Follow Us :              

Pemprov Jateng Berkomitmen Perkuat Industri Tenun Lurik Tradisional

  09 July 2025  |   10:00:00  |   dibaca : 12 
Kategori :
Bagikan :


Pemprov Jateng Berkomitmen Perkuat Industri Tenun Lurik Tradisional

09 July 2025 | 10:00:00 | dibaca : 12
Kategori :
Bagikan :

Foto : Sigit (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Sigit (Humas Jateng)

KLATEN - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah berkomitmen untuk memperkuat industri kain tenun tradisional yang ada di wilayahnya. Salah satunya, industri kain tenun lurik yang ada di Central Tenun Lurik di Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten.

Hal itu disampaikan oleh Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, saat mendampingi kunjungan kerja Wakil Presiden, Gibran Rakabuming Raka, di Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten pada Rabu, 9 Juli 2025.

Wagub mengatakan, lurik selama ini sudah dikenal sebagai ciri khas produk perajin tenun tradisional di Klaten. Sacara turun-temurun, banyak warga di daerah tersebut mewarisi budaya menenun lurik. Sayangnya, saat ini jumlah perajinnya mulai berkurang, karena generasi muda banyak yang memilih untuk melakukan pekerjaan lain. 

"Ini sudah empat generasi, lurik ini harus kita back up, kita kuatkan, sehingga masyarakat mau kembali mencintai lurik tersebut dan regenerasinya cepat," katanya.

Ia menyampaikan, tradisi menenun lurik merupakan bagian dari budaya masyarakat setempat. Oleh karena itu, penguatan industri ini perlu dilakukan sebagai bagian dari upaya pelestarian budaya. 

Selama ini, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terus berupaya memberikan perhatian penuh kepada para perajin tenun, termasuk lurik. Salah satunya dengan menerapkan pakaian lurik sebagai seragam dinas yang harus digunakan setiap hari Selasa di lingkungan Pemprov Jateng. Selain itu, pakaian adat juga dikenakan setiap hari Kamis, di mana sebagian besar pegawai memakai pakaian dari kain lurik tersebut.

Wagub berharap, penguatan industri tenun lurik bisa membuat produknya semakin dikenal dan dicintai masyarakat. Selain itu, upaya ini juga dilakukan untuk melestarikan budaya turun-temurun memenun lurik. 

Dengan begitu, tantangan terkait regenerasi perajin akan terjawab dengan sendirinya, karena kebutuhan kain lurik meningkat di pasaran.

"Regenerasi perajin tinggal kita perkuat saja, kalau luriknya kuat, pemasarannya baik, serapannya bagus, maka mereka (generasi muda di daerah sentra produksi lurik) akan kembali ke lurik lagi," ujarnya. 

Wagub juga mendorong para desainer busana untuk merancang pakaian untuk acara formal dan nonformal dengan bahan lurik. Hal ini bertujuan agar penggunaan lurik bisa dikenakan dalam berbagai kegiatan dan acara, bahkan siapa pun dari usia muda hingga dewasa bisa memakainya.

Pada kesempatan itu, Wakil Presiden, Gibran Rakabuming Raka, juga menyoroti tenun lurik tradisional yang dihasilkan oleh para perajin lurik menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM). Menurutnya, produk tenun lurik yang dihasilkan motifnya bagus-bagus, bahkan bisa digunakan untuk kegiatan nonformal. 

"Kita apresiasi, karena proses pembuatannya yang rumit, mulai dari pewarnaan benang sampai akhirnya menjadi kain atau pakaian," katanya.

Meskipun sudah ada banyak tenun lurik dengan motif yang beragam, Wapres ingin perajin tenun lurik tradisional bisa lebih kreatif. Maka dari itu, harus ada dorongan dan kerja sama dengan para desainer muda agar motif lurik bisa lebih menarik dan bermacam-macam. Tak hanya itu, branding produk, seperti logo dan pengemasan pun harus ditingkatkan untuk menarik para pembeli.

"Tadi sudah bagus untuk e-commerce-nya (toko online). Nanti coba kita carikan guru untuk branding-nya. Perajin juga harus sering-sering ikut event nasional maupun internasional, terus buatkan juga dengan backstory-nya (latar belakang). Ke depan kalau bisa koperasi merah putih juga harus mengakomodir lurik," katanya saat berdialog dengan para perajin.


Bagikan :

KLATEN - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah berkomitmen untuk memperkuat industri kain tenun tradisional yang ada di wilayahnya. Salah satunya, industri kain tenun lurik yang ada di Central Tenun Lurik di Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten.

Hal itu disampaikan oleh Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, saat mendampingi kunjungan kerja Wakil Presiden, Gibran Rakabuming Raka, di Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten pada Rabu, 9 Juli 2025.

Wagub mengatakan, lurik selama ini sudah dikenal sebagai ciri khas produk perajin tenun tradisional di Klaten. Sacara turun-temurun, banyak warga di daerah tersebut mewarisi budaya menenun lurik. Sayangnya, saat ini jumlah perajinnya mulai berkurang, karena generasi muda banyak yang memilih untuk melakukan pekerjaan lain. 

"Ini sudah empat generasi, lurik ini harus kita back up, kita kuatkan, sehingga masyarakat mau kembali mencintai lurik tersebut dan regenerasinya cepat," katanya.

Ia menyampaikan, tradisi menenun lurik merupakan bagian dari budaya masyarakat setempat. Oleh karena itu, penguatan industri ini perlu dilakukan sebagai bagian dari upaya pelestarian budaya. 

Selama ini, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terus berupaya memberikan perhatian penuh kepada para perajin tenun, termasuk lurik. Salah satunya dengan menerapkan pakaian lurik sebagai seragam dinas yang harus digunakan setiap hari Selasa di lingkungan Pemprov Jateng. Selain itu, pakaian adat juga dikenakan setiap hari Kamis, di mana sebagian besar pegawai memakai pakaian dari kain lurik tersebut.

Wagub berharap, penguatan industri tenun lurik bisa membuat produknya semakin dikenal dan dicintai masyarakat. Selain itu, upaya ini juga dilakukan untuk melestarikan budaya turun-temurun memenun lurik. 

Dengan begitu, tantangan terkait regenerasi perajin akan terjawab dengan sendirinya, karena kebutuhan kain lurik meningkat di pasaran.

"Regenerasi perajin tinggal kita perkuat saja, kalau luriknya kuat, pemasarannya baik, serapannya bagus, maka mereka (generasi muda di daerah sentra produksi lurik) akan kembali ke lurik lagi," ujarnya. 

Wagub juga mendorong para desainer busana untuk merancang pakaian untuk acara formal dan nonformal dengan bahan lurik. Hal ini bertujuan agar penggunaan lurik bisa dikenakan dalam berbagai kegiatan dan acara, bahkan siapa pun dari usia muda hingga dewasa bisa memakainya.

Pada kesempatan itu, Wakil Presiden, Gibran Rakabuming Raka, juga menyoroti tenun lurik tradisional yang dihasilkan oleh para perajin lurik menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM). Menurutnya, produk tenun lurik yang dihasilkan motifnya bagus-bagus, bahkan bisa digunakan untuk kegiatan nonformal. 

"Kita apresiasi, karena proses pembuatannya yang rumit, mulai dari pewarnaan benang sampai akhirnya menjadi kain atau pakaian," katanya.

Meskipun sudah ada banyak tenun lurik dengan motif yang beragam, Wapres ingin perajin tenun lurik tradisional bisa lebih kreatif. Maka dari itu, harus ada dorongan dan kerja sama dengan para desainer muda agar motif lurik bisa lebih menarik dan bermacam-macam. Tak hanya itu, branding produk, seperti logo dan pengemasan pun harus ditingkatkan untuk menarik para pembeli.

"Tadi sudah bagus untuk e-commerce-nya (toko online). Nanti coba kita carikan guru untuk branding-nya. Perajin juga harus sering-sering ikut event nasional maupun internasional, terus buatkan juga dengan backstory-nya (latar belakang). Ke depan kalau bisa koperasi merah putih juga harus mengakomodir lurik," katanya saat berdialog dengan para perajin.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu