Follow Us :              

Jateng Masuk 3 Provinsi Terendah Inflasi, 3,87% (YtD) 5,03% (YoY), BI Usulkan 5 Langkah Cegah Kenaikan

  15 September 2022  |   16:00:00  |   dibaca : 863 
Kategori :
Bagikan :


Jateng Masuk 3 Provinsi Terendah Inflasi, 3,87% (YtD) 5,03% (YoY), BI Usulkan 5 Langkah Cegah Kenaikan

15 September 2022 | 16:00:00 | dibaca : 863
Kategori :
Bagikan :

Foto : Slam (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Slam (Humas Jateng)

SEMARANG - Inflasi di Jawa Tengah (Jateng) masih terkendali. Bank Indonesia (BI) menyebutkan inflasi Year to date (tahun kalender) Januari-Agustus 2022 adalah 3,87 persen. Angka ini merupakan terendah ketiga nasional. Meskipun begitu BI dan Pemerintah Provinsi Jateng sudah menyiapan berbagai strategi untuk mengantisipasi kenaikan inflasi. 

Kepala Perwakilan BI Jateng, Rahmat Dwi Saputra, via telepon, menjelaskan  beberapa metode penghitungan inflasi yang mereka gunakan. Secara Year on Year (YoY) atau tahun ke tahun,  inflasi di Jateng mencapai 5,03 persen (Agustus 2021-Agustus 2022). Sementara dalam metode hitungan tahun kalender atau Year to Date (YtD), inflasi Jateng 3,87 persen. 

"Kalau dihitung dari Januari sampai Agustus 2022 (inflasi) relatif kecil yakni 3,87 persen. Artinya masih dalam sasaran inflasi nasional, dalam sasaran inflasi nasional itu 3 persen plus minus 1 persen. Artinya realisasi itu masih dalam range. Dan realiasi tersebut merupakan terendah ketiga setelah DKI dan Banten," sebutnya, Kamis (15/9/2022) sore. 

Ia menyebut, inflasi itu didorong karena naiknya sejumlah komoditas hortikultura seperti cabai, bawang merah  dan cabai hijau. Kenaikan barang pokok tersebut disebabkan karena kondisi cuaca yang memengaruhi pola tanam. 

Namun seiring panen hortikultura, pada Agustus 2022 Jateng justru mengalami deflasi atau penurunan harga. Deflasi di Jateng kala itu cukup besar yakni -0,39 persen atau di atas deflasi nasional yang hanya -0,21 persen. 

Disinggung tentang data pada beberapa media (15/9), yang menyebut inflasi Januari-Agustus 2022 di Jateng mencapai 5,03 persen, Rahmat mengoreksinya. 

"Itu salah, harusnya itu YoY  yang 5,03 persen. Kalau untuk tahun kalender Januari-Agustus (Year to Date 2022) itu 3,87 persen. Kan itu tidak ada keterangan YoY ataupun YtD, kalau mau berimbang harus ada disertakan apakah itu YoY atau YtD," urainya. 

Terkait kemungkinan kenaikan inflasi akibat kenaikan harga BBM, Rahmat tidak menampiknya. Namun, pihaknya mengaku sudah berkoordinasi dengan Pemprov Jateng guna menekan potensi inflasi. 

Setidaknya ada lima langkah yang telah disampaikan Rahmat kepada Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. 
1. penggunaan anggaran belanja tidak terduga untuk subsidi harga transportasi. 
2. mempercepat pembahasan dan penyaluran alokasi 2 persen dari Dana Alokasi Umum. 

3. ada mekanisme operasi pasar yang dilakukan oleh BUMD pangan, 
4. subsidi tarif angkutan umum. 
5. penyaluran bansos non tunai. 

"Insyaallah dilihat dari inflasi Year to Date yang cuma 3,87 persen, mudah-mudahan mentok batas atas 4 persen. Agustus juga terjadi deflasi, mudah-mudahan masih rendah untuk inflasinya," ujar Rahmat. 

Ia menyebut, jika strategi untuk menekan inflasi tepat, Pemprov Jateng bisa menekan inflasi di akhir tahun. Selain itu, peran pemerintah diharap dapat mempertahankan pertumbuhan ekonomi di Jateng. 

Dikatakan Rahmat, pada triwulan 2 2022 ekonomi Jateng tumbuh 5,66 persen. Ini menurutnya cukup impresif karena di triwulan  1 2022 ekonomi Jateng mencatatkan 5,12 persen. 

"Pertumbuhan didorong konsumsi rumah tangga dan ekspor. Jika daya beli masyarakat dijaga dengan pemberian bansos, subsidi transportasi dan ekspor meningkat, maka di triwulan ke 3 akan ada peningkatan pertumbuhan ekonomi," pungkas Rahmat.


Bagikan :

SEMARANG - Inflasi di Jawa Tengah (Jateng) masih terkendali. Bank Indonesia (BI) menyebutkan inflasi Year to date (tahun kalender) Januari-Agustus 2022 adalah 3,87 persen. Angka ini merupakan terendah ketiga nasional. Meskipun begitu BI dan Pemerintah Provinsi Jateng sudah menyiapan berbagai strategi untuk mengantisipasi kenaikan inflasi. 

Kepala Perwakilan BI Jateng, Rahmat Dwi Saputra, via telepon, menjelaskan  beberapa metode penghitungan inflasi yang mereka gunakan. Secara Year on Year (YoY) atau tahun ke tahun,  inflasi di Jateng mencapai 5,03 persen (Agustus 2021-Agustus 2022). Sementara dalam metode hitungan tahun kalender atau Year to Date (YtD), inflasi Jateng 3,87 persen. 

"Kalau dihitung dari Januari sampai Agustus 2022 (inflasi) relatif kecil yakni 3,87 persen. Artinya masih dalam sasaran inflasi nasional, dalam sasaran inflasi nasional itu 3 persen plus minus 1 persen. Artinya realisasi itu masih dalam range. Dan realiasi tersebut merupakan terendah ketiga setelah DKI dan Banten," sebutnya, Kamis (15/9/2022) sore. 

Ia menyebut, inflasi itu didorong karena naiknya sejumlah komoditas hortikultura seperti cabai, bawang merah  dan cabai hijau. Kenaikan barang pokok tersebut disebabkan karena kondisi cuaca yang memengaruhi pola tanam. 

Namun seiring panen hortikultura, pada Agustus 2022 Jateng justru mengalami deflasi atau penurunan harga. Deflasi di Jateng kala itu cukup besar yakni -0,39 persen atau di atas deflasi nasional yang hanya -0,21 persen. 

Disinggung tentang data pada beberapa media (15/9), yang menyebut inflasi Januari-Agustus 2022 di Jateng mencapai 5,03 persen, Rahmat mengoreksinya. 

"Itu salah, harusnya itu YoY  yang 5,03 persen. Kalau untuk tahun kalender Januari-Agustus (Year to Date 2022) itu 3,87 persen. Kan itu tidak ada keterangan YoY ataupun YtD, kalau mau berimbang harus ada disertakan apakah itu YoY atau YtD," urainya. 

Terkait kemungkinan kenaikan inflasi akibat kenaikan harga BBM, Rahmat tidak menampiknya. Namun, pihaknya mengaku sudah berkoordinasi dengan Pemprov Jateng guna menekan potensi inflasi. 

Setidaknya ada lima langkah yang telah disampaikan Rahmat kepada Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. 
1. penggunaan anggaran belanja tidak terduga untuk subsidi harga transportasi. 
2. mempercepat pembahasan dan penyaluran alokasi 2 persen dari Dana Alokasi Umum. 

3. ada mekanisme operasi pasar yang dilakukan oleh BUMD pangan, 
4. subsidi tarif angkutan umum. 
5. penyaluran bansos non tunai. 

"Insyaallah dilihat dari inflasi Year to Date yang cuma 3,87 persen, mudah-mudahan mentok batas atas 4 persen. Agustus juga terjadi deflasi, mudah-mudahan masih rendah untuk inflasinya," ujar Rahmat. 

Ia menyebut, jika strategi untuk menekan inflasi tepat, Pemprov Jateng bisa menekan inflasi di akhir tahun. Selain itu, peran pemerintah diharap dapat mempertahankan pertumbuhan ekonomi di Jateng. 

Dikatakan Rahmat, pada triwulan 2 2022 ekonomi Jateng tumbuh 5,66 persen. Ini menurutnya cukup impresif karena di triwulan  1 2022 ekonomi Jateng mencatatkan 5,12 persen. 

"Pertumbuhan didorong konsumsi rumah tangga dan ekspor. Jika daya beli masyarakat dijaga dengan pemberian bansos, subsidi transportasi dan ekspor meningkat, maka di triwulan ke 3 akan ada peningkatan pertumbuhan ekonomi," pungkas Rahmat.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu