Follow Us :              

36 Museum Meriahkan Pameran Nasional Kain Nusantara 2025, Pemprov Jateng Targetkan 6.000 Pengunjung

  09 May 2025  |   08:00:00  |   dibaca : 8 
Kategori :
Bagikan :


36 Museum Meriahkan Pameran Nasional Kain Nusantara 2025, Pemprov Jateng Targetkan 6.000 Pengunjung

09 May 2025 | 08:00:00 | dibaca : 8
Kategori :
Bagikan :

Foto : Ebron (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Ebron (Humas Jateng)

SEMARANG – Sebanyak 36 museum memamerkan setidaknya 130 koleksi kain tradisional dari berbagai daerah di Indonesia, dalam Pameran Nasional Kain Tradisional Nusantara 2025 di Museum Ranggawarsita, Kota Semarang pada tanggal 8-12 Mei 2025.

Pameran nasional yang mengangkat tema ‘Rupa Warna Wastra Nusantara’ ini dibuka langsung oleh Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, didampingi Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, pada Jumat, 9 Mei 2025.

Pameran ini diselenggarakan bukan hanya sekadar untuk memperkenalkan kain tradisional, tetapi juga sebagai upaya promosi, edukasi, dan pelestarian budaya bagi masyarakat.

Dalam kesempatan itu, Wagub menyampaikan, Indonesia memiliki kekayaan kain yang sangat beragam. Di Pulau Jawa contohnya, kain batik sudah sangat dikenal hingga mancanegara. Bahkan, diakui sebagai Intengible Cultural Heritage (Warisan Budaya Tak Benda) oleh United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) sejak tahun 2009. 

Selain batik, tentunya masih banyak ragam kain yang perlu diperhatikan dan dilestarikan, seperti goyor, lurik, dan troso.

“Syukur-syukur kalau bisa mendapat paten sebagai milik negara kita," harapnya.

Tak hanya itu, keindahan kain nusantara juga perlu sentuhan desainer untuk memberikan nilai tambah, sehingga dapat menarik minat pasar yang lebih luas dan mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif. 

Pemprov Jateng sendiri senantiasa berupaya melestarikan kain tradisional. Salah satunya dengan menerapkan regulasi bagi seluruh ASN untuk mengenakan pakaian tradisional di hari Kamis.

"(Sementara) pada hari Selasa, kita di Pemprov menggunakan lurik," ujarnya.

Selain di tingkat provinsi, pemerintah kabupaten/kota juga menerapkan aturan serupa, seperti di Kabupaten Rembang, yang menerbitkan aturan agar semua ASN mengenakan batik tulis Laseman. Upaya tersebut menjadi komitmen pemerintah daerah dalam menghargai seni dan tradisi yang bernilai tinggi.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah, Sadimin, menambahkan, pameran di Museum Ranggawarsita diikuti 36 museum yang ada di Indonesia. Harapannya, pameran ini menjadi wahana untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan melalui kolaborasi antarmuseum.

Dalam gelaran Pameran Nasional Kain Tradisional Nusantara 2025, Pemprov Jateng menargetkan sebanyak 6 ribu orang pengunjung datang ke acara tersebut.

Ada sejumlah agenda yang digelar untuk memeriahkan pameran kain tersebut, antara lain workshop membatik, malam sarasehan museum di Lawang Sewu, seminar tata kelola museum di Akpol, panggung ekspresi seni, serta expo dan fashion show dari SMK tata busana se-Jawa Tengah. 

Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, dalam sambutan pembukaannya mengatakan, pameran ini sangat penting untuk menghimpun berbagai kekayaan dan keberagaman Wastra atau kain tradisional yang memiliki makna dan simbol tersendiri yang mengacu pada dimensi warna, ukuran, dan bahan, di Nusantara. Dalam lawatannya ke berbagai negara, ia mengakui Indonesia adalah negara yang paling kaya budaya dan keragaman. 

Saat ini, pemerintah sudah menetapkan 2.213 Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) di Indonesia, dari potensinya yang mencapai 50 ribu. 

Pemerintah mengupayakan bisa menambah lagi sampai 500 WBTB. Ia membeberkan, ada beberapa inskripsi warisan budaya yang saat ini sudah ditetapkan oleh UNESCO, antara lain gamelan, keris, noken, batik, jamu, kebaya, angklung, dan perahu pinisi. 

"Dari yang diakui UNESCO, ada tiga Wastra yaitu batik, noken, dan kebaya. Ini modal yang sangat penting dan bisa menciptakan potensi yang besar dalam perekonomian," katanya.


Bagikan :

SEMARANG – Sebanyak 36 museum memamerkan setidaknya 130 koleksi kain tradisional dari berbagai daerah di Indonesia, dalam Pameran Nasional Kain Tradisional Nusantara 2025 di Museum Ranggawarsita, Kota Semarang pada tanggal 8-12 Mei 2025.

Pameran nasional yang mengangkat tema ‘Rupa Warna Wastra Nusantara’ ini dibuka langsung oleh Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, didampingi Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, pada Jumat, 9 Mei 2025.

Pameran ini diselenggarakan bukan hanya sekadar untuk memperkenalkan kain tradisional, tetapi juga sebagai upaya promosi, edukasi, dan pelestarian budaya bagi masyarakat.

Dalam kesempatan itu, Wagub menyampaikan, Indonesia memiliki kekayaan kain yang sangat beragam. Di Pulau Jawa contohnya, kain batik sudah sangat dikenal hingga mancanegara. Bahkan, diakui sebagai Intengible Cultural Heritage (Warisan Budaya Tak Benda) oleh United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) sejak tahun 2009. 

Selain batik, tentunya masih banyak ragam kain yang perlu diperhatikan dan dilestarikan, seperti goyor, lurik, dan troso.

“Syukur-syukur kalau bisa mendapat paten sebagai milik negara kita," harapnya.

Tak hanya itu, keindahan kain nusantara juga perlu sentuhan desainer untuk memberikan nilai tambah, sehingga dapat menarik minat pasar yang lebih luas dan mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif. 

Pemprov Jateng sendiri senantiasa berupaya melestarikan kain tradisional. Salah satunya dengan menerapkan regulasi bagi seluruh ASN untuk mengenakan pakaian tradisional di hari Kamis.

"(Sementara) pada hari Selasa, kita di Pemprov menggunakan lurik," ujarnya.

Selain di tingkat provinsi, pemerintah kabupaten/kota juga menerapkan aturan serupa, seperti di Kabupaten Rembang, yang menerbitkan aturan agar semua ASN mengenakan batik tulis Laseman. Upaya tersebut menjadi komitmen pemerintah daerah dalam menghargai seni dan tradisi yang bernilai tinggi.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah, Sadimin, menambahkan, pameran di Museum Ranggawarsita diikuti 36 museum yang ada di Indonesia. Harapannya, pameran ini menjadi wahana untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan melalui kolaborasi antarmuseum.

Dalam gelaran Pameran Nasional Kain Tradisional Nusantara 2025, Pemprov Jateng menargetkan sebanyak 6 ribu orang pengunjung datang ke acara tersebut.

Ada sejumlah agenda yang digelar untuk memeriahkan pameran kain tersebut, antara lain workshop membatik, malam sarasehan museum di Lawang Sewu, seminar tata kelola museum di Akpol, panggung ekspresi seni, serta expo dan fashion show dari SMK tata busana se-Jawa Tengah. 

Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, dalam sambutan pembukaannya mengatakan, pameran ini sangat penting untuk menghimpun berbagai kekayaan dan keberagaman Wastra atau kain tradisional yang memiliki makna dan simbol tersendiri yang mengacu pada dimensi warna, ukuran, dan bahan, di Nusantara. Dalam lawatannya ke berbagai negara, ia mengakui Indonesia adalah negara yang paling kaya budaya dan keragaman. 

Saat ini, pemerintah sudah menetapkan 2.213 Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) di Indonesia, dari potensinya yang mencapai 50 ribu. 

Pemerintah mengupayakan bisa menambah lagi sampai 500 WBTB. Ia membeberkan, ada beberapa inskripsi warisan budaya yang saat ini sudah ditetapkan oleh UNESCO, antara lain gamelan, keris, noken, batik, jamu, kebaya, angklung, dan perahu pinisi. 

"Dari yang diakui UNESCO, ada tiga Wastra yaitu batik, noken, dan kebaya. Ini modal yang sangat penting dan bisa menciptakan potensi yang besar dalam perekonomian," katanya.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu