Follow Us :              

Kunjungi Desa Binaan, Wagub Ingatkan Kesadaran Lingkungan

  02 October 2019  |   13:00:00  |   dibaca : 408 
Kategori :
Bagikan :


Kunjungi Desa Binaan, Wagub Ingatkan Kesadaran Lingkungan

02 October 2019 | 13:00:00 | dibaca : 408
Kategori :
Bagikan :

Foto : Ebron (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Ebron (Humas Jateng)

KLATEN - Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen menyebut masyarakat Desa Taji, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten, pada dasarnya tidak miskin. Hanya saja masih ada masalah budaya yang harus diperbaiki. Salah satunya adalah kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya. Hal itu dikatakan Taj Yasin saat melakukan kunjungan kerja di Desa Binaan Bapenda Jateng tersebut, Rabu (2/10/2019).

"Saya tadi diajak motoran keliling Desa Taji. Saya lihat tidak miskin. Rumah-rumah tertata rapi dan bagus tetapi masih ada masalah budaya yang belum diperbaiki. Saya masih lihat sampah menumpuk di sungai, terus di halaman atau di sekitar rumah warga," katanya.

Taj Yasin menjelaskan sampah-sampah yang ada itu kalau dibuang pada tempatnya dan dipilah akan memiiki harga. Salah satunya dengan memanfaatkannya untuk kerajinan sehingga menjadikan potensi yang bisa mengangkat perekonomian warga desa.

"Untuk mengentaskan kemiskinan dan mengeluarkan Desa Taji dari kategori merah maka dibutuhkan kerjasama dan gotong royong dari pemerintah dan masyarakat. Pemerintah dalam hal ini sudah bergerak melalui masing-masing OPD yang diharuskan memiliki satu desa binaan. Nah Desa Taji ini sekarang adalah binaan dari Bapenda Jateng," ungkapnya.

Masuknya Bapenda Jateng yang menjadikan Desa Taji sebagai desa binaan diharapkan membawa perubahan bagi kehidupan masyarakat. Hal itu sudah dimulai dengan beberapa program yang dilakukan di Desa Taji. Seperti upaya normalisasi sungai di desa tersebut dengan pengerukan dan pembersihan dari sampah yang menumpuk. Kemudian pemberdayaan masyarakat dengan pelatihan ecobrick dan biogas sebagai upaya pemanfaatan sampah.

"Tadi saya juga lihat pertanian di sini sebenarnya bagus, hanya saja perairannya yang sulit. Tadi kepala desa sudah bikang ke saya kalau butuh peralatan untuk perairan sawah. Airnya nanti akan diambil dari sungai," paparnya.

Sementara permasalahan lain yang mulai dientaskan adalah masalah jamban. Di mana Desa Taji sudah mendapat sertifikat bebas bung air besar sembarangan tetapi masih ada rumah yang belum memiliki jamban. Kemudian masalah RTLH yang sudah dianggarkan oleh Pemprov dan Pemkab ternyata masih ada yang belum selesai. Melalui Bapenda Jateng, permasalahan-permasalahan itu sudah tertangani.

"Dari laporan Bapenda, RTLH yang belum selesai sudah dibantu, rumah yang belum punya jamban sudah dibuatkan ada 40 rumah. Sungai juga sudah dikeruk dari sampah dan limbah yang menumpuk sehingga alirannya lancar. Di desa ini ternyata juga ada potensi lain seperti ada pembatik, pembuat biola, dan sudah dimulai soal ecobrick dan biogas. Ini perlu terus dikembangkan," ungkap Taj Yasin.

Sementara itu, Sekretaris Daerah Kabupaten Klaten Jaka Sawaldi mengatakan Desa Taji memang masuk dalam kategori merah di Klaten. Kondisi Desa Taji memang sangat perlu dukungan, khususnya terkait pertanian. 

"Di musim kemarau di daerah ini butuh suplai air, kemudian kondisi sungai atau tanggul yang juga membutuhkan perbaikan. Masuknya OPD Pemprov Jateng, dalam hal ini Bapenda Jateng, diharapkan bisa membantu mengentaskan desa merah ini," katanya.

 

Baca juga : Pengentasan Kemiskinan dengan Sinergi AntarOPD Lebih Terasa Manfaatnya


Bagikan :

KLATEN - Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen menyebut masyarakat Desa Taji, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten, pada dasarnya tidak miskin. Hanya saja masih ada masalah budaya yang harus diperbaiki. Salah satunya adalah kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya. Hal itu dikatakan Taj Yasin saat melakukan kunjungan kerja di Desa Binaan Bapenda Jateng tersebut, Rabu (2/10/2019).

"Saya tadi diajak motoran keliling Desa Taji. Saya lihat tidak miskin. Rumah-rumah tertata rapi dan bagus tetapi masih ada masalah budaya yang belum diperbaiki. Saya masih lihat sampah menumpuk di sungai, terus di halaman atau di sekitar rumah warga," katanya.

Taj Yasin menjelaskan sampah-sampah yang ada itu kalau dibuang pada tempatnya dan dipilah akan memiiki harga. Salah satunya dengan memanfaatkannya untuk kerajinan sehingga menjadikan potensi yang bisa mengangkat perekonomian warga desa.

"Untuk mengentaskan kemiskinan dan mengeluarkan Desa Taji dari kategori merah maka dibutuhkan kerjasama dan gotong royong dari pemerintah dan masyarakat. Pemerintah dalam hal ini sudah bergerak melalui masing-masing OPD yang diharuskan memiliki satu desa binaan. Nah Desa Taji ini sekarang adalah binaan dari Bapenda Jateng," ungkapnya.

Masuknya Bapenda Jateng yang menjadikan Desa Taji sebagai desa binaan diharapkan membawa perubahan bagi kehidupan masyarakat. Hal itu sudah dimulai dengan beberapa program yang dilakukan di Desa Taji. Seperti upaya normalisasi sungai di desa tersebut dengan pengerukan dan pembersihan dari sampah yang menumpuk. Kemudian pemberdayaan masyarakat dengan pelatihan ecobrick dan biogas sebagai upaya pemanfaatan sampah.

"Tadi saya juga lihat pertanian di sini sebenarnya bagus, hanya saja perairannya yang sulit. Tadi kepala desa sudah bikang ke saya kalau butuh peralatan untuk perairan sawah. Airnya nanti akan diambil dari sungai," paparnya.

Sementara permasalahan lain yang mulai dientaskan adalah masalah jamban. Di mana Desa Taji sudah mendapat sertifikat bebas bung air besar sembarangan tetapi masih ada rumah yang belum memiliki jamban. Kemudian masalah RTLH yang sudah dianggarkan oleh Pemprov dan Pemkab ternyata masih ada yang belum selesai. Melalui Bapenda Jateng, permasalahan-permasalahan itu sudah tertangani.

"Dari laporan Bapenda, RTLH yang belum selesai sudah dibantu, rumah yang belum punya jamban sudah dibuatkan ada 40 rumah. Sungai juga sudah dikeruk dari sampah dan limbah yang menumpuk sehingga alirannya lancar. Di desa ini ternyata juga ada potensi lain seperti ada pembatik, pembuat biola, dan sudah dimulai soal ecobrick dan biogas. Ini perlu terus dikembangkan," ungkap Taj Yasin.

Sementara itu, Sekretaris Daerah Kabupaten Klaten Jaka Sawaldi mengatakan Desa Taji memang masuk dalam kategori merah di Klaten. Kondisi Desa Taji memang sangat perlu dukungan, khususnya terkait pertanian. 

"Di musim kemarau di daerah ini butuh suplai air, kemudian kondisi sungai atau tanggul yang juga membutuhkan perbaikan. Masuknya OPD Pemprov Jateng, dalam hal ini Bapenda Jateng, diharapkan bisa membantu mengentaskan desa merah ini," katanya.

 

Baca juga : Pengentasan Kemiskinan dengan Sinergi AntarOPD Lebih Terasa Manfaatnya


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu