Follow Us :              

Ganjar Yakin Teknologi Organik Mampu Majukan Pertanian Jateng

  01 August 2018  |   10:00:00  |   dibaca : 922 
Kategori :
Bagikan :


Ganjar Yakin Teknologi Organik Mampu Majukan Pertanian Jateng

01 August 2018 | 10:00:00 | dibaca : 922
Kategori :
Bagikan :

Foto : (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : (Humas Jateng)

KARANGANYAR – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berharap adanya pembangunan pertanian pangan yang berkelanjutan di Jawa Tengah. Terjaga komposisi tanahnya hingga kualitas produk baik dari sisi keamanan pangan serta pasokannya. Hal itu disampaikan saat Ganjarg4th mengunjungi pusat pelatihan Organization for Industrial, Spiritual and Cultural Advancement (OISCA) di Karangpandan, Kabupaten Karanganyar, Rabu (1/8/2018).

Pembangunan pertanian itu antara lain dengan mengurangi pupuk kimia dan lebih mengedepankan pupuk organik. Ini diharapkan bisa diterapkan oleh petani di Jawa Tengah. Seperti halnya yang telah dilakukan oleh OISCA dengan menggunakan pupuk organik. 

Pada kunjungan itu Ganjar berkesempatan melihat melon organik di dalam screen house OISCA. Dia mengagumi kualitas hasil buah berpupuk organik yang tak jauh berbeda dengan pupuk kimia, bahkan menurutnya lebih baik. "Kualitas e apik (pupuk organik), ora penyakiten," ujar Ganjar. 

Orang nomor satu di Jawa Tengah itu berujar ingin bertukar teknologi pertanian dengan OISCA Jepang. “Jawa Tengah memiliki learning center di Soropadan, fasilitasnya lebih bagus, tapi teknologinya itu yang kami ingin berbagi. Harapan kita akan saling mengisi dan nantinya mendapatkan kesempurnaan," terangnya. 

Ia berharap pertukaran teknologi itu nantinya bisa diujicobakan secara lanjut dan dicatat dengan detail. Sehingga nanti saat para petani yang ikut pelatihan sudah menyebar di seluruh Indonesia, masih bisa tercatat dengan lengkap komoditas, kualitas hingga jumlah produksinya.  

Hal itu ungkapnya bisa dijadikan basis data yang memang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia. Bagi dia, data berguna bagi pemerintah dalam melakukan pengawasan dan pengontrolan pertanian.

Warga asli Karanganyar itu ingin berkompetisi tanaman pangan kelas dunia. Sebab menurutnya hasil pertanian terutama tanaman pangan dengan kualitas tinggi itu sangat bias diusahakan dan diproduksi, sehingga nantinya Jawa Tengah memiliki produk pertanian yang berkualitas tinggi. 

"Jepang sudah siap jadi offtaker-nya (produk pertanian Jateng). Bahkan dari beberapa produk di Soropadan (Temanggung) itu sudah diekspor ke Singapura. Harapan kita, petaninya nanti dapat hasil yang baik," tambahnya.

Pada kunjungan itu Ganjar disambut Direktur OISCA TC Karanganyar, Mulyono Herlambang di ruang Yae Nogei Hall. Pada kesempatan itu Mulyono mengatakan ada beberapa program yang dilakukan organisasinya, antara lain program pelatihan pertanian reguler. 

"Lama pendidikan 9 bulan secara asrama. Kegiatan praktek 85 persen, teori 15 persen. Setelah selesai, harapan kami, mereka pulang kampung halaman mengembangkan ilmunya," kata Mulyono. 

Dia pun membeberkan sejumlah hasil dari para alumni OISCA. Salah satunya adalah penghijauan lahan bakau 2.500 hektar, untuk mengantisipasi abrasi Pulau Jawa. "Mulai dari Jawa Tengah sampai Madura. Itu sejumlah proyek alumni kami," ujarnya.

(Rita/Puji/Humas Jateng)

 

Baca juga : Jateng Menuju 'Leading Sector' Pertanian Indonesia


Bagikan :

KARANGANYAR – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berharap adanya pembangunan pertanian pangan yang berkelanjutan di Jawa Tengah. Terjaga komposisi tanahnya hingga kualitas produk baik dari sisi keamanan pangan serta pasokannya. Hal itu disampaikan saat Ganjarg4th mengunjungi pusat pelatihan Organization for Industrial, Spiritual and Cultural Advancement (OISCA) di Karangpandan, Kabupaten Karanganyar, Rabu (1/8/2018).

Pembangunan pertanian itu antara lain dengan mengurangi pupuk kimia dan lebih mengedepankan pupuk organik. Ini diharapkan bisa diterapkan oleh petani di Jawa Tengah. Seperti halnya yang telah dilakukan oleh OISCA dengan menggunakan pupuk organik. 

Pada kunjungan itu Ganjar berkesempatan melihat melon organik di dalam screen house OISCA. Dia mengagumi kualitas hasil buah berpupuk organik yang tak jauh berbeda dengan pupuk kimia, bahkan menurutnya lebih baik. "Kualitas e apik (pupuk organik), ora penyakiten," ujar Ganjar. 

Orang nomor satu di Jawa Tengah itu berujar ingin bertukar teknologi pertanian dengan OISCA Jepang. “Jawa Tengah memiliki learning center di Soropadan, fasilitasnya lebih bagus, tapi teknologinya itu yang kami ingin berbagi. Harapan kita akan saling mengisi dan nantinya mendapatkan kesempurnaan," terangnya. 

Ia berharap pertukaran teknologi itu nantinya bisa diujicobakan secara lanjut dan dicatat dengan detail. Sehingga nanti saat para petani yang ikut pelatihan sudah menyebar di seluruh Indonesia, masih bisa tercatat dengan lengkap komoditas, kualitas hingga jumlah produksinya.  

Hal itu ungkapnya bisa dijadikan basis data yang memang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia. Bagi dia, data berguna bagi pemerintah dalam melakukan pengawasan dan pengontrolan pertanian.

Warga asli Karanganyar itu ingin berkompetisi tanaman pangan kelas dunia. Sebab menurutnya hasil pertanian terutama tanaman pangan dengan kualitas tinggi itu sangat bias diusahakan dan diproduksi, sehingga nantinya Jawa Tengah memiliki produk pertanian yang berkualitas tinggi. 

"Jepang sudah siap jadi offtaker-nya (produk pertanian Jateng). Bahkan dari beberapa produk di Soropadan (Temanggung) itu sudah diekspor ke Singapura. Harapan kita, petaninya nanti dapat hasil yang baik," tambahnya.

Pada kunjungan itu Ganjar disambut Direktur OISCA TC Karanganyar, Mulyono Herlambang di ruang Yae Nogei Hall. Pada kesempatan itu Mulyono mengatakan ada beberapa program yang dilakukan organisasinya, antara lain program pelatihan pertanian reguler. 

"Lama pendidikan 9 bulan secara asrama. Kegiatan praktek 85 persen, teori 15 persen. Setelah selesai, harapan kami, mereka pulang kampung halaman mengembangkan ilmunya," kata Mulyono. 

Dia pun membeberkan sejumlah hasil dari para alumni OISCA. Salah satunya adalah penghijauan lahan bakau 2.500 hektar, untuk mengantisipasi abrasi Pulau Jawa. "Mulai dari Jawa Tengah sampai Madura. Itu sejumlah proyek alumni kami," ujarnya.

(Rita/Puji/Humas Jateng)

 

Baca juga : Jateng Menuju 'Leading Sector' Pertanian Indonesia


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu