Follow Us :              

Pakar Lingkungan Undip: Jateng Darurat Sampah

  25 September 2019  |   09:30:00  |   dibaca : 1780 
Kategori :
Bagikan :


Pakar Lingkungan Undip: Jateng Darurat Sampah

25 September 2019 | 09:30:00 | dibaca : 1780
Kategori :
Bagikan :

Foto : Vivi (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Vivi (Humas Jateng)

SEMARANG - Pakar lingkungan Universitas Diponegoro, Prof. Syafruddin menganggap Jawa Tengah sudah masuk kategori darurat sampah. Pada tahun 2016 saja produksi sampah mencapai 5,7 juta ton.

Jumlah tersebut naik 335.070 ton dibanding 2015 yang sebesar 5,3 juta ton. “Perhari sampah di seluruh Jateng ini total mencapai 15.671 ton. Itupun data tahun 2016 ya, Coba bayangkan perkembangan yang luar biasa selama dua tiga tahun ini,” katanya dalam Focus Group Discussion di Dinas Pekerjaan Umum Sumberdaya Air dan Penataan Ruang Provinsi Jateng, Rabu (25/9/2019).

FGD tersebut digelar sebagai pra acara Kongres Sampah pada 12-13 Oktober mendatang. Kongres yang digagas Gubernur Jateng Ganjar Pranowo ini baru pertama kali ada di Indonesia. Melalui kongres Ganjar berharap adanya road map yang jelas pengelolaan sampah. 

Menurut Syafruddin, diperlukan treatment khusus untuk menanggulangi itu yang harus dilakukan semua kalangan, terutama pemerintah dan masyarakat. Dia melanjutkan, selain harus ada pembagian tugas, kesadaran utama yang mesti dilakukan adalah membentuk gerakan pengurangan dan pengolahan sampah.

“Yang lebih urgent adalah soal keberanian pemerintah menegakkan peraturan. Sekarang ini keberanian pemerintah masih kurang, tidak pernah memberanikan diri mengkampanyekan aturan sampah," katanya. 

Namun demikian, Syafruddin merasa bisa sedikit bernafas lega karena jumlah sampah di Jawa Tengah tidak terlalu besar jika dibanding Jawa Timur terlebih Jawa Barat. Jika di Jawa Tengah perhari sampahnya 15 ribu, di Jatim total sampahnya mencapai 19 ribu ton perhari. Bahkan Jawa Barat sebanyak 27 ton perhari.

"Tapi ini bukan soal siapa lebih banyak atau lebih sedikit. Gerakan pengurangan dan pengelolaan sampah harus dilakukan dengan benar," katanya. 

Putut Yulianto, salah satu inisiator Kongres Sampah mengatakan, kongres bakal menghasilkan peta dan praktek yang baik bagi pengelolaan sampah, meningkatkan SDM terkait pengelolaan sampah serta aktivasi bank sampah. 

"Ada tiga rangkaian agenda di Kongres Sampah ini. Pra kongres yang meliputi diskusi-diskusi dengan pakar, pelaksanaan event dan pasca event," katanya. 

Putut menjelaskan pelaksanaan bakal diselenggarakan di Kabupaten Semarang yang bakal melibatkan sedikitnya 1.500 orang dari seluruh provinsi di Indonesia. Terdiri dari aktivis sampah, pemerintah dari daerah sampai pusat hingga para akademisi. Dia berharap ini akan jadi agenda tahunan dan menghasilkan perkembangan pengelolaan sampah yang signifikan.

"Problem sampah adalah problem menurunnya solidaritas sosial. Pengetahuan dan nilai-nilai budaya perlu ditanamkan untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah. Makanya semua pihak kita gandeng," katanya.


Bagikan :

SEMARANG - Pakar lingkungan Universitas Diponegoro, Prof. Syafruddin menganggap Jawa Tengah sudah masuk kategori darurat sampah. Pada tahun 2016 saja produksi sampah mencapai 5,7 juta ton.

Jumlah tersebut naik 335.070 ton dibanding 2015 yang sebesar 5,3 juta ton. “Perhari sampah di seluruh Jateng ini total mencapai 15.671 ton. Itupun data tahun 2016 ya, Coba bayangkan perkembangan yang luar biasa selama dua tiga tahun ini,” katanya dalam Focus Group Discussion di Dinas Pekerjaan Umum Sumberdaya Air dan Penataan Ruang Provinsi Jateng, Rabu (25/9/2019).

FGD tersebut digelar sebagai pra acara Kongres Sampah pada 12-13 Oktober mendatang. Kongres yang digagas Gubernur Jateng Ganjar Pranowo ini baru pertama kali ada di Indonesia. Melalui kongres Ganjar berharap adanya road map yang jelas pengelolaan sampah. 

Menurut Syafruddin, diperlukan treatment khusus untuk menanggulangi itu yang harus dilakukan semua kalangan, terutama pemerintah dan masyarakat. Dia melanjutkan, selain harus ada pembagian tugas, kesadaran utama yang mesti dilakukan adalah membentuk gerakan pengurangan dan pengolahan sampah.

“Yang lebih urgent adalah soal keberanian pemerintah menegakkan peraturan. Sekarang ini keberanian pemerintah masih kurang, tidak pernah memberanikan diri mengkampanyekan aturan sampah," katanya. 

Namun demikian, Syafruddin merasa bisa sedikit bernafas lega karena jumlah sampah di Jawa Tengah tidak terlalu besar jika dibanding Jawa Timur terlebih Jawa Barat. Jika di Jawa Tengah perhari sampahnya 15 ribu, di Jatim total sampahnya mencapai 19 ribu ton perhari. Bahkan Jawa Barat sebanyak 27 ton perhari.

"Tapi ini bukan soal siapa lebih banyak atau lebih sedikit. Gerakan pengurangan dan pengelolaan sampah harus dilakukan dengan benar," katanya. 

Putut Yulianto, salah satu inisiator Kongres Sampah mengatakan, kongres bakal menghasilkan peta dan praktek yang baik bagi pengelolaan sampah, meningkatkan SDM terkait pengelolaan sampah serta aktivasi bank sampah. 

"Ada tiga rangkaian agenda di Kongres Sampah ini. Pra kongres yang meliputi diskusi-diskusi dengan pakar, pelaksanaan event dan pasca event," katanya. 

Putut menjelaskan pelaksanaan bakal diselenggarakan di Kabupaten Semarang yang bakal melibatkan sedikitnya 1.500 orang dari seluruh provinsi di Indonesia. Terdiri dari aktivis sampah, pemerintah dari daerah sampai pusat hingga para akademisi. Dia berharap ini akan jadi agenda tahunan dan menghasilkan perkembangan pengelolaan sampah yang signifikan.

"Problem sampah adalah problem menurunnya solidaritas sosial. Pengetahuan dan nilai-nilai budaya perlu ditanamkan untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah. Makanya semua pihak kita gandeng," katanya.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu