Follow Us :              

Dalam Sebulan, Jateng Sukses Turunkan Inflasi Hingga 0,69 Persen

  02 August 2022  |   09:00:00  |   dibaca : 680 
Kategori :
Bagikan :


Dalam Sebulan, Jateng Sukses Turunkan Inflasi Hingga 0,69 Persen

02 August 2022 | 09:00:00 | dibaca : 680
Kategori :
Bagikan :

Foto : Vivi (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Vivi (Humas Jateng)

SEMARANG - Pada bulan Juni lalu Badan Pusat Statistik mencatatkan tingkat inflasi di Jawa Tengah mencapai 4,97 persen. Dengan penyebab utama karena kenaikan harga kebutuhan pokok. Setelah beberapa kebijakan dilakukan oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, di bulan Juli inflasi Jateng berhasil turun 0,69 menjadi 4,28 persen. 

Kepala BPS Jateng Adhi W mengatakan, pada Juli inflasi Jateng lebih rendah dibanding nasional 0,64 persen. Di Jateng sendiri dari enam kota dengan Indeks Harga Konsumen atau IHK paling tinggi. Di antaranya Kota Semarang dan Kota Tegal yang mencapai 0,59 persen. Namun secara tahun ke tahun, inflasi terbesar ada di Cilacap yaitu 6,78 persen, Solo 6,63 persen dan Tegal 6,56 persen. Artinya, di Semarang lebih rendah secara tahun ke tahun 4,87 persen. "Tapi secara umum, seluruh kota di IHK itu semua alami inflasi. Karena memang ada momen tertentu seperti penyesuaian harga BBM baik Pertaminadex atau Dexlite," ujarnya via sambungan telepon. 

Adhi menjelaskan komoditas penyebab inflasi si Jateng adalah cabai merah, bawang merah, tarif angkutan umum, angkutan udara, dan rokok kretek. Dia juga menambahkan, untuk kondisi inflasi dan deflasi tergantung tiga faktor yakni uang beredar yang mana Juli lalu ada tunjangan gaji 13 sehingga uang beredar pun lebih banyak, mobilitas seperti nanti 17 Agustus, serta uang sekolah yang gratis, dan lainnya. 

Harapannya di Agustus nanti kalau terjadi inflasi tidak terlalu besar. Setidaknya bisa di angka 0,2 persen atau bisa deflasi. "Ini juga tidak hanya kebijakan di Jateng tapi juga kebijakan nasional. Kalau harga bensin bisa turun, mudahan bisa terjadi deflasi," ucapnya. 

Penurunan inflasi di Jateng tak lepas dari upaya Gubernur Ganjar Pranowo yang memerintahkan jajarannya di Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk turut serta menekan laju inflasi dengan melakukan operasi pasar di enam daerah, yaitu Kota Semarang, Surakarta, Tegal Purwokerto, Kudus dan Cilacap. 

Selain itu Gubernur juga menggerakkan BUMD, misalnya PT Citra Mandiri Jawa Tengah (CMJT) Perseroda dengan memberikan penugasan public service obligation (PSO) agar membeli beberapa komoditas yang berpotensi naik harga. PSO ini bertujuan untuk menjaga stabilitas harga komoditas tersebut di tingkat produsen maupun di tingkat konsumen. Saat harga tinggi atau terjadi kelangkaan, komoditas yang dibeli akan dijual kembali ke masyarakat lewat operasi pasar dengan harga standar.


Bagikan :

SEMARANG - Pada bulan Juni lalu Badan Pusat Statistik mencatatkan tingkat inflasi di Jawa Tengah mencapai 4,97 persen. Dengan penyebab utama karena kenaikan harga kebutuhan pokok. Setelah beberapa kebijakan dilakukan oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, di bulan Juli inflasi Jateng berhasil turun 0,69 menjadi 4,28 persen. 

Kepala BPS Jateng Adhi W mengatakan, pada Juli inflasi Jateng lebih rendah dibanding nasional 0,64 persen. Di Jateng sendiri dari enam kota dengan Indeks Harga Konsumen atau IHK paling tinggi. Di antaranya Kota Semarang dan Kota Tegal yang mencapai 0,59 persen. Namun secara tahun ke tahun, inflasi terbesar ada di Cilacap yaitu 6,78 persen, Solo 6,63 persen dan Tegal 6,56 persen. Artinya, di Semarang lebih rendah secara tahun ke tahun 4,87 persen. "Tapi secara umum, seluruh kota di IHK itu semua alami inflasi. Karena memang ada momen tertentu seperti penyesuaian harga BBM baik Pertaminadex atau Dexlite," ujarnya via sambungan telepon. 

Adhi menjelaskan komoditas penyebab inflasi si Jateng adalah cabai merah, bawang merah, tarif angkutan umum, angkutan udara, dan rokok kretek. Dia juga menambahkan, untuk kondisi inflasi dan deflasi tergantung tiga faktor yakni uang beredar yang mana Juli lalu ada tunjangan gaji 13 sehingga uang beredar pun lebih banyak, mobilitas seperti nanti 17 Agustus, serta uang sekolah yang gratis, dan lainnya. 

Harapannya di Agustus nanti kalau terjadi inflasi tidak terlalu besar. Setidaknya bisa di angka 0,2 persen atau bisa deflasi. "Ini juga tidak hanya kebijakan di Jateng tapi juga kebijakan nasional. Kalau harga bensin bisa turun, mudahan bisa terjadi deflasi," ucapnya. 

Penurunan inflasi di Jateng tak lepas dari upaya Gubernur Ganjar Pranowo yang memerintahkan jajarannya di Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk turut serta menekan laju inflasi dengan melakukan operasi pasar di enam daerah, yaitu Kota Semarang, Surakarta, Tegal Purwokerto, Kudus dan Cilacap. 

Selain itu Gubernur juga menggerakkan BUMD, misalnya PT Citra Mandiri Jawa Tengah (CMJT) Perseroda dengan memberikan penugasan public service obligation (PSO) agar membeli beberapa komoditas yang berpotensi naik harga. PSO ini bertujuan untuk menjaga stabilitas harga komoditas tersebut di tingkat produsen maupun di tingkat konsumen. Saat harga tinggi atau terjadi kelangkaan, komoditas yang dibeli akan dijual kembali ke masyarakat lewat operasi pasar dengan harga standar.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu