Follow Us :              

Gubernur: Penanganan Bencana Butuh Kebersamaan dari Berbagai Elemen

  26 June 2025  |   12:30:00  |   dibaca : 32 
Kategori :
Bagikan :


Gubernur: Penanganan Bencana Butuh Kebersamaan dari Berbagai Elemen

26 June 2025 | 12:30:00 | dibaca : 32
Kategori :
Bagikan :

Foto : Gholib (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Gholib (Humas Jateng)

KARANGANYAR - Gubernur Jawa Tengah, Komjen Pol (P) Drs. Ahmad Luthfi, S.H., S.St.M.K., mengatakan, dibutuhkan aksi gotong royong dan kebersamaan dari berbagai elemen, dalam upaya pencegahan dan penanganan bencana di wilayahnya. 

Hal itu disampaikan Gubernur di depan ribuan peserta Jambore Nasional ke-3 Relawan Muhammadiyah Aisyiyah di Wonder Park, Tawangmangu, Karanganyar pada Kamis, 26 Juni 2025.

"Alhamdulillah, hari ini kita punya persamaan sikap dan tindakan, dalam rangka menjadi garda terdepan dalam hal tanggap bencana," ucapnya. 

Menurutnya, kebersamaan dalam menghadapi bencana itu terbukti, ketika seluruh elemen masyarakat bahu-membahu melawan Covid-19 beberapa tahun silam. 

"Covid-19 menjadi bencana yang harus kita renungkan, khususnya bagi relawan saat ini. Indonesia mampu dan dunia mengakui, karena kita punya asas gotong royong yang dimiliki oleh seluruh masyarakat Indonesia," jelasnya.

Oleh karena itu, seluruh elemen masyarakat, baik itu pemerintah, TNI, Polri, dokter, relawan, dan profesi apa pun, harus memiliki kepekaan atau sense of crisis yang sama terkait dengan kebencanaan.

"Tidak perlu disuruh ketika ada bencana, langsung tanggap dan respons cepat harus nomor satu," ucap Gubernur.

Jambore Nasional ke-3 Relawan Muhammadiyah Aisyiyah yang diikuti sekitar 1.356 peserta dari 30 Provinsi di Indonesia ini, diharapkan dapat meningkatkan kesiapsiagaan terkait bencana di wilayahnya masing-masing.

"Cucuk lampah (pemimpin pasukan) tanggap bencana adalah relawan. Mereka harus jadi pionir dalam menangani bencana. Ingat bencana, maka anda adalah garda terdepan dalam menangani masalah," tegasnya.

Kebersamaan dan gotong royong terkait tanggap bencana juga disampaikan oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Suharyanto. Ia mengatakan bahwa berdasarkan undang-undang, penanganan bencana harus dilakukan secara pentaheliks (kolaborasi lima unsur) atau melibatkan pemerintah, akademisi, pelaku usaha, masyarakat, dan media.

"Kami menyadari penanganan bencana tidak bisa ditangani oleh salah satu pihak saja. Tadi Pak Gubernur Jateng menyampaikan harus gotong royong, harus bekerja sama. Itu betul sekali," ucapnya.

Sementara itu, Sekretaris Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu'ti, menambahkan, Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) atau Pusat Penanggulangan Bencana Muhammadiyah, beserta Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) Pimpinan Pusat Aisyiyah dibentuk sebagai bukti kehadiran organisasi dalam upaya tanggap bencana. 

"Pelayanan sosial itu sudah menjadi nyawanya Muhammadiyah," katanya.


Bagikan :

KARANGANYAR - Gubernur Jawa Tengah, Komjen Pol (P) Drs. Ahmad Luthfi, S.H., S.St.M.K., mengatakan, dibutuhkan aksi gotong royong dan kebersamaan dari berbagai elemen, dalam upaya pencegahan dan penanganan bencana di wilayahnya. 

Hal itu disampaikan Gubernur di depan ribuan peserta Jambore Nasional ke-3 Relawan Muhammadiyah Aisyiyah di Wonder Park, Tawangmangu, Karanganyar pada Kamis, 26 Juni 2025.

"Alhamdulillah, hari ini kita punya persamaan sikap dan tindakan, dalam rangka menjadi garda terdepan dalam hal tanggap bencana," ucapnya. 

Menurutnya, kebersamaan dalam menghadapi bencana itu terbukti, ketika seluruh elemen masyarakat bahu-membahu melawan Covid-19 beberapa tahun silam. 

"Covid-19 menjadi bencana yang harus kita renungkan, khususnya bagi relawan saat ini. Indonesia mampu dan dunia mengakui, karena kita punya asas gotong royong yang dimiliki oleh seluruh masyarakat Indonesia," jelasnya.

Oleh karena itu, seluruh elemen masyarakat, baik itu pemerintah, TNI, Polri, dokter, relawan, dan profesi apa pun, harus memiliki kepekaan atau sense of crisis yang sama terkait dengan kebencanaan.

"Tidak perlu disuruh ketika ada bencana, langsung tanggap dan respons cepat harus nomor satu," ucap Gubernur.

Jambore Nasional ke-3 Relawan Muhammadiyah Aisyiyah yang diikuti sekitar 1.356 peserta dari 30 Provinsi di Indonesia ini, diharapkan dapat meningkatkan kesiapsiagaan terkait bencana di wilayahnya masing-masing.

"Cucuk lampah (pemimpin pasukan) tanggap bencana adalah relawan. Mereka harus jadi pionir dalam menangani bencana. Ingat bencana, maka anda adalah garda terdepan dalam menangani masalah," tegasnya.

Kebersamaan dan gotong royong terkait tanggap bencana juga disampaikan oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Suharyanto. Ia mengatakan bahwa berdasarkan undang-undang, penanganan bencana harus dilakukan secara pentaheliks (kolaborasi lima unsur) atau melibatkan pemerintah, akademisi, pelaku usaha, masyarakat, dan media.

"Kami menyadari penanganan bencana tidak bisa ditangani oleh salah satu pihak saja. Tadi Pak Gubernur Jateng menyampaikan harus gotong royong, harus bekerja sama. Itu betul sekali," ucapnya.

Sementara itu, Sekretaris Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu'ti, menambahkan, Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) atau Pusat Penanggulangan Bencana Muhammadiyah, beserta Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) Pimpinan Pusat Aisyiyah dibentuk sebagai bukti kehadiran organisasi dalam upaya tanggap bencana. 

"Pelayanan sosial itu sudah menjadi nyawanya Muhammadiyah," katanya.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu