Follow Us :              

Bersinergi Lindungi Kawasan Pesisir

  26 December 2018  |   09:00:00  |   dibaca : 159 
Kategori :
Bagikan :


Bersinergi Lindungi Kawasan Pesisir

26 December 2018 | 09:00:00 | dibaca : 159
Kategori :
Bagikan :

Foto : Ebron (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Ebron (Humas Jateng)

SEMARANG - Keberadaan hutan  mangrove atau bakau di kawasan pesisir sangat penting. Baik menyangkut aspek ekonomi, sosial, maupun ekologis dan lingkungan. Karenanya pemerintah bersama elemen masyarakat bersinergi guna melindungi ekosistem laut.

"Kebijakan dan program prioritas terus digalakkan melalui upaya-upaya pelestarian lingkungan. Prioritasnya Jateng ijo royo-royo baik di darat maupun di laut," ujar Sekretaris Daerah Provinsi Jateng Dr Ir Sri Puryono KS MP usai memberi sambutan pada Seminar Nasional bertajuk "Mangrove For Nature Sustainability and Human Life" di Kantor Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Jawa Tengah, Rabu (26/12/2018).

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah menyusun berbagai konsep dan kebijakan guna melindungi kawasan pesisir yang terbentang di 13 kabupaten dan kota di Jateng. Antara lain menyusun rencana zonasi magrove dan regulasi berupa penerbitan Perda No 2 Tahun 2017 mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan.

Apabila regulasi tentang mangrove sudah bergulir maka penanganan kawasan pesisir akan lebih baik. Terlebih menyangkut rencana tata ruang, sehingga siapapun tidak seenaknya mengubah tata ruang yang strategis menjadi tata ruang  untuk kawasan industri atau kepentingan lainnya.

"Seperti di Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang, masyarakat menerapkan Peraturan Desa tentang Mangrove. Jadi kalau ada orang yang menebang mangrove diumumkan dan penebang mendapatkan sanksi dengan menanam jenis tanaman yang sama dengan jumlah tertentu atau didenda," jelasnya.

Sekda yang juga merupakan mantan kepala Dinas Kehutanan Jateng dalam paparannya menjelaskan beragam manfaat tanaman yang hidup di air payau tersebut. Antara lain manfaat ekonomi, karena batang tanaman penahan gelombang laut ini menghasilkan kayu. Kemudian kulit batang untuk pewarna kain alami, buah mangrove sebagai bahan baku obat, kosmetik, serta aneka olahan makanan. 

Selain itu aspek sosial menggerakkan berbagai elemen masyarakat bergotong-royong menanam kawasan pesisir. Sedangkan fungsi lingkungan sebagai penahan alami abrasi, erosi, pengendali ombak, serta memiliki peran besar sebagai penyerap dan penyimpan karbon.

"Beragam manfaat hutan mangrove ini harus disosialisasikan kepada masyarakat, terutama yang bermukim di kawasan pesisir. Memberikan edukasi mengenai fungsi mangrove, karena tidak sedikit masyarakat yang menganggap mangrove menjadi pengganggu produktivitas hasil tambak," paparnya.

Kepala DLHK Jawa Tengah, Sugeng Riyanto mengatakan sebagian wilayah Jateng merupakan kawasan pesisir karena diapit Pantai Utara dan Selatan, sehingga keberadaan hutan mangrove harus mendapat perhatian. Salah satunya menggerakkan berbagai elemen masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungan laut dan pesisir.

"Tujuan dari kegiatan ini yakni membangun pola pikir, pengetahuan, pemahaman, serta kesadaran masyarakat dan semua pihak untuk menjaga ekosistem laut demi kehidupan yang lebih baik," bebernya.
(Marni/Puji/Humas Jateng)

 

Baca juga : Dewi Mangrove Sari, Dari Musibah Jadi Berkah


Bagikan :

SEMARANG - Keberadaan hutan  mangrove atau bakau di kawasan pesisir sangat penting. Baik menyangkut aspek ekonomi, sosial, maupun ekologis dan lingkungan. Karenanya pemerintah bersama elemen masyarakat bersinergi guna melindungi ekosistem laut.

"Kebijakan dan program prioritas terus digalakkan melalui upaya-upaya pelestarian lingkungan. Prioritasnya Jateng ijo royo-royo baik di darat maupun di laut," ujar Sekretaris Daerah Provinsi Jateng Dr Ir Sri Puryono KS MP usai memberi sambutan pada Seminar Nasional bertajuk "Mangrove For Nature Sustainability and Human Life" di Kantor Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Jawa Tengah, Rabu (26/12/2018).

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah menyusun berbagai konsep dan kebijakan guna melindungi kawasan pesisir yang terbentang di 13 kabupaten dan kota di Jateng. Antara lain menyusun rencana zonasi magrove dan regulasi berupa penerbitan Perda No 2 Tahun 2017 mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan.

Apabila regulasi tentang mangrove sudah bergulir maka penanganan kawasan pesisir akan lebih baik. Terlebih menyangkut rencana tata ruang, sehingga siapapun tidak seenaknya mengubah tata ruang yang strategis menjadi tata ruang  untuk kawasan industri atau kepentingan lainnya.

"Seperti di Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang, masyarakat menerapkan Peraturan Desa tentang Mangrove. Jadi kalau ada orang yang menebang mangrove diumumkan dan penebang mendapatkan sanksi dengan menanam jenis tanaman yang sama dengan jumlah tertentu atau didenda," jelasnya.

Sekda yang juga merupakan mantan kepala Dinas Kehutanan Jateng dalam paparannya menjelaskan beragam manfaat tanaman yang hidup di air payau tersebut. Antara lain manfaat ekonomi, karena batang tanaman penahan gelombang laut ini menghasilkan kayu. Kemudian kulit batang untuk pewarna kain alami, buah mangrove sebagai bahan baku obat, kosmetik, serta aneka olahan makanan. 

Selain itu aspek sosial menggerakkan berbagai elemen masyarakat bergotong-royong menanam kawasan pesisir. Sedangkan fungsi lingkungan sebagai penahan alami abrasi, erosi, pengendali ombak, serta memiliki peran besar sebagai penyerap dan penyimpan karbon.

"Beragam manfaat hutan mangrove ini harus disosialisasikan kepada masyarakat, terutama yang bermukim di kawasan pesisir. Memberikan edukasi mengenai fungsi mangrove, karena tidak sedikit masyarakat yang menganggap mangrove menjadi pengganggu produktivitas hasil tambak," paparnya.

Kepala DLHK Jawa Tengah, Sugeng Riyanto mengatakan sebagian wilayah Jateng merupakan kawasan pesisir karena diapit Pantai Utara dan Selatan, sehingga keberadaan hutan mangrove harus mendapat perhatian. Salah satunya menggerakkan berbagai elemen masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungan laut dan pesisir.

"Tujuan dari kegiatan ini yakni membangun pola pikir, pengetahuan, pemahaman, serta kesadaran masyarakat dan semua pihak untuk menjaga ekosistem laut demi kehidupan yang lebih baik," bebernya.
(Marni/Puji/Humas Jateng)

 

Baca juga : Dewi Mangrove Sari, Dari Musibah Jadi Berkah


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu