Follow Us :              

Menguatkan Pendidikan, Memajukan Kebudayaan

  02 May 2018  |   08:00:00  |   dibaca : 306 
Kategori :
Bagikan :


Menguatkan Pendidikan, Memajukan Kebudayaan

02 May 2018 | 08:00:00 | dibaca : 306
Kategori :
Bagikan :

Foto : (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : (Humas Jateng)

BANJARNEGARA - Pendidikan dan kebudayaan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, sedangkan kebudayaan nasional merupakan akar pendidikan nasional. 

Fakta itu disampaikan oleh Plt Gubernur Jawa Tengah Drs H Heru Sudjatmoko MSi saat menjadi inspektur Upacara Peringatan Hari Pendidikan Nasional 2018 bertemakan "Menguatkan Pendidikan, Memajukan Kebudayaan" di Alun-Alun Banjarnegara, Rabu (2/5).

"Marilah kita jadikan peringatan hari ini sebagai momentum untuk merenungkan hubungan erat antara pendidikan dan kebudayaan, sebagaimana tercermin dalam ajaran, pemikiran dan praktik pendidikan yang dilakukan oleh Ki Hajar Dewantara. Kita yakin bahwa kebudayaan yang maju akan membuat pendidikan kita kuat," jelasnya saat membacakan pidato Menteri Pendidikan Dr Muhajir Effendy MAP.

Mantan Bupati Purbalingga itu menegaskan, Indonesia dikenal sebagai negeri yang memiliki begitu banyak kekayaan budaya. Pemerintah dan segenap elemen masyarakat pun senantiasa berupaya untuk melestarikan dan mengembangkan budaya negeri.

"Kita terus menggali kekayaan budaya Indonesia, melestarikan, dan mengembangkannya demi mewujudkan Indonesia yang benar-benar adikuasa di bidang kebudayaan," tegasnya.

Heru menambahkan, pemerintah juga serius membangun infrastruktur, khususnya di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) agar anak-anak yang tinggal di sana tetap dapat menikmati layanan pendidikan dan kebudayaan. Jalan-jalan baru yang layak dan memadai mampu membuka akses wilayah Indonesia 3T. Sehingga mereka terbebas dari isolasi dan saling terhubung. Pembangunan infrastruktur tersebut terus dilakukan sebagai upaya untuk mendukung peningkatan daya saing SDM di Indonesia tanpa terkecuali.

"Pemerintah telah bekerja tak kenal lelah serta membangun dan memperkuat infrastruktur yang dapat menjadi sebuah pengikat pendidikan dan kebudayaan dalam ikatan ke-Indonesiaan. Pada tahun-tahun mendatang, pemerintah akan memberikan prioritas pembangunan infrastruktur pada daerah-daerah terdepan, terluar dan tertinggal agar wilayah-wilayah tersebut terintegrasi ke dalam layanan  pendidikan dan kebudayaan," lanjutnya.

Tak hanya meningkatkan infrastruktur di daerah 3T, pemerintah juga memperkuat pendidikan karakter dan literasi bagi masyarakat, khususnya generasi muda. Pasalnya, salah satu tantangan untuk meningkatkan daya saing SDM adalah gejala tergerusnya ketajaman akal budi dan kekukuhan mentalitas manusia.  Misalnya, gejala melemahnya mentalitas anak-anak akibat terpapar dan terdampak maraknya simpul informasi dari media sosial. 

Ikhtiar pemerintah untuk memperkuat pendidikan karakter dan literasi selaras dengan amanat Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang mengamanatkan gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari gerakan revolusi mental.

"Untuk menghadapi tantangan tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejak awal telah meneguhkan pentingnya penguatan pendidikan karakter dan literasi selain ikhtiar mencerdaskan bangsa. Penguatan karakter dan literasi warga negara merupakan hal penting yang menjadi ruh dalam kinerja pendidikan dan kebudayaan yang memerlukan keterlibatan semua komponen bangsa sebagaimana Ki Hajar Dewantara menempatkan hal ini dalam tri pusat pendidikan yaitu sekolah, rumah dan masyarakat," imbuhnya.

Saat ini, masyarakat Indonesia juga dihadapkan dengan tantangan eksternal, seperti revolusi industri 4.0 yang mengubah banyak sendi kehidupan. Tantangan eksternal tersebut harus disikapi secara cepat dan tepat dengan menerapkan cara-cara baru yang strategis. Dunia pendidikan dan kebudayaan pun harus mampu dinamis menghadapi tantangan itu.

"Cara-cara baru perlu diciptakan dan dimanfaatkan. Reformasi sekolah, peningkatan kapasitas dan profesionalisme guru, kurikulum yang hidup dan dinamis, sarana dan prasarana yang handal serta teknologi pembelajaran yang mutakhir menjadi keniscayaan pendidikan kita," pungkasnya.

(Arifa/Puji/Humas Jateng)

 

Baca Juga : Gubernur Jadi Inspektur Upacara Peringatan Hardiknas di Grobogan


Bagikan :

BANJARNEGARA - Pendidikan dan kebudayaan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, sedangkan kebudayaan nasional merupakan akar pendidikan nasional. 

Fakta itu disampaikan oleh Plt Gubernur Jawa Tengah Drs H Heru Sudjatmoko MSi saat menjadi inspektur Upacara Peringatan Hari Pendidikan Nasional 2018 bertemakan "Menguatkan Pendidikan, Memajukan Kebudayaan" di Alun-Alun Banjarnegara, Rabu (2/5).

"Marilah kita jadikan peringatan hari ini sebagai momentum untuk merenungkan hubungan erat antara pendidikan dan kebudayaan, sebagaimana tercermin dalam ajaran, pemikiran dan praktik pendidikan yang dilakukan oleh Ki Hajar Dewantara. Kita yakin bahwa kebudayaan yang maju akan membuat pendidikan kita kuat," jelasnya saat membacakan pidato Menteri Pendidikan Dr Muhajir Effendy MAP.

Mantan Bupati Purbalingga itu menegaskan, Indonesia dikenal sebagai negeri yang memiliki begitu banyak kekayaan budaya. Pemerintah dan segenap elemen masyarakat pun senantiasa berupaya untuk melestarikan dan mengembangkan budaya negeri.

"Kita terus menggali kekayaan budaya Indonesia, melestarikan, dan mengembangkannya demi mewujudkan Indonesia yang benar-benar adikuasa di bidang kebudayaan," tegasnya.

Heru menambahkan, pemerintah juga serius membangun infrastruktur, khususnya di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) agar anak-anak yang tinggal di sana tetap dapat menikmati layanan pendidikan dan kebudayaan. Jalan-jalan baru yang layak dan memadai mampu membuka akses wilayah Indonesia 3T. Sehingga mereka terbebas dari isolasi dan saling terhubung. Pembangunan infrastruktur tersebut terus dilakukan sebagai upaya untuk mendukung peningkatan daya saing SDM di Indonesia tanpa terkecuali.

"Pemerintah telah bekerja tak kenal lelah serta membangun dan memperkuat infrastruktur yang dapat menjadi sebuah pengikat pendidikan dan kebudayaan dalam ikatan ke-Indonesiaan. Pada tahun-tahun mendatang, pemerintah akan memberikan prioritas pembangunan infrastruktur pada daerah-daerah terdepan, terluar dan tertinggal agar wilayah-wilayah tersebut terintegrasi ke dalam layanan  pendidikan dan kebudayaan," lanjutnya.

Tak hanya meningkatkan infrastruktur di daerah 3T, pemerintah juga memperkuat pendidikan karakter dan literasi bagi masyarakat, khususnya generasi muda. Pasalnya, salah satu tantangan untuk meningkatkan daya saing SDM adalah gejala tergerusnya ketajaman akal budi dan kekukuhan mentalitas manusia.  Misalnya, gejala melemahnya mentalitas anak-anak akibat terpapar dan terdampak maraknya simpul informasi dari media sosial. 

Ikhtiar pemerintah untuk memperkuat pendidikan karakter dan literasi selaras dengan amanat Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang mengamanatkan gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari gerakan revolusi mental.

"Untuk menghadapi tantangan tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejak awal telah meneguhkan pentingnya penguatan pendidikan karakter dan literasi selain ikhtiar mencerdaskan bangsa. Penguatan karakter dan literasi warga negara merupakan hal penting yang menjadi ruh dalam kinerja pendidikan dan kebudayaan yang memerlukan keterlibatan semua komponen bangsa sebagaimana Ki Hajar Dewantara menempatkan hal ini dalam tri pusat pendidikan yaitu sekolah, rumah dan masyarakat," imbuhnya.

Saat ini, masyarakat Indonesia juga dihadapkan dengan tantangan eksternal, seperti revolusi industri 4.0 yang mengubah banyak sendi kehidupan. Tantangan eksternal tersebut harus disikapi secara cepat dan tepat dengan menerapkan cara-cara baru yang strategis. Dunia pendidikan dan kebudayaan pun harus mampu dinamis menghadapi tantangan itu.

"Cara-cara baru perlu diciptakan dan dimanfaatkan. Reformasi sekolah, peningkatan kapasitas dan profesionalisme guru, kurikulum yang hidup dan dinamis, sarana dan prasarana yang handal serta teknologi pembelajaran yang mutakhir menjadi keniscayaan pendidikan kita," pungkasnya.

(Arifa/Puji/Humas Jateng)

 

Baca Juga : Gubernur Jadi Inspektur Upacara Peringatan Hardiknas di Grobogan


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu