Foto : Fajar (Humas Jateng)
Foto : Fajar (Humas Jateng)
KEBUMEN — Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah, Sumarno, meminta semua pihak bersama-sama menjaga kelestarian alam, salah satunya yang ada di Kawasan Geopark Kebumen.
Hal itu disampaikan dalam acara pembukaan Geofest International Conference 2025 yang digelar di Pendopo Kebumian, Kabupaten Kebumen pada Rabu, 9 Juli 2025 malam.
Acara tersebut dihadiri oleh peserta dari berbagai negara, termasuk para pakar geopark dari Malaysia, Korea Selatan, dan Thailand.
“Kami mengucapkan selamat kepada Kabupaten Kebumen, atas pengesahan Kawasan Geopark (Kebumen) dari UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization), Ini bukan hanya kebanggaan, tetapi juga tanggung jawab,” ucap Sekda.
Sebagai informasi, Geopark Kebumen yang dijuluki sebagai ‘The Mother Earth of Java’ merupakan wilayah yang diakui sebagai UNESCO Global Geopark (UGGp). Wilayah geopark ini, meliputi 22 kecamatan yang terdiri dari 374 desa.
Geopark Kebumen memiliki keanekaragaman serta warisan geologi, budaya, kerajinan, dan ekonomi yang melimpah. Beberapa situs yang ada di lokasi tersebut, antara lain Geosite Watukelir, Gunung Parang, dan Cangkring; situs budaya Benteng Van der Wijck Gombong; Goa Jatijajar; Hutan Mangrove Ayah, Pantai Menganti; Pemandian Air Panas Krakal; Galeri Geopark di Dinas Perpustakaan; Museum Gerabah di Kutowinangun; konservasi tukik di Kaliratu; Pabrik Genteng Sokka; dan kerajinan anyaman daun pandan di Karanganyar.
Pada kesempatan itu, Sekda menegaskan, pengesahan status Geopark Kebumen bukan semata-mata untuk meningkatkan prestise atau gengsi. Melainkan sebuah komitmen untuk menjaga kelestarian lingkungan dan pembangunan yang berkelanjutan.
Menurutnya, banyak pembangunan di sejumlah tempat yang justru merusak lingkungan sekitar. Padahal, memulihkan alam membutuhkan waktu yang cukup lama. Maka dari itu, Sekda berharap, tidak ada pembangunan di kawasan geopark yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan .
“Oleh karenanya, geopark menjadi harapan kita. Ia bisa menjadi model pengelolaan lingkungan berkelanjutan,” ujarnya.
Harapannya, pelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di kawasan geopark bisa berjalan beriringan. Begitu pula, pemberdayaan masyarakat yang harus dilakukan tanpa merusak lingkungan.
KEBUMEN — Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah, Sumarno, meminta semua pihak bersama-sama menjaga kelestarian alam, salah satunya yang ada di Kawasan Geopark Kebumen.
Hal itu disampaikan dalam acara pembukaan Geofest International Conference 2025 yang digelar di Pendopo Kebumian, Kabupaten Kebumen pada Rabu, 9 Juli 2025 malam.
Acara tersebut dihadiri oleh peserta dari berbagai negara, termasuk para pakar geopark dari Malaysia, Korea Selatan, dan Thailand.
“Kami mengucapkan selamat kepada Kabupaten Kebumen, atas pengesahan Kawasan Geopark (Kebumen) dari UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization), Ini bukan hanya kebanggaan, tetapi juga tanggung jawab,” ucap Sekda.
Sebagai informasi, Geopark Kebumen yang dijuluki sebagai ‘The Mother Earth of Java’ merupakan wilayah yang diakui sebagai UNESCO Global Geopark (UGGp). Wilayah geopark ini, meliputi 22 kecamatan yang terdiri dari 374 desa.
Geopark Kebumen memiliki keanekaragaman serta warisan geologi, budaya, kerajinan, dan ekonomi yang melimpah. Beberapa situs yang ada di lokasi tersebut, antara lain Geosite Watukelir, Gunung Parang, dan Cangkring; situs budaya Benteng Van der Wijck Gombong; Goa Jatijajar; Hutan Mangrove Ayah, Pantai Menganti; Pemandian Air Panas Krakal; Galeri Geopark di Dinas Perpustakaan; Museum Gerabah di Kutowinangun; konservasi tukik di Kaliratu; Pabrik Genteng Sokka; dan kerajinan anyaman daun pandan di Karanganyar.
Pada kesempatan itu, Sekda menegaskan, pengesahan status Geopark Kebumen bukan semata-mata untuk meningkatkan prestise atau gengsi. Melainkan sebuah komitmen untuk menjaga kelestarian lingkungan dan pembangunan yang berkelanjutan.
Menurutnya, banyak pembangunan di sejumlah tempat yang justru merusak lingkungan sekitar. Padahal, memulihkan alam membutuhkan waktu yang cukup lama. Maka dari itu, Sekda berharap, tidak ada pembangunan di kawasan geopark yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan .
“Oleh karenanya, geopark menjadi harapan kita. Ia bisa menjadi model pengelolaan lingkungan berkelanjutan,” ujarnya.
Harapannya, pelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di kawasan geopark bisa berjalan beriringan. Begitu pula, pemberdayaan masyarakat yang harus dilakukan tanpa merusak lingkungan.
Berita Terbaru