Follow Us :              

Melepas "Ayat Dewa Pamungkas dari Timur" dan Doa untuk Agus Dhewa

  16 October 2019  |   19:00:00  |   dibaca : 3070 
Kategori :
Bagikan :


Melepas "Ayat Dewa Pamungkas dari Timur" dan Doa untuk Agus Dhewa

16 October 2019 | 19:00:00 | dibaca : 3070
Kategori :
Bagikan :

Foto : Simon (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Simon (Humas Jateng)

SEMARANG - Kulepas kamu, di tengah belukar kegaduhan, jiwa-jiwa telah membatu, merampas langkah pandang, tetaplah menyemai tiap jengkal waktu, bersama bulan dan matahari, tempatmu kelak menjadi permaisuri, di antara para bidadari, kulepas kamu.

Begitulah lirik dalam bait terakhir puisi berjudul "Kulepas Kamu" karya penyair Agus Dhewa dalam kumpulan puisi "Ayat Dewa Pamungkas dari Timur". Puisi tersebut sangat tepat untuk menggambarkan kondisi saat kumpulan puisi yang ditulis oleh Ahmad Mustofa Bisri, Agus Dhewa, Beno Siang Pamungkas, dan Timur Sinar Suprabana itu diluncurkan di Kampung Budaya Universitas Negeri Semarang, Rabu (16/10/2019) malam.

Menurut Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Sri Puryono, puisi tersebut memiliki makna tersendiri baginya. Ia sengaja membacakan puisi "Kulepas Kamu" itu untuk melepas kepergian Agus Dhewa yang wafat pada Januari 2019 lalu dan melepas buku kumpulan puisi "Ayat Dewa Pamungkas dari Timur".

"Puisi karya Agus Dhewa ini sebenarnya untuk melepas anak-anaknya. Saya bacakan ini, inspirasi saya adalah melepas Mas Agus Dhewa dengan ikhlas, melepas beliau mudah-mudahan ditempatkan di tempat yang baik. Peluncuran buku ini, tentunya adalah cara dari para penyair dan para penulis puisi untuk mengenang jasa dan mendoakan beliau," katanya saat ditemui usai acara.

Selain Sri Puryono, sejumlah penyair dan sastrawan ternama, para budayawan, hingga tokoh masyarakat juga hadir dalam acara peluncuran buku kumpulan puisi"Ayat Dewa Pamungkas dari Timur". Tampak di antaranya Ahmad Mustofa Bisri atau akrab disapa Gus Mus, Beno Siang Pamungkas, Timur Sinar Suprabana, Sitok Srengenge, Sosiawan Leak, Triyanto Tiwikromo, Handry TM, Romo Aloysius Budi Pr, Harjanto Halim, Benk Mintosih, Yosep Parera, Rektor Unnes Fathur Rohman, Walikota Semarang Hendrar Prihadi, dan sastrawan dan tokoh lainnya, termasuk keluarga Agus Dhewa. Mereka satu persatu membaca puisi dan  memberikan testimoni, baik mengenai kumpulan puisi itu maupun tentang Agus Dhewa.

Sastrawan Triyanto Tiwikromo mengatakan berbicara mengenai "Ayat Dewa Pamungkas dari Timur" berarti berbicara tentang siapakah mereka dan apa yang dihasilkan oleh mereka. Baginya, keempat penyair dalam buku tersebut adalah guru, kekasih Tuhan dengan kata-kata yang merupakan buah cipta Tuhan. "Mereka adalah hujan yang diguyurkan pada saat kemarau, mereka adalah dzikir," ujarnya.

Hal senada diungkapkan oleh Romo Aloysius Budi. Menurutnya, apa yang telah dilakukan oleh keempat penyair dengan karya-karyanya merupakan dzikir. Karya mereka telah menjadi media untuk terus mengingat. Seperti apa yang tertulis dalam salah satu puisi berjudul "Dzikir". Puisi karya Gus Mus yang ada dalam buku kumpulan puisi itu juga sangat bagus dibawakan oleh Romo Aloysius Budi dengan iringan sexofone.

Sebagai penutup, Gus Mus membacakan tiga buah puisi yang ada di dalam buku "Ayat Dewa Pamungkas dari Timur". Di antaranya puisi berjudul "Indonesia" karya Agus Dhewa yang merupakan interpretasi penulis mengenai kondisi di Indonesia. Lalu dua puisi karya Gus Mus sendiri berjudul "Korban" dan "Aku Melihatmu".

Sementara itu, Damar Sinuko selaku ketua penyelenggara mengatakan acara tersebut memiliki dua tujuan, yaitu peluncuran buku kumpulan puisi"Ayat Dewa Pamungkas dari Timur" dan mengenang Agus Dhewa. Buku kumpulan puisi tersebut memang tidak bisa dipisahkan dari sosok Agus Dhewa. Ia adalah salah satu sosok penting di balik penciptaan dan penerbitan buku kumpulan puisi itu.

"Sebenarnya buku ini akan diluncurkan pada November 2018 lalu. Namun saat itu kondisi kesehatan Agus Dhewa mulai menurun sehingga peluncuran urung dilakukan. Lalu saya mendapat amanah untuk meneruskan tetapi sempat terhenti karena Mas Agus meninggal. Baru hari ini peluncuran buku ini bisa terlaksana," ungkapnya.

 

Baca juga : Kethoprak Eksekutif Jateng Bakal Pukau Penonton


Bagikan :

SEMARANG - Kulepas kamu, di tengah belukar kegaduhan, jiwa-jiwa telah membatu, merampas langkah pandang, tetaplah menyemai tiap jengkal waktu, bersama bulan dan matahari, tempatmu kelak menjadi permaisuri, di antara para bidadari, kulepas kamu.

Begitulah lirik dalam bait terakhir puisi berjudul "Kulepas Kamu" karya penyair Agus Dhewa dalam kumpulan puisi "Ayat Dewa Pamungkas dari Timur". Puisi tersebut sangat tepat untuk menggambarkan kondisi saat kumpulan puisi yang ditulis oleh Ahmad Mustofa Bisri, Agus Dhewa, Beno Siang Pamungkas, dan Timur Sinar Suprabana itu diluncurkan di Kampung Budaya Universitas Negeri Semarang, Rabu (16/10/2019) malam.

Menurut Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Sri Puryono, puisi tersebut memiliki makna tersendiri baginya. Ia sengaja membacakan puisi "Kulepas Kamu" itu untuk melepas kepergian Agus Dhewa yang wafat pada Januari 2019 lalu dan melepas buku kumpulan puisi "Ayat Dewa Pamungkas dari Timur".

"Puisi karya Agus Dhewa ini sebenarnya untuk melepas anak-anaknya. Saya bacakan ini, inspirasi saya adalah melepas Mas Agus Dhewa dengan ikhlas, melepas beliau mudah-mudahan ditempatkan di tempat yang baik. Peluncuran buku ini, tentunya adalah cara dari para penyair dan para penulis puisi untuk mengenang jasa dan mendoakan beliau," katanya saat ditemui usai acara.

Selain Sri Puryono, sejumlah penyair dan sastrawan ternama, para budayawan, hingga tokoh masyarakat juga hadir dalam acara peluncuran buku kumpulan puisi"Ayat Dewa Pamungkas dari Timur". Tampak di antaranya Ahmad Mustofa Bisri atau akrab disapa Gus Mus, Beno Siang Pamungkas, Timur Sinar Suprabana, Sitok Srengenge, Sosiawan Leak, Triyanto Tiwikromo, Handry TM, Romo Aloysius Budi Pr, Harjanto Halim, Benk Mintosih, Yosep Parera, Rektor Unnes Fathur Rohman, Walikota Semarang Hendrar Prihadi, dan sastrawan dan tokoh lainnya, termasuk keluarga Agus Dhewa. Mereka satu persatu membaca puisi dan  memberikan testimoni, baik mengenai kumpulan puisi itu maupun tentang Agus Dhewa.

Sastrawan Triyanto Tiwikromo mengatakan berbicara mengenai "Ayat Dewa Pamungkas dari Timur" berarti berbicara tentang siapakah mereka dan apa yang dihasilkan oleh mereka. Baginya, keempat penyair dalam buku tersebut adalah guru, kekasih Tuhan dengan kata-kata yang merupakan buah cipta Tuhan. "Mereka adalah hujan yang diguyurkan pada saat kemarau, mereka adalah dzikir," ujarnya.

Hal senada diungkapkan oleh Romo Aloysius Budi. Menurutnya, apa yang telah dilakukan oleh keempat penyair dengan karya-karyanya merupakan dzikir. Karya mereka telah menjadi media untuk terus mengingat. Seperti apa yang tertulis dalam salah satu puisi berjudul "Dzikir". Puisi karya Gus Mus yang ada dalam buku kumpulan puisi itu juga sangat bagus dibawakan oleh Romo Aloysius Budi dengan iringan sexofone.

Sebagai penutup, Gus Mus membacakan tiga buah puisi yang ada di dalam buku "Ayat Dewa Pamungkas dari Timur". Di antaranya puisi berjudul "Indonesia" karya Agus Dhewa yang merupakan interpretasi penulis mengenai kondisi di Indonesia. Lalu dua puisi karya Gus Mus sendiri berjudul "Korban" dan "Aku Melihatmu".

Sementara itu, Damar Sinuko selaku ketua penyelenggara mengatakan acara tersebut memiliki dua tujuan, yaitu peluncuran buku kumpulan puisi"Ayat Dewa Pamungkas dari Timur" dan mengenang Agus Dhewa. Buku kumpulan puisi tersebut memang tidak bisa dipisahkan dari sosok Agus Dhewa. Ia adalah salah satu sosok penting di balik penciptaan dan penerbitan buku kumpulan puisi itu.

"Sebenarnya buku ini akan diluncurkan pada November 2018 lalu. Namun saat itu kondisi kesehatan Agus Dhewa mulai menurun sehingga peluncuran urung dilakukan. Lalu saya mendapat amanah untuk meneruskan tetapi sempat terhenti karena Mas Agus meninggal. Baru hari ini peluncuran buku ini bisa terlaksana," ungkapnya.

 

Baca juga : Kethoprak Eksekutif Jateng Bakal Pukau Penonton


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu