Follow Us :              

Warga Desa Menawan Kudus Kumpulkan Hasil Bumi di Lumbung Desa

  15 May 2020  |   11:00:00  |   dibaca : 2825 
Kategori :
Bagikan :


Warga Desa Menawan Kudus Kumpulkan Hasil Bumi di Lumbung Desa

15 May 2020 | 11:00:00 | dibaca : 2825
Kategori :
Bagikan :

Foto : Slam (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Slam (Humas Jateng)

KUDUS - Warga Desa Menawan Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus mengumpulkan hasil bumi untuk disumbangkan di lumbung pangan desanya. 

Saat Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meninjau desa ini, Jumat (15/5/2020), dia melihat lumbung pangan Desa Menawan diisi berbagai hasil bumi, misalnya, daun singkong, pepaya, pisang, daun kecipir, daun kelor, tahu, tempe dan lainnya. 

"Ini daun singkong bantuan warga, pak. Ada kates (pepaya muda), daun kelor, kecipir, pisang juga ada pak. Kemarin ada yang kirim bantuan semangka satu karung," kata Tri Lestari, Kepala Desa Menawan. 

Tri menambahkan, kekuatan lumbung pangan di desanya memang mengoptimalkan kearifan lokal yang ada. Warga pun sudah biasa saling memberi hasil bumi kepada tetangga yang lain. 

"Jadi tidak heran kalau di lumbung pangan ini ada yang nganter daun singkong, kates, daun kelor, pisang dan lainnya," kata Tri.

Mendengar penjelasan Tri, Ganjar tersenyum dan mengapresiasinya. Ia tidak menyangka, program Jogo Tonggo yang dia gagas dengan menggiatkan lumbung pangan mampu dilaksanakan dengan baik di semua tempat.

"Kalau bicara lumbung pangan, maksud saya ya begini ini. Mimpi saya ya seperti ini, bantuan yang diberikan tidak yang sulit-sulit, dia harus belanja di toko. Aku duwene godong pohong (saya punya daun singkong) ya kasih, punya kates (pepaya) dikasihkan, punya jantung pisang, dipotong dan disumbangkan. Ini yang saya maksud dengan Jogo Tonggo," kata Ganjar.

Kekuatan masyarakat yang seperti inilah, kata Ganjar, yang bisa digalakkan di tengah wabah covid-19. Semua saling bahu membahu, bergotong royong untuk membantu sesama.

"Ini kekuatan riil di masyarakat, di desa kalau nyumbang seperti ini kan sudah biasa. Seperti orang punya gawe (hajatan) itu, anter-anter tetangga dan sebagainya. Maka semua punya rasa memiliki, tanggungjawab sehingga partisipasinya muncul. Saya senang sekali melihat ini," tegasnya.

Tak hanya memuji pengelolaan Jogo Tonggo Desa Menawan, Ganjar juga mengapresiasi penerapan protokol kesehatan di desa itu. Setiap pemudik yang tiba di kampung, langsung di karantina di tempat khusus yang sudah disediakan.

"Tadi saya lihat pemudik yang dikarantina juga semuanya senyum. Saya tanya kenapa mau dikarantina, karena kesadaran diri sendiri, takut kalau pulang menulari keluarga. Ini kan keren, top lah," tutupnya.

Terkait tempat karantina, Tri mengatakan, dirinya memang mewajibkan semua pemudik yang tiba di kampung untuk dikarantina selama 14 hari di Balai Diklat milik Pemkab Kudus yang ada di desanya. Saat ini, masih ada 18 orang yang masih dikarantina.

"Awalnya ada cukup banyak yang kami karantina, tapi karena sudah selesai masa karantinanya, kami pulangkan untuk karantina mandiri. Sekarang masih ada 18 orang yang dikarantina di sini dengan pantauan ketat bidan dan relawan dari tenaga kesehatan," ujar Tri.


Bagikan :

KUDUS - Warga Desa Menawan Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus mengumpulkan hasil bumi untuk disumbangkan di lumbung pangan desanya. 

Saat Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meninjau desa ini, Jumat (15/5/2020), dia melihat lumbung pangan Desa Menawan diisi berbagai hasil bumi, misalnya, daun singkong, pepaya, pisang, daun kecipir, daun kelor, tahu, tempe dan lainnya. 

"Ini daun singkong bantuan warga, pak. Ada kates (pepaya muda), daun kelor, kecipir, pisang juga ada pak. Kemarin ada yang kirim bantuan semangka satu karung," kata Tri Lestari, Kepala Desa Menawan. 

Tri menambahkan, kekuatan lumbung pangan di desanya memang mengoptimalkan kearifan lokal yang ada. Warga pun sudah biasa saling memberi hasil bumi kepada tetangga yang lain. 

"Jadi tidak heran kalau di lumbung pangan ini ada yang nganter daun singkong, kates, daun kelor, pisang dan lainnya," kata Tri.

Mendengar penjelasan Tri, Ganjar tersenyum dan mengapresiasinya. Ia tidak menyangka, program Jogo Tonggo yang dia gagas dengan menggiatkan lumbung pangan mampu dilaksanakan dengan baik di semua tempat.

"Kalau bicara lumbung pangan, maksud saya ya begini ini. Mimpi saya ya seperti ini, bantuan yang diberikan tidak yang sulit-sulit, dia harus belanja di toko. Aku duwene godong pohong (saya punya daun singkong) ya kasih, punya kates (pepaya) dikasihkan, punya jantung pisang, dipotong dan disumbangkan. Ini yang saya maksud dengan Jogo Tonggo," kata Ganjar.

Kekuatan masyarakat yang seperti inilah, kata Ganjar, yang bisa digalakkan di tengah wabah covid-19. Semua saling bahu membahu, bergotong royong untuk membantu sesama.

"Ini kekuatan riil di masyarakat, di desa kalau nyumbang seperti ini kan sudah biasa. Seperti orang punya gawe (hajatan) itu, anter-anter tetangga dan sebagainya. Maka semua punya rasa memiliki, tanggungjawab sehingga partisipasinya muncul. Saya senang sekali melihat ini," tegasnya.

Tak hanya memuji pengelolaan Jogo Tonggo Desa Menawan, Ganjar juga mengapresiasi penerapan protokol kesehatan di desa itu. Setiap pemudik yang tiba di kampung, langsung di karantina di tempat khusus yang sudah disediakan.

"Tadi saya lihat pemudik yang dikarantina juga semuanya senyum. Saya tanya kenapa mau dikarantina, karena kesadaran diri sendiri, takut kalau pulang menulari keluarga. Ini kan keren, top lah," tutupnya.

Terkait tempat karantina, Tri mengatakan, dirinya memang mewajibkan semua pemudik yang tiba di kampung untuk dikarantina selama 14 hari di Balai Diklat milik Pemkab Kudus yang ada di desanya. Saat ini, masih ada 18 orang yang masih dikarantina.

"Awalnya ada cukup banyak yang kami karantina, tapi karena sudah selesai masa karantinanya, kami pulangkan untuk karantina mandiri. Sekarang masih ada 18 orang yang dikarantina di sini dengan pantauan ketat bidan dan relawan dari tenaga kesehatan," ujar Tri.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu