Follow Us :              

Sambut Imlek, Ribuan Lampion Hiasi Kawasan Pasar Gede

  04 February 2019  |   16:00:00  |   dibaca : 1026 
Kategori :
Bagikan :


Sambut Imlek, Ribuan Lampion Hiasi Kawasan Pasar Gede

04 February 2019 | 16:00:00 | dibaca : 1026
Kategori :
Bagikan :

Foto : Handy (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Handy (Humas Jateng)

SOLO - Suasana berbeda terlihat di kawasan Pasar Gede Surakarta, sejak beberapa hari terakhir. Menjelang perayaan Tahun Baru Imlek 2019, ribuan lampion aneka warna terpajang indah menghiasi kawasan pasar legendaris di Kota Solo.

Memasuki Jalan Jenderal Sudirman kemudian menapak Jembatan Kali Pepe, warga akan disuguhi oleh keelokan lampion warna-warni yang bergelantungan di antara dedaunan yang menjuntai menyerupai tirai. Kepakan sayap kupu-kupu mengapit lampion kian menarik warga untuk berswafoto di bawahnya.

Tak hanya di Jembatan Kali Pepe, lampion merah menyala yang merupakan salah satu ornamen khas Imlek pun tersusun rapi di depan Pasar Gede, Tugu Jam, halaman Klenteng Tien Kok Sie dan sekitarnya. Pemasangan sekitar 5.000 lampion untuk menyambut datangnya tahun babi tanah ini, menyita perhatian siapapun yang melintas di jantung Kota Bengawan.

Suasana pusat kota berslogan Solo The Spirit of Java itu kian ramai dan semarak pada malam hari ketika lampion sudah menyala terang. Warga dari berbagai daerah menyemut di Jembatan Kali Pepe dan Tugu Jam untuk mengabadikan pemandangan indah, berswafoto di bawah cahaya lampion, atau sekadar jalan-jalan menikmati suasana yang hanya ada setahun sekali.

Ketua Panitia Bersama Imlek 2019, E Sumartono mengatakan pada perayaan Imlek 2019, pihaknya memasang 5.000 lampion yang menyala selama satu bulan, mulai 1 Februari hingga akhir Februari. Pemasangan lampion di kawasan Pasar Gede karena pasar tertua di Solo itu sejak berdiri sampai sekarang diisi oleh pedagang dari berbagai etnis, suku, dan agama. 

Perayaan Imlek di Solo menjadi salah satu destinasi wisata tahunan yang banyak menarik wisatawan. Bahkan masuk dalam lima wisata Imlek yang baik disinggahi, diantaranya Jakarta, Bogor, Lasem, Singkawang, dan Solo. Untuk memeriahkan dan mendekatkan acara tahunan ini kepada masyarakat, Pemkot Surakarta nenggandeng berbagai pihak.

"Kami mengajak siapa saja agar Imlek ini tidak milik salah satu etnis atau kelompok, tetapi jadi milik semua masyarakat. Biayanya pun kami patungan, semua ikut nyengkuyung sehingga perayaan Imlek di Solo menjadi wisata Imlek," terangnya.

Dia menjelaskan, selain lampion merah menyala khas Imlek, pemasangan lampion warna-warni di atas Jembatan Kali Pepe sebagai simbol bahwa masyarakat Indonesia dan Solo pada khususnya terdiri dari berbagai suku, agama, dan ras tetapi tetap satu NKRI. Terlebih menjelang pesta demokrasi, semua harus menyukseskan pemilu dan menjaga kerukunan dan persatuan bangsa.

"Imlek yang meriah berdampak pada kebhinekaan. Ini kita akan membranding bahwa Solo merupakan kota bhineka. Menjelang pesta demokrasi kita pasang lampion warna warni di atas Kali Pepe. Lampu warna-warni ini mengingatkan masyarakat, bahwa kita bhineka, pilihan boleh beda, tahun demokrasi kita sukseskan dan kita tetap bersaudara," bebernya.

Tidak sedikit warga dari luar Solo sengaja datang ke Pasar Gede untuk melihat lampion. Mereka yang datang tidak hanya warga Tionghoa, tetapi beragam latar belakang etnis juga berfoto dan mengagumi keindahan ribuan lampion sebagai wujud keharmonisan masyarakat Solo.

"Kami sengaja datang ke sini untuk selfie di depan Pasar Gede yang banyak lampionnya. Tadi rencananya akan datang pada malam hari, karena kalau malam akan lebih indah dan asyik. Tapi rumah kami jauh, jadi kami datang siang hari. Ternyata siang hari juga sangat menarik," ujar salah seorang warga, Yulia, 21.

Gadis berjilbab warga Bekonang, Sukoharjo itu mengaku sangat puas dapat berfoto bersama teman-temannya dengan latar belakang lampion yang tersusun rapi di atas Jembatan Kali Pepe. Bahkan, keberadaan kelenteng yang tidak jauh dari pasar juga menjadi salah satu spot favorit warga berswafoto.

"Besok kami akan datang lagi pada malam hari. Kami masih penasaran dengan pemandangan malam hari saat lampion-lampion menyala, pasti sangat menarik. Saya ingin foto di deket lampu shio," katanya.

(Marni/Aditya/Himawan/Humas Jateng)

 

Baca juga : Ribuan Lampion Semarakkan Langit "Negeri Atas Awan"


Bagikan :

SOLO - Suasana berbeda terlihat di kawasan Pasar Gede Surakarta, sejak beberapa hari terakhir. Menjelang perayaan Tahun Baru Imlek 2019, ribuan lampion aneka warna terpajang indah menghiasi kawasan pasar legendaris di Kota Solo.

Memasuki Jalan Jenderal Sudirman kemudian menapak Jembatan Kali Pepe, warga akan disuguhi oleh keelokan lampion warna-warni yang bergelantungan di antara dedaunan yang menjuntai menyerupai tirai. Kepakan sayap kupu-kupu mengapit lampion kian menarik warga untuk berswafoto di bawahnya.

Tak hanya di Jembatan Kali Pepe, lampion merah menyala yang merupakan salah satu ornamen khas Imlek pun tersusun rapi di depan Pasar Gede, Tugu Jam, halaman Klenteng Tien Kok Sie dan sekitarnya. Pemasangan sekitar 5.000 lampion untuk menyambut datangnya tahun babi tanah ini, menyita perhatian siapapun yang melintas di jantung Kota Bengawan.

Suasana pusat kota berslogan Solo The Spirit of Java itu kian ramai dan semarak pada malam hari ketika lampion sudah menyala terang. Warga dari berbagai daerah menyemut di Jembatan Kali Pepe dan Tugu Jam untuk mengabadikan pemandangan indah, berswafoto di bawah cahaya lampion, atau sekadar jalan-jalan menikmati suasana yang hanya ada setahun sekali.

Ketua Panitia Bersama Imlek 2019, E Sumartono mengatakan pada perayaan Imlek 2019, pihaknya memasang 5.000 lampion yang menyala selama satu bulan, mulai 1 Februari hingga akhir Februari. Pemasangan lampion di kawasan Pasar Gede karena pasar tertua di Solo itu sejak berdiri sampai sekarang diisi oleh pedagang dari berbagai etnis, suku, dan agama. 

Perayaan Imlek di Solo menjadi salah satu destinasi wisata tahunan yang banyak menarik wisatawan. Bahkan masuk dalam lima wisata Imlek yang baik disinggahi, diantaranya Jakarta, Bogor, Lasem, Singkawang, dan Solo. Untuk memeriahkan dan mendekatkan acara tahunan ini kepada masyarakat, Pemkot Surakarta nenggandeng berbagai pihak.

"Kami mengajak siapa saja agar Imlek ini tidak milik salah satu etnis atau kelompok, tetapi jadi milik semua masyarakat. Biayanya pun kami patungan, semua ikut nyengkuyung sehingga perayaan Imlek di Solo menjadi wisata Imlek," terangnya.

Dia menjelaskan, selain lampion merah menyala khas Imlek, pemasangan lampion warna-warni di atas Jembatan Kali Pepe sebagai simbol bahwa masyarakat Indonesia dan Solo pada khususnya terdiri dari berbagai suku, agama, dan ras tetapi tetap satu NKRI. Terlebih menjelang pesta demokrasi, semua harus menyukseskan pemilu dan menjaga kerukunan dan persatuan bangsa.

"Imlek yang meriah berdampak pada kebhinekaan. Ini kita akan membranding bahwa Solo merupakan kota bhineka. Menjelang pesta demokrasi kita pasang lampion warna warni di atas Kali Pepe. Lampu warna-warni ini mengingatkan masyarakat, bahwa kita bhineka, pilihan boleh beda, tahun demokrasi kita sukseskan dan kita tetap bersaudara," bebernya.

Tidak sedikit warga dari luar Solo sengaja datang ke Pasar Gede untuk melihat lampion. Mereka yang datang tidak hanya warga Tionghoa, tetapi beragam latar belakang etnis juga berfoto dan mengagumi keindahan ribuan lampion sebagai wujud keharmonisan masyarakat Solo.

"Kami sengaja datang ke sini untuk selfie di depan Pasar Gede yang banyak lampionnya. Tadi rencananya akan datang pada malam hari, karena kalau malam akan lebih indah dan asyik. Tapi rumah kami jauh, jadi kami datang siang hari. Ternyata siang hari juga sangat menarik," ujar salah seorang warga, Yulia, 21.

Gadis berjilbab warga Bekonang, Sukoharjo itu mengaku sangat puas dapat berfoto bersama teman-temannya dengan latar belakang lampion yang tersusun rapi di atas Jembatan Kali Pepe. Bahkan, keberadaan kelenteng yang tidak jauh dari pasar juga menjadi salah satu spot favorit warga berswafoto.

"Besok kami akan datang lagi pada malam hari. Kami masih penasaran dengan pemandangan malam hari saat lampion-lampion menyala, pasti sangat menarik. Saya ingin foto di deket lampu shio," katanya.

(Marni/Aditya/Himawan/Humas Jateng)

 

Baca juga : Ribuan Lampion Semarakkan Langit "Negeri Atas Awan"


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu