Follow Us :              

Dibantu Promosikan Padi Srinuk, Petani Klaten Ucapkan Terima Kasih Pada Gubernur

  05 October 2022  |   13:00:00  |   dibaca : 717 
Kategori :
Bagikan :


Dibantu Promosikan Padi Srinuk, Petani Klaten Ucapkan Terima Kasih Pada Gubernur

05 October 2022 | 13:00:00 | dibaca : 717
Kategori :
Bagikan :

Foto : istimewa (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : istimewa (Humas Jateng)

KLATEN -  Petani beras Srinuk, Harjono asal Desa Kepanjen,  Kecamatan Delanggu, Klaten, menilai kedatangan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo ke desanya untuk meninjau pengembangan beras Srinuk, merupakan bentuk kepedulian pemerintah yang sangat mereka perlukan. Harjono juga juga mengapresiasi langkah Gubernur yang giat mempromosikan beras unggulan desa mereka tersebut. 

"Kami merasa diperhatikan pemerintah. Kaitannya dengan ketahanan pangan, kita sebagai petani mengharapkan apa yang kita kerjakan itu  bisa dilihat pemerintah," kata Harjono di tempat penggilingan padi Srinuk di desanya, Rabu (5/10/2022). 

Harjono menjelaskan Srinuk adalah beras sejenis Rojolele yang sudah direkayasa oleh Pemkab Klaten dan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Beras jenis Srinuk itu bisa lebih memiliki beberapa kelebihan dibanding beras Rojolele yang sebelumnya. Rojolele setelah lima bulan baru bisa dipanen, sedangkan Srinuk hanya butuh waktu sekitar 3 bulan. Tanaman padi Srinuk juga lebih pendek sehingga lebih aman dari roboh dan dimakan burung. 

"Kalau kualitas rasanya lebih enak Rojolelenya daripada Srinuk tapi hanya kualitasnya turun dikit," terangnya. Beras Srinuk  wangi dan tingkat pulennya hampir sama dengan Rojolele, bulir padinya juga sama-sama bulat namun Srinuk agak pendek dibanding Rojolele.  

Menurut Harjono, petani klaten mendapat keuntungan lebih besar saat menanam Srinuk. Dia mencontohkan, hasil panen padi Srinuk miliknya bisa meraup pendapatan Rp 6 juta per Ha. Sedangkan varietas lain, pendapatanya sekitar Rp 5 juta per Ha. 

Penjual bibit padi Srinuk, Sumiyem mengakui jika, bibit Srinuk memang memiliki kualitas bagus. "Paling besar (bibitnya), paling bagus. Bibit Srinuk sae (bagus), nasinya enak. Berasnya paling bagus. Petani semua suka," kata Sumiyem. 

Pemerintah Kabupaten Klaten melalui  Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan (Bappedalitbang) Kabupaten Klaten selaku pihak yang ikut meneliti beras Srinuk intens berusaha agar beras ini menjadi lebih baik.  

Kabid Litbang Bappedalitbang Kabupaten Klaten Muhammad Umar Said mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan BATAN memulai proses uji laboratorium sejak tahun 2013 sampai 2016. Selanjutnya dilakukan uji tanam di Desa Gempol Karanganom Klaten. Baru 2019, akhirnya Pemkab yakin ada tiga varietas yang layak diusulkan ke Kementerian Pertanian. Umurnya juga pendek sekitar 110 sampai 115 hari, batangnya juga lebih pendek namun rasa, pulen, wangi, dan lebih tahan hama daripada Rojolele yang lama. 

"Kita namai Rojolele Srinuk, Rojolele Srinar, dan Rojolele Sriten. Srinar itu dari kata 'Dewi Sri Dewi Padi dan 'Nar' itu bersinar. Srinuk itu Dewi Sri Dewi Padi dengan 'nuk' itu enak banget atau inuk. Inuk sendiri inovasi nuklir Klaten, Sriten itu Dewi Sri Klaten tapi waktu sidang pelepasan di Kementerian Pertanian itu Sriten dan Srinuk kecenderungannya agak mirip. Jadi yang diloloskan harus salah satu," ujarnya.


Bagikan :

KLATEN -  Petani beras Srinuk, Harjono asal Desa Kepanjen,  Kecamatan Delanggu, Klaten, menilai kedatangan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo ke desanya untuk meninjau pengembangan beras Srinuk, merupakan bentuk kepedulian pemerintah yang sangat mereka perlukan. Harjono juga juga mengapresiasi langkah Gubernur yang giat mempromosikan beras unggulan desa mereka tersebut. 

"Kami merasa diperhatikan pemerintah. Kaitannya dengan ketahanan pangan, kita sebagai petani mengharapkan apa yang kita kerjakan itu  bisa dilihat pemerintah," kata Harjono di tempat penggilingan padi Srinuk di desanya, Rabu (5/10/2022). 

Harjono menjelaskan Srinuk adalah beras sejenis Rojolele yang sudah direkayasa oleh Pemkab Klaten dan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Beras jenis Srinuk itu bisa lebih memiliki beberapa kelebihan dibanding beras Rojolele yang sebelumnya. Rojolele setelah lima bulan baru bisa dipanen, sedangkan Srinuk hanya butuh waktu sekitar 3 bulan. Tanaman padi Srinuk juga lebih pendek sehingga lebih aman dari roboh dan dimakan burung. 

"Kalau kualitas rasanya lebih enak Rojolelenya daripada Srinuk tapi hanya kualitasnya turun dikit," terangnya. Beras Srinuk  wangi dan tingkat pulennya hampir sama dengan Rojolele, bulir padinya juga sama-sama bulat namun Srinuk agak pendek dibanding Rojolele.  

Menurut Harjono, petani klaten mendapat keuntungan lebih besar saat menanam Srinuk. Dia mencontohkan, hasil panen padi Srinuk miliknya bisa meraup pendapatan Rp 6 juta per Ha. Sedangkan varietas lain, pendapatanya sekitar Rp 5 juta per Ha. 

Penjual bibit padi Srinuk, Sumiyem mengakui jika, bibit Srinuk memang memiliki kualitas bagus. "Paling besar (bibitnya), paling bagus. Bibit Srinuk sae (bagus), nasinya enak. Berasnya paling bagus. Petani semua suka," kata Sumiyem. 

Pemerintah Kabupaten Klaten melalui  Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan (Bappedalitbang) Kabupaten Klaten selaku pihak yang ikut meneliti beras Srinuk intens berusaha agar beras ini menjadi lebih baik.  

Kabid Litbang Bappedalitbang Kabupaten Klaten Muhammad Umar Said mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan BATAN memulai proses uji laboratorium sejak tahun 2013 sampai 2016. Selanjutnya dilakukan uji tanam di Desa Gempol Karanganom Klaten. Baru 2019, akhirnya Pemkab yakin ada tiga varietas yang layak diusulkan ke Kementerian Pertanian. Umurnya juga pendek sekitar 110 sampai 115 hari, batangnya juga lebih pendek namun rasa, pulen, wangi, dan lebih tahan hama daripada Rojolele yang lama. 

"Kita namai Rojolele Srinuk, Rojolele Srinar, dan Rojolele Sriten. Srinar itu dari kata 'Dewi Sri Dewi Padi dan 'Nar' itu bersinar. Srinuk itu Dewi Sri Dewi Padi dengan 'nuk' itu enak banget atau inuk. Inuk sendiri inovasi nuklir Klaten, Sriten itu Dewi Sri Klaten tapi waktu sidang pelepasan di Kementerian Pertanian itu Sriten dan Srinuk kecenderungannya agak mirip. Jadi yang diloloskan harus salah satu," ujarnya.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu