ditetapkan pemerintah pusat sebagai penumpu pangan dan industri nasional. 

"Temanya hampir sama dengan tahun 2022, tentang green energy dan circular economy. Jawa Tengah sebagai penumpu pangan dan industri, jadi keduanya harus seimbang," ucapnya. 

Sebagai informasi, sebanyak 17 Investasi Proyek Siap Ditawarkan (IPRO), yakni Pembangunan Industri Mokaf di Kabupaten Banjarnegara, Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro Banjaran & Logawa di Kabupaten Banyumas, Pembangunan Industri Kelapa Terpadu di Kabupaten Cilacap, Pembangunan Industri Udang Vaname Terpadu di Kabupaten Cilacap, serta Pembangunan Pusat Regional Komoditas Pertanian (PRKP) Sistem Resi Gudang dan Sub Teminal Agribisnis Terintegrasi di Kabupaten Grobogan. 

Kemudian, proyek Pengembangan Wisata Pulau Panjang di Kabupaten Jepara, Pengembangan Kawasan Wisata Agroedupark Tlogowening di Kabupaten Semarang, Transformasi TKL Ecopark di Kota Magelang, Pengolahan Limbah B3 Medis di Kota Tegal, Pengolahan Garam Industri di Kabupaten Jepara, Pengolahan Sampah menjadi RDF di Kabupaten Grobogan, serta Pengembangan Kawasan Khusus Perikanan Terpadu di Kabupaten Cilacap sebagai wilayah Blue Economy Indonesia.

Selanjutnya, ada proyek Pembangunan Rumah Sakit Berbasis Green Hospital di Kabupaten Semarang, Pembangkit Listrik Tenaga Geothermal Candi Umbul Telomoyo-Geo Dipa Energy, Geothermal dan Pengambilan Mineral-Geo Dipa Energy, Pengolahan Sampah menjadi RDF (Refuse-Derived-Fuel) di Kabupaten Banyumas, serta Industri Pengolahan Udang Terpadu di Kabupaten Kebumen.


Bagikan :

BATANG – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terus berupaya memperluas peluang investasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Hal itu dibuktikan dengan diselenggarakannya Central Java Investment Business Forum (CJIBF), sebagai salah satu bentuk komitmen Jateng dalam mendorong transformasi ekonomi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. 

“Kami menawarkan ada 17 peluang investasi di sektor manufaktur, infrastruktur, agrikultur, energi, dan pariwisata," ucap Pj Gubernur Jateng, Komjen Pol (P) Drs. Nana Sudjana A.S., M.M., dalam kegiatan CJIBF 2024 di Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) pada Selasa, 29 Oktober 2024. 

Guna menunjang masuknya investasi di Jateng, sejumlah fasilitas telah dipersiapkan. Salah satunya keberadaan kawasan industri di Jateng, meliputi Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB), Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kendal, Kawasan Industri Wijayakusuma Kota Semarang, Jatengland Industrial Park Demak, serta Aviarna Industrial Park Kawasan industri baru di Kota Semarang.

"Saat ini memang lebih banyak di wilayah pantura (pantai utara). Ke depan, kami akan mencoba mengembangkan agar para investor berinvestasi di Jawa Tengah bagian selatan," ucap Pj Gubernur.

Pj Gubernur menjelaskan, target investasi Jateng pada tahun 2024 sebesar Rp64,18 triliun. Hingga Triwulan III, target ini telah tercapai sebesar Rp55,11 triliun atau sebanyak 79,64%. Ia optimistis target tersebut dapat terpenuhi, mengingat ada sejumlah investor baru yang mulai masuk ke Jawa Tengah.

"Jateng punya daya saing yang kuat, seperti infrastruktur, tenaga kerja berkualitas, kebijakan proinvestasi yang inovatif, pelayanan perizinan yang mudah, cepat, dan terintegrasi," jelasnya.

Ia mencontohkan, KITB yang belum lama ini diresmikan sudah memiliki 21 investor, bahkan 5 perusahaan sudah mulai beroperasi. Sementara itu, 10 perusahaan masih dalam tahap pembangunan, dan sisanya masih dalam persiapan untuk memulai pembangunan. Belum lagi investasi yang ada di kawasan industri lain di Jawa Tengah.

Pj Gubernur menyampaikan, keberadaan kawasan industri di sejumlah daerah tersebut, tentunya berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Jateng. Selain itu, kawasan industri juga mampu menyerap banyak tenaga kerja, meningkatkan perekonomian warga sekitar, serta mendorong peningkatan target investasi.

Terkait dengan persiapan tenaga kerja siap pakai, Pemprov Jateng terus berupaya meningkatkan pendidikan vokasi dan mengoptimalkan balai latihan kerja di masing-masing kabupaten/kota. 

“Kami juga mendorong bupati/wali kota untuk aktif dalam setiap kegiatan promosi investasi dengan menyediakan fasilitas, kemudahan, dan insentif agar calon investor tertarik menanamkan modalnya," ucap Pj Gubernur.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra menambahkan CBIJF 2024 yang mengusung tema "Enhancing Sustainable Growth Through Green and Circular Economy" (Meningkatkan Pertumbuhan Berkelanjutan Melalui Ekonomi Hijau dan Sirkular) ini dipilih, sebab hal ini sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Jawa Tengah. Dalam rencana itu, Jateng ditetapkan pemerintah pusat sebagai penumpu pangan dan industri nasional. 

"Temanya hampir sama dengan tahun 2022, tentang green energy dan circular economy. Jawa Tengah sebagai penumpu pangan dan industri, jadi keduanya harus seimbang," ucapnya. 

Sebagai informasi, sebanyak 17 Investasi Proyek Siap Ditawarkan (IPRO), yakni Pembangunan Industri Mokaf di Kabupaten Banjarnegara, Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro Banjaran & Logawa di Kabupaten Banyumas, Pembangunan Industri Kelapa Terpadu di Kabupaten Cilacap, Pembangunan Industri Udang Vaname Terpadu di Kabupaten Cilacap, serta Pembangunan Pusat Regional Komoditas Pertanian (PRKP) Sistem Resi Gudang dan Sub Teminal Agribisnis Terintegrasi di Kabupaten Grobogan. 

Kemudian, proyek Pengembangan Wisata Pulau Panjang di Kabupaten Jepara, Pengembangan Kawasan Wisata Agroedupark Tlogowening di Kabupaten Semarang, Transformasi TKL Ecopark di Kota Magelang, Pengolahan Limbah B3 Medis di Kota Tegal, Pengolahan Garam Industri di Kabupaten Jepara, Pengolahan Sampah menjadi RDF di Kabupaten Grobogan, serta Pengembangan Kawasan Khusus Perikanan Terpadu di Kabupaten Cilacap sebagai wilayah Blue Economy Indonesia.

Selanjutnya, ada proyek Pembangunan Rumah Sakit Berbasis Green Hospital di Kabupaten Semarang, Pembangkit Listrik Tenaga Geothermal Candi Umbul Telomoyo-Geo Dipa Energy, Geothermal dan Pengambilan Mineral-Geo Dipa Energy, Pengolahan Sampah menjadi RDF (Refuse-Derived-Fuel) di Kabupaten Banyumas, serta Industri Pengolahan Udang Terpadu di Kabupaten Kebumen.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu