Follow Us :              

Ganjar Makin Optimis Magelang Jadi 'Bali' Baru di Indonesia

  04 November 2018  |   11:00:00  |   dibaca : 709 
Kategori :
Bagikan :


Ganjar Makin Optimis Magelang Jadi 'Bali' Baru di Indonesia

04 November 2018 | 11:00:00 | dibaca : 709
Kategori :
Bagikan :

Foto : Handy (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Handy (Humas Jateng)

MAGELANG - Pemandangan ala pedesaan yang indah dan asri menjadi teman para peserta Tour de Borobudur XVIII 2018 saat menjelajah rute Jogjakarta menuju Magelang, Minggu (4/11/2018). Hamparan sawah yang hijau disertai sungai dan pegunungan membuat para peserta semakin bersemangat menggowes sepeda masing-masing.


Sepanjang rute sekitar 45 kilometer tersebut, para peserta termasuk Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo beserta istri Siti Atikoh dan Direktur Bank BTN, Maryono berhenti di tiga titik pemberhentian untuk beristirahat. Titik-titik pemberhentian tersebut berada di pedesaan yang asri.


Aneka makanan tradisional seperti pisang rebus, ubi rebus, kacang rebus, klepon dan lain sebagainya menjadi santapan para peserta. Selain makanan tradisional, budaya serta kerajinan masyarakat juga disuguhkan.


Seperti saat berhenti di Desa Wisata Klipoh, Karanganyar, Kecamatan Borobudur, Magelang, peserta disuguhi aksi para warga desa yang membuat kerajinan gerabah. Cara membuat kerajinan gerabah yang tradisional itu membuat para peserta kagum termasuk Gubernur Jateng. Ia bahkan menyempatkan diri untuk ngevlog proses pembuatan gerabah itu.


"Melihat kondisi ini, saya sangat optimis Magelang khususnya kawasan Borobudur ini akan bisa menjadi Bali baru di Indonesia. Potensinya luar biasa yang bisa dijual kepada wisatawan mancanegara," kata Ganjar.


Kawasan Candi Borobudur lanjut dia memiliki banyak keunggulan dibanding tempat wisata lain di Indonesia. Selain memiliki situs bangunan bersejarah yakni Candi Borobudur, kawasan itu juga dikelilingi pemandangan alam yan indah.


"Pengembangan kawasan ini tidak hanya akan difokuskan ke Candi Borobudurnya, namun kawasan yang ada di sekitarnya. Bagaimana menggerakkan ekonomi masyarakat dengan Candi Borobudur sebagai magnetnya," terang Ganjar.


Saat ini lanjut Ganjar, kawasan wisata Candi Borobudur sudah mulai tertata. Sejumlah daerah sudah bergeliat dengan menawarkan pariwisata dan kerajinan. Sarana pendukung seperti homestay juga sudah tersedia.


"Yang menarik ada kerajinan gerabah, ada pertunjukan seni tradisional. Jadi wisatawan akan mendapat pengalaman wisata lain daripada yang lain. Jalan ke desa yang asri, bertemu masyarakat yang ramah-ramah, membuat gerabah dan jalan-jalan melihat Candi Borobudur. Tentu liburannya akan semakin berwarna-warni," terangnya.


Dengan potensi itu, tidak hanya menciptakan Bali baru, namun dirinya juga optimis bisa menyaingi Bali. "Sangat bisa, tinggal sekarang bagaimana mendorong masyarakat agar terus bergerak dan bersiap menyambut wisatawan. Kemampuan bahasa asing masyarakat harus ditingkatkan, cara melayani wisatawan, kualitas produk dan sebagainya. Sementara kami dari pemerintah akan terus mempromosikan kawasan Candi Borobudur kepada masyarakat mancanegara dengan membuat event-event internasional," tutupnya.


Sementara itu, Kepala Desa Karanganyar, Muhammad Catur Windarmoko mengatakan, di dusun Klipoh mayoritas masyarakatnya menjadi perajin gerabah. Dengan perkembangan Borobudur saat ini, perekonomian masyarakat semakin meningkat karena kunjungan wisatawan.


"Kalau dulu masyarakat membuat gerabah untuk dijual ke pasar, sekarang justru pembelinya yang datang ke rumah. Bahkan mereka khususnya wisatawan asing ikut belajar membuat gerabahnya dan menginap di rumah-rumah warga, jadi usaha lain seperti homestay, kuliner dan lainnya juga tumbuh," terangnya.


Dirinya mengaku sangat mendukung program Pemprov Jateng menjadikan kawasan Borobudur sebagai Bali baru di Indonesia. "Tentu kami sangat mendukung, pasti akan semakin meningkatkan kesejahteraan warga saya," pungkasnya.
(Bowo/Puji/Humas Jateng)

 

Baca juga : Lepas Peserta Tour de Borobudur 2018, Ganjar Pamerkan Tol Semarang - Batang


Bagikan :

MAGELANG - Pemandangan ala pedesaan yang indah dan asri menjadi teman para peserta Tour de Borobudur XVIII 2018 saat menjelajah rute Jogjakarta menuju Magelang, Minggu (4/11/2018). Hamparan sawah yang hijau disertai sungai dan pegunungan membuat para peserta semakin bersemangat menggowes sepeda masing-masing.


Sepanjang rute sekitar 45 kilometer tersebut, para peserta termasuk Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo beserta istri Siti Atikoh dan Direktur Bank BTN, Maryono berhenti di tiga titik pemberhentian untuk beristirahat. Titik-titik pemberhentian tersebut berada di pedesaan yang asri.


Aneka makanan tradisional seperti pisang rebus, ubi rebus, kacang rebus, klepon dan lain sebagainya menjadi santapan para peserta. Selain makanan tradisional, budaya serta kerajinan masyarakat juga disuguhkan.


Seperti saat berhenti di Desa Wisata Klipoh, Karanganyar, Kecamatan Borobudur, Magelang, peserta disuguhi aksi para warga desa yang membuat kerajinan gerabah. Cara membuat kerajinan gerabah yang tradisional itu membuat para peserta kagum termasuk Gubernur Jateng. Ia bahkan menyempatkan diri untuk ngevlog proses pembuatan gerabah itu.


"Melihat kondisi ini, saya sangat optimis Magelang khususnya kawasan Borobudur ini akan bisa menjadi Bali baru di Indonesia. Potensinya luar biasa yang bisa dijual kepada wisatawan mancanegara," kata Ganjar.


Kawasan Candi Borobudur lanjut dia memiliki banyak keunggulan dibanding tempat wisata lain di Indonesia. Selain memiliki situs bangunan bersejarah yakni Candi Borobudur, kawasan itu juga dikelilingi pemandangan alam yan indah.


"Pengembangan kawasan ini tidak hanya akan difokuskan ke Candi Borobudurnya, namun kawasan yang ada di sekitarnya. Bagaimana menggerakkan ekonomi masyarakat dengan Candi Borobudur sebagai magnetnya," terang Ganjar.


Saat ini lanjut Ganjar, kawasan wisata Candi Borobudur sudah mulai tertata. Sejumlah daerah sudah bergeliat dengan menawarkan pariwisata dan kerajinan. Sarana pendukung seperti homestay juga sudah tersedia.


"Yang menarik ada kerajinan gerabah, ada pertunjukan seni tradisional. Jadi wisatawan akan mendapat pengalaman wisata lain daripada yang lain. Jalan ke desa yang asri, bertemu masyarakat yang ramah-ramah, membuat gerabah dan jalan-jalan melihat Candi Borobudur. Tentu liburannya akan semakin berwarna-warni," terangnya.


Dengan potensi itu, tidak hanya menciptakan Bali baru, namun dirinya juga optimis bisa menyaingi Bali. "Sangat bisa, tinggal sekarang bagaimana mendorong masyarakat agar terus bergerak dan bersiap menyambut wisatawan. Kemampuan bahasa asing masyarakat harus ditingkatkan, cara melayani wisatawan, kualitas produk dan sebagainya. Sementara kami dari pemerintah akan terus mempromosikan kawasan Candi Borobudur kepada masyarakat mancanegara dengan membuat event-event internasional," tutupnya.


Sementara itu, Kepala Desa Karanganyar, Muhammad Catur Windarmoko mengatakan, di dusun Klipoh mayoritas masyarakatnya menjadi perajin gerabah. Dengan perkembangan Borobudur saat ini, perekonomian masyarakat semakin meningkat karena kunjungan wisatawan.


"Kalau dulu masyarakat membuat gerabah untuk dijual ke pasar, sekarang justru pembelinya yang datang ke rumah. Bahkan mereka khususnya wisatawan asing ikut belajar membuat gerabahnya dan menginap di rumah-rumah warga, jadi usaha lain seperti homestay, kuliner dan lainnya juga tumbuh," terangnya.


Dirinya mengaku sangat mendukung program Pemprov Jateng menjadikan kawasan Borobudur sebagai Bali baru di Indonesia. "Tentu kami sangat mendukung, pasti akan semakin meningkatkan kesejahteraan warga saya," pungkasnya.
(Bowo/Puji/Humas Jateng)

 

Baca juga : Lepas Peserta Tour de Borobudur 2018, Ganjar Pamerkan Tol Semarang - Batang


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu