Follow Us :              

Cintai Budaya Tradisional, Pemprov Gelar Gamelan Kolosal Perayaan HUT Ke-72 Jateng

  14 August 2022  |   06:00:00  |   dibaca : 1272 
Kategori :
Bagikan :


Cintai Budaya Tradisional, Pemprov Gelar Gamelan Kolosal Perayaan HUT Ke-72 Jateng

14 August 2022 | 06:00:00 | dibaca : 1272
Kategori :
Bagikan :

Foto : Vivi (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Vivi (Humas Jateng)

SEMARANG - Seniman desa mengepung kawasan car free day (CFD) Simpang Lima, Kota Semarang, Minggu (13/8/2022) pagi. Mereka bersama-sama memperagakan kesenian tradisional kuda lumping dalam iringan musik gamelan. Acara Gamelan Kolosal ini diselenggarakan untuk menyemarakkan HUT ke-72 Provinsi Jawa Tengah (Jateng). 

Setidaknya ada 30 kelompok gamelan dan kuda lumping dengan total 1050 seniman yang ikut andil dalam acara tersebut. Bukan hanya tarian Jawa, sebagai bentuk apresiasi pada keragaman budaya Indonesia, mereka juga menarikan tarian nusantara, mulai dari Aceh, Sulawesi hingga Papua. 

Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, hadir secara daring menyapa para seniman dan masyarakat yang berkumpul di kawasan CFD Simpang Lima Semarang. "Saya minta maaf. Pagi ini ada acara dengan Presiden. Seharusnya pagi ini saya hadir di sana tapi terpaksa mengikuti secara daring karena acara di sini (Jakarta) tidak dapat ditinggalkan," kata Gubernur dalam sambutannya. 

Turut disampaikan, kemeriahan acara tersebut merupakan gambaran semangat dan kecintaan masyarakat Jateng pada seni-budaya tradisional. Penuh rasa bangga, Gubernur mengapresiasi semua pihak yang telah bekerja keras membantu terselenggarakannya acara ini. 

"Terima kasih kepada teman-teman yang sudah berkeringat menyiapkan dengan luar biasa acara ini. Betapa meriahnya ketika nanti banyak kesenian tradisional akan tampil dari banyak tempat di Jawa Tengah. Mudah-mudahan kita selalu mencintai kesenian kita, kebudayaan kita," ungkap Gubernur. 

Diantara ribuan penari jaranan peserta flashmob, istri Gubernur Jateng, Atikoh, terlihat ikut bergabung dengan mereka di momen Car Free Day itu. Diiringi gamelan, Atikoh tampak sumringah mengikuti tiap gerak dari para penari tanpa canggung. 

“Ini pertamakali saya ikut, waktu itu di Solo ikut tapi nggak pakai kuda lumpingnya, ternyata lumayan berat. Gerakan- gerakannya terlihat sederhana, tapi kalau untuk lari bisa manfaat untuk strength, gerakan satu kaki, flexibility, stability atau keseimbangan. Itu luar biasa sekali," aku Ketua Penggerak PKK Jateng ini. 

Di momen ini, Atikoh juga menyampaikan harapannya agar masyarakat terus terlibat aktif bergotong-royong dalam menghadapi krisis yang terjadi. “(Harapan) Jawa Tengah bisa semakin mandiri, ke depan juga masyarakat bisa bergotong royong ikut (berpartisipasi) keluar dari krisis dan pandemi yang dua tahun ini membebani kita. Semua tentu harus bisa antisipasi karena kondisinya memang mau nggak mau dan suka tidak suka kita harus kerja keras dan tentu saja gotongroyong,” tandasnya. 

Pagelaran kolosal ini diapresiasi  banyak masyarakat, terutama para seniman. Berbagai komentar positif diungkapkan, salah satunya oleh Yusuf Arifin, seniman dari Kelompok Setyo Langen Budoyo Wonosobo. Ia mengaku sangat berterima kasih kepada Gubernur yang sudah memberikan bantuan gamelan kepada kelompok seni tradisional, khususnya kuda lumping dan jaranan. 

"Ini memberikan kami semua suntikan semangat untuk lebih bisa lagi dalam berkesenian. Terutama untuk generasi muda. Kegiatan ini juga bisa memperkenalkan kepada masyarakat, bagaimana kesenian yang ada di Jawa Tengah itu memang luar biasa dan sangat beragam," ujarnya penuh kegembiraan.


Bagikan :

SEMARANG - Seniman desa mengepung kawasan car free day (CFD) Simpang Lima, Kota Semarang, Minggu (13/8/2022) pagi. Mereka bersama-sama memperagakan kesenian tradisional kuda lumping dalam iringan musik gamelan. Acara Gamelan Kolosal ini diselenggarakan untuk menyemarakkan HUT ke-72 Provinsi Jawa Tengah (Jateng). 

Setidaknya ada 30 kelompok gamelan dan kuda lumping dengan total 1050 seniman yang ikut andil dalam acara tersebut. Bukan hanya tarian Jawa, sebagai bentuk apresiasi pada keragaman budaya Indonesia, mereka juga menarikan tarian nusantara, mulai dari Aceh, Sulawesi hingga Papua. 

Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, hadir secara daring menyapa para seniman dan masyarakat yang berkumpul di kawasan CFD Simpang Lima Semarang. "Saya minta maaf. Pagi ini ada acara dengan Presiden. Seharusnya pagi ini saya hadir di sana tapi terpaksa mengikuti secara daring karena acara di sini (Jakarta) tidak dapat ditinggalkan," kata Gubernur dalam sambutannya. 

Turut disampaikan, kemeriahan acara tersebut merupakan gambaran semangat dan kecintaan masyarakat Jateng pada seni-budaya tradisional. Penuh rasa bangga, Gubernur mengapresiasi semua pihak yang telah bekerja keras membantu terselenggarakannya acara ini. 

"Terima kasih kepada teman-teman yang sudah berkeringat menyiapkan dengan luar biasa acara ini. Betapa meriahnya ketika nanti banyak kesenian tradisional akan tampil dari banyak tempat di Jawa Tengah. Mudah-mudahan kita selalu mencintai kesenian kita, kebudayaan kita," ungkap Gubernur. 

Diantara ribuan penari jaranan peserta flashmob, istri Gubernur Jateng, Atikoh, terlihat ikut bergabung dengan mereka di momen Car Free Day itu. Diiringi gamelan, Atikoh tampak sumringah mengikuti tiap gerak dari para penari tanpa canggung. 

“Ini pertamakali saya ikut, waktu itu di Solo ikut tapi nggak pakai kuda lumpingnya, ternyata lumayan berat. Gerakan- gerakannya terlihat sederhana, tapi kalau untuk lari bisa manfaat untuk strength, gerakan satu kaki, flexibility, stability atau keseimbangan. Itu luar biasa sekali," aku Ketua Penggerak PKK Jateng ini. 

Di momen ini, Atikoh juga menyampaikan harapannya agar masyarakat terus terlibat aktif bergotong-royong dalam menghadapi krisis yang terjadi. “(Harapan) Jawa Tengah bisa semakin mandiri, ke depan juga masyarakat bisa bergotong royong ikut (berpartisipasi) keluar dari krisis dan pandemi yang dua tahun ini membebani kita. Semua tentu harus bisa antisipasi karena kondisinya memang mau nggak mau dan suka tidak suka kita harus kerja keras dan tentu saja gotongroyong,” tandasnya. 

Pagelaran kolosal ini diapresiasi  banyak masyarakat, terutama para seniman. Berbagai komentar positif diungkapkan, salah satunya oleh Yusuf Arifin, seniman dari Kelompok Setyo Langen Budoyo Wonosobo. Ia mengaku sangat berterima kasih kepada Gubernur yang sudah memberikan bantuan gamelan kepada kelompok seni tradisional, khususnya kuda lumping dan jaranan. 

"Ini memberikan kami semua suntikan semangat untuk lebih bisa lagi dalam berkesenian. Terutama untuk generasi muda. Kegiatan ini juga bisa memperkenalkan kepada masyarakat, bagaimana kesenian yang ada di Jawa Tengah itu memang luar biasa dan sangat beragam," ujarnya penuh kegembiraan.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu