Follow Us :              

Wagub: Inovasi dan Terobosan Dibutuhkan untuk Kendalikan Inflasi Daerah 

  04 September 2019  |   10:00:00  |   dibaca : 1257 
Kategori :
Bagikan :


Wagub: Inovasi dan Terobosan Dibutuhkan untuk Kendalikan Inflasi Daerah 

04 September 2019 | 10:00:00 | dibaca : 1257
Kategori :
Bagikan :

Foto : Handy (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Handy (Humas Jateng)

SURAKARTA - Selain peran dan kontribusi berbagai pihak yang terus bersinergi, bergotong royong, dan kerja keras dalam rangka menjaga kestabilan harga, khususnya harga bahan pokok, berbagai inovasi dan terobosan harus terus dilakukan guna mengendalikan inflasi daerah. 

Hal itu dissmpaikan Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen saat nemberi sambutan sekaligus membuka Rapat Koordinasi Wilayah Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dengan tema "Pengendalian Inflasi Melalui Optimalisasi Kerjasama Antarkabupaten dan kota se-Jateng, di Hotel Aston Surakarta, Rabu (4/9/2019).

Disebutkan, berbagai inovasi seperti aplikasi Sihati, Regopantes, Oregano, Geotaging, dan E-petani, Jateng berhasil menjamin ketersediaan bahan pokok, peningkatan produksi, kelancaran distribusi dan kecukupan pasokan. Ke depan, diharapkan inovasi dan berbagai terobosan harus terus dilakukan sebagai upaya untuk menjaga inflasi harus terus dilakukan.

Apalagi di Jawa Tengah, lanjut dia, volatile food masih menjadi potensi pemicu inflasi dengan risiko besar, sehingga perlu perhatian dan penanganan lebih, baik dari sisi produksi maupun distribusi. Pada sisi produksi,  pengaturan masa tanam, penggunaan teknologi pertanian, penerapan teknik pertanian untuk optimalisasi produksi, serta penggunaan pupuk merupakan hal-hal yang wajib dicermati dan diprogramkan dengan baik. 

"Sedangkan dari sisi distribusi, mata rantai yang panjang perlu dipangkas dan disederhanakan, karena panjangnya rantai distribusi akan membentuk margin yang berlebihan, sehingga menyebabkan harga tinggi di pasar sedangkan keuntungan petani relatif tidak bertambah. Hal demikian menyebabkan petani sulit untuk sejahtera," terangnya.

Ia menjelaskan, pada 2015-2017 Jateng berhasil menjadi TPID terbaik se-Jawa Bali. Menurutnya, keberhasilan tersebut tidak lepas dari peran dan kontribusi berbagai pihak yang terus bersinergi, bergotong royong, dan kerja keras mengendalikan inflasi daerah. TPID kabupaten/kota, Bank Indonesia, Bulog, Satgas Pangan, BUMN, BUMD, distributor pangan, para petani dan elemen masyarakat lainnya bahu membahu berhasil mengendalikan inflasi daerah.

Keberhasilan pengendalian inflasi TPID Provinsi tergantung dari kinerja pemerintah kabupaten/kota dalam menjaga ketersediaan komoditas dan stabilisasi harga. Karenanya rakor TPID ini mampu menjadi media yang tepat untuk berdiskusi dan bertukar pendapat terkait peningkatan kinerja TPID, baik itu, provinsi maupun kabupaten/kota. 

Apabila dilihat dari enam kabupaten/kota pantauan inflasi tercatat, inflasi tertinggi dicatatkan oleh Kabupaten Kudus sedangkan deflasi terjadi di Kota Surakarta dan Kabupaten Tegal. Inflasi Agustus didorong oleh beberapa komoditas penyumbang inflasi. Yakni tarif air minum PAM, cabai rawit, cabai merah, tarif parkir, dan beras. 

Beberapa komponen dari komoditas tersebut, juga telah menjadi penyumbang inflasi selama tiga tahun terakhir. Sehingga kita harus bersama-sama mengembangkan dan menyelaraskan program pengendalian inflasi yang mana dapat mengatasi fenomena/komponen yang sering menjadi penyebab inflasi.

"Saya bangga dan mengucapkan mengucapkan terima kasih kepada kawan-kawan TPID, karena kerja keras dan berbagai upaya yang dilakukan telah membuahkan hasil positif tidak hanya pengendalian laju inflasi daerah, tetapi juga memberikan dorongan positif bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat," pungkasnya.

 

Baca juga : Hingga Akhir 2019, Inflasi Jateng Diperkirakan Aman


Bagikan :

SURAKARTA - Selain peran dan kontribusi berbagai pihak yang terus bersinergi, bergotong royong, dan kerja keras dalam rangka menjaga kestabilan harga, khususnya harga bahan pokok, berbagai inovasi dan terobosan harus terus dilakukan guna mengendalikan inflasi daerah. 

Hal itu dissmpaikan Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen saat nemberi sambutan sekaligus membuka Rapat Koordinasi Wilayah Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dengan tema "Pengendalian Inflasi Melalui Optimalisasi Kerjasama Antarkabupaten dan kota se-Jateng, di Hotel Aston Surakarta, Rabu (4/9/2019).

Disebutkan, berbagai inovasi seperti aplikasi Sihati, Regopantes, Oregano, Geotaging, dan E-petani, Jateng berhasil menjamin ketersediaan bahan pokok, peningkatan produksi, kelancaran distribusi dan kecukupan pasokan. Ke depan, diharapkan inovasi dan berbagai terobosan harus terus dilakukan sebagai upaya untuk menjaga inflasi harus terus dilakukan.

Apalagi di Jawa Tengah, lanjut dia, volatile food masih menjadi potensi pemicu inflasi dengan risiko besar, sehingga perlu perhatian dan penanganan lebih, baik dari sisi produksi maupun distribusi. Pada sisi produksi,  pengaturan masa tanam, penggunaan teknologi pertanian, penerapan teknik pertanian untuk optimalisasi produksi, serta penggunaan pupuk merupakan hal-hal yang wajib dicermati dan diprogramkan dengan baik. 

"Sedangkan dari sisi distribusi, mata rantai yang panjang perlu dipangkas dan disederhanakan, karena panjangnya rantai distribusi akan membentuk margin yang berlebihan, sehingga menyebabkan harga tinggi di pasar sedangkan keuntungan petani relatif tidak bertambah. Hal demikian menyebabkan petani sulit untuk sejahtera," terangnya.

Ia menjelaskan, pada 2015-2017 Jateng berhasil menjadi TPID terbaik se-Jawa Bali. Menurutnya, keberhasilan tersebut tidak lepas dari peran dan kontribusi berbagai pihak yang terus bersinergi, bergotong royong, dan kerja keras mengendalikan inflasi daerah. TPID kabupaten/kota, Bank Indonesia, Bulog, Satgas Pangan, BUMN, BUMD, distributor pangan, para petani dan elemen masyarakat lainnya bahu membahu berhasil mengendalikan inflasi daerah.

Keberhasilan pengendalian inflasi TPID Provinsi tergantung dari kinerja pemerintah kabupaten/kota dalam menjaga ketersediaan komoditas dan stabilisasi harga. Karenanya rakor TPID ini mampu menjadi media yang tepat untuk berdiskusi dan bertukar pendapat terkait peningkatan kinerja TPID, baik itu, provinsi maupun kabupaten/kota. 

Apabila dilihat dari enam kabupaten/kota pantauan inflasi tercatat, inflasi tertinggi dicatatkan oleh Kabupaten Kudus sedangkan deflasi terjadi di Kota Surakarta dan Kabupaten Tegal. Inflasi Agustus didorong oleh beberapa komoditas penyumbang inflasi. Yakni tarif air minum PAM, cabai rawit, cabai merah, tarif parkir, dan beras. 

Beberapa komponen dari komoditas tersebut, juga telah menjadi penyumbang inflasi selama tiga tahun terakhir. Sehingga kita harus bersama-sama mengembangkan dan menyelaraskan program pengendalian inflasi yang mana dapat mengatasi fenomena/komponen yang sering menjadi penyebab inflasi.

"Saya bangga dan mengucapkan mengucapkan terima kasih kepada kawan-kawan TPID, karena kerja keras dan berbagai upaya yang dilakukan telah membuahkan hasil positif tidak hanya pengendalian laju inflasi daerah, tetapi juga memberikan dorongan positif bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat," pungkasnya.

 

Baca juga : Hingga Akhir 2019, Inflasi Jateng Diperkirakan Aman


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu