Follow Us :              

Tanamkan Nilai Spiritual Untuk Bangun Ketahanan Keluarga

  03 November 2022  |   09:00:00  |   dibaca : 1495 
Kategori :
Bagikan :


Tanamkan Nilai Spiritual Untuk Bangun Ketahanan Keluarga

03 November 2022 | 09:00:00 | dibaca : 1495
Kategori :
Bagikan :

Foto : Rinto (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Rinto (Humas Jateng)

BREBES - Penanaman nilai spiritual dalam keluarga, berkaitan erat dengan ketahanan keluarga. Orang tua yang berhasil menanamkan nilai-nilai spiritual terhadap anak, maka akan membentuknya menjadi pribadi yang berakhlak baik. 

Pernyataan itu disampaikan Ketua Umum Badan Kerja Sama Organisasi Wanita (BKOW) Jawa Tengah, Nawal Arafah Yasin, usai memberikan pengarahan kepada anggota Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kabupaten Brebes, Kamis (3/11/2022) di Gedung GOW Brebes.

Upaya menanamkan nilai spiritual terhadap anak, kata Nawal, harus dimulai sejak dini. Ketika anak berusia 0 sampai 5 tahun, orang tua, khususnya ibu yang menjadi madrasah pertama bagi anak, perlu senantiasa mengenalkan Tuhan. Anak harus diperkenalkan kepada Tuhan, lewat ciptaan Tuhan yang terkecil sekalipun. 

"Yang paling penting adalah bagaimana dia berperan sebagai ibu yang mendidik anak-anaknya, bagaimana dia juga perlu membangun spiritual anak ini menjadi kuat. Di antaranya yang pertama adalah bagaimana nilai-nilai ketauhidan (ke-Tuhan-an) itu harus bisa ada di dalam benak, di dalam hati anak-anaknya," jelas Nawal.

Bagi umat muslim, sambung dia, setelah menanamkan kecintaan terhadap Tuhan, anak diarahkan untuk mengikuti ajaran Rasulullah dan menumbuhkan rasa selalu diawasi oleh Tuhan (maqam muraqabah). Tumbuhnya rasa selalu diawasi oleh Tuhan, membuat anak takut melakukan keburukan. Ini sangat membantu di era digital, karena anak sudah memiliki kontrol otomatis.  

"Maqam muraqabah ini adalah dimanapun, apapun itu, dia (anak) terkontrol dengan adanya satu insting bahwa Allah itu melihat saya, menyaksikan saya. Sehingga, dia akan terkontrol terhadap sesuatu hal-hal yang jelek, yang dia mau perbuat. Ketika mau melakukan sesuatu yang tidak baik, dia teringat Allah melihat saya, sehingga dia tidak berani,"  urainya.  
Setelah anak berumur di atas lima tahun, lanjut Nawal, konsistensi ibadah mesti ditekankan. Dengan begitu, anak memiliki kebiasaan yang baik. Ini adalah proses bagaimana anak menyatu dengan Tuhannya. 
"Ketika ibadah ini sudah kuat, ketauhidan ini sudah kuat, maka yang lahir dari buahnya adalah bagaimana memiliki akhlak, memiliki anak yang terlahir baik," tandasnya.

Terciptanya keluarga yang kuat, imbuh Nawal, adalah salah satu pondasi penting dalam membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Apabila sumber daya manusianya berkualitas unggul, maka akan menjadi penentu bagi kemajuan bangsa. 


Bagikan :

BREBES - Penanaman nilai spiritual dalam keluarga, berkaitan erat dengan ketahanan keluarga. Orang tua yang berhasil menanamkan nilai-nilai spiritual terhadap anak, maka akan membentuknya menjadi pribadi yang berakhlak baik. 

Pernyataan itu disampaikan Ketua Umum Badan Kerja Sama Organisasi Wanita (BKOW) Jawa Tengah, Nawal Arafah Yasin, usai memberikan pengarahan kepada anggota Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kabupaten Brebes, Kamis (3/11/2022) di Gedung GOW Brebes.

Upaya menanamkan nilai spiritual terhadap anak, kata Nawal, harus dimulai sejak dini. Ketika anak berusia 0 sampai 5 tahun, orang tua, khususnya ibu yang menjadi madrasah pertama bagi anak, perlu senantiasa mengenalkan Tuhan. Anak harus diperkenalkan kepada Tuhan, lewat ciptaan Tuhan yang terkecil sekalipun. 

"Yang paling penting adalah bagaimana dia berperan sebagai ibu yang mendidik anak-anaknya, bagaimana dia juga perlu membangun spiritual anak ini menjadi kuat. Di antaranya yang pertama adalah bagaimana nilai-nilai ketauhidan (ke-Tuhan-an) itu harus bisa ada di dalam benak, di dalam hati anak-anaknya," jelas Nawal.

Bagi umat muslim, sambung dia, setelah menanamkan kecintaan terhadap Tuhan, anak diarahkan untuk mengikuti ajaran Rasulullah dan menumbuhkan rasa selalu diawasi oleh Tuhan (maqam muraqabah). Tumbuhnya rasa selalu diawasi oleh Tuhan, membuat anak takut melakukan keburukan. Ini sangat membantu di era digital, karena anak sudah memiliki kontrol otomatis.  

"Maqam muraqabah ini adalah dimanapun, apapun itu, dia (anak) terkontrol dengan adanya satu insting bahwa Allah itu melihat saya, menyaksikan saya. Sehingga, dia akan terkontrol terhadap sesuatu hal-hal yang jelek, yang dia mau perbuat. Ketika mau melakukan sesuatu yang tidak baik, dia teringat Allah melihat saya, sehingga dia tidak berani,"  urainya.  
Setelah anak berumur di atas lima tahun, lanjut Nawal, konsistensi ibadah mesti ditekankan. Dengan begitu, anak memiliki kebiasaan yang baik. Ini adalah proses bagaimana anak menyatu dengan Tuhannya. 
"Ketika ibadah ini sudah kuat, ketauhidan ini sudah kuat, maka yang lahir dari buahnya adalah bagaimana memiliki akhlak, memiliki anak yang terlahir baik," tandasnya.

Terciptanya keluarga yang kuat, imbuh Nawal, adalah salah satu pondasi penting dalam membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Apabila sumber daya manusianya berkualitas unggul, maka akan menjadi penentu bagi kemajuan bangsa. 


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu