Follow Us :              

Produksi Pangan Melimpah, Sekda Imbau Masyarakat Jawa Tengah Tidak Terlalu Khawatirkan Resesi

  20 December 2022  |   11:00:00  |   dibaca : 385 
Kategori :
Bagikan :


Produksi Pangan Melimpah, Sekda Imbau Masyarakat Jawa Tengah Tidak Terlalu Khawatirkan Resesi

20 December 2022 | 11:00:00 | dibaca : 385
Kategori :
Bagikan :

Foto : Ebron (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Ebron (Humas Jateng)

SEMARANG - Resesi global berpeluang akan berdampak negatif bagi Indonesia, tidak terkecuali bagi Jawa Tengah. Kondisi itu menurut Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jawa Tengah Sumarno, tidak perlu terlalu dikhawatirkan namun perlu diantisipasi. 

"Kalau di Indonesia, kita mengantisipasi (dampak dari) kondisi-kondisi negara-negara yang terjadi resesi. Ini yang perlu diantisipasi. Jadi informasinya (resesi) bukan menakut-nakuti, tapi informasi awal untuk kita waspada," tutur Sekda dalam Podcast bersama Bank Indonesia Perwakilan Jawa Tengah bertema "Refleksi dan Resolusi Ekonomi Pembangunan Jateng (Jawa Tengah)", Selasa (20/12/2022) di Kantor Bank Indonesia 

Sekda menerangkan, resesi terjadi karena tingginya suku bunga dan adanya prediksi negara-negara yang gagal membayar hutang. Selain itu resesi juga melanda negara-negara Eropa yang tidak memproduksi pangan. Kondisi dalam negeri sangat berbeda, karena Indonrsia adalah negara pemasok pangan. Bahkan Jawa Tengah adalah pemasok pangan nomor dua di tingkat nasional setelah Jawa Timur. 

Selain itu, pertumbuhan ekonomi secara makro juga positif. Pada kuartal III tahun 2022, ekonomi Jateng tumbuh 5,28% year on year (YoY). "Kalau tidak kita edukasi, bahasa resesi sepertinya menakutkan. Ini untuk mengedukasi. Ini tidak menakutkan," ujarnya. 

Dampak resesi bagi Indonesia, menurut Sekda salah satunya adalah penurunan potensi ekspor di negara-negara tujuan yang tengah dilanda resesi. Sekda juga mengimbau agar pelaku usaha yang memiliki pangsa pasar di negara-negara yang sedang resesi, untuk menjajaki pasar dalam negeri. 

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah Rahmat Dwi Saputra menyampaikan hal senada. Suatu negara atau daerah disebut mengalami resesi apabila dalam dua triwulan berturut-turut pertumbuhan ekonominya negatif. Sementara Indonesia, pertumbuhan ekonomi tiga triwulan berturut-turut pada tahun ini, justru terus mengalami kenaikan. 

"Kalau kita lihat Indonesia, tahun ini, dalam dua triwulan berturut-turut, kita tumbuhnya positif. Bahkan sudah tiga triwulan sampai Bulan Oktober. Triwulan satu itu 5,01%, triwulan dua meningkat 5,44% dan triwulan ketiga 5,72%. Artinya InsyaAllah Indonesia jauh dari prediksi resesi," jelasnya. 

Pertumbuhan ekonomi itu dipengaruhi aktivitas ekonomi domestik yang cukup kuat, dari sektor konsumsi dan investasi. Rahmat memprediksi, pertumbuhan ekonomi tahun depan masih baik meski ada perlambatan


Bagikan :

SEMARANG - Resesi global berpeluang akan berdampak negatif bagi Indonesia, tidak terkecuali bagi Jawa Tengah. Kondisi itu menurut Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jawa Tengah Sumarno, tidak perlu terlalu dikhawatirkan namun perlu diantisipasi. 

"Kalau di Indonesia, kita mengantisipasi (dampak dari) kondisi-kondisi negara-negara yang terjadi resesi. Ini yang perlu diantisipasi. Jadi informasinya (resesi) bukan menakut-nakuti, tapi informasi awal untuk kita waspada," tutur Sekda dalam Podcast bersama Bank Indonesia Perwakilan Jawa Tengah bertema "Refleksi dan Resolusi Ekonomi Pembangunan Jateng (Jawa Tengah)", Selasa (20/12/2022) di Kantor Bank Indonesia 

Sekda menerangkan, resesi terjadi karena tingginya suku bunga dan adanya prediksi negara-negara yang gagal membayar hutang. Selain itu resesi juga melanda negara-negara Eropa yang tidak memproduksi pangan. Kondisi dalam negeri sangat berbeda, karena Indonrsia adalah negara pemasok pangan. Bahkan Jawa Tengah adalah pemasok pangan nomor dua di tingkat nasional setelah Jawa Timur. 

Selain itu, pertumbuhan ekonomi secara makro juga positif. Pada kuartal III tahun 2022, ekonomi Jateng tumbuh 5,28% year on year (YoY). "Kalau tidak kita edukasi, bahasa resesi sepertinya menakutkan. Ini untuk mengedukasi. Ini tidak menakutkan," ujarnya. 

Dampak resesi bagi Indonesia, menurut Sekda salah satunya adalah penurunan potensi ekspor di negara-negara tujuan yang tengah dilanda resesi. Sekda juga mengimbau agar pelaku usaha yang memiliki pangsa pasar di negara-negara yang sedang resesi, untuk menjajaki pasar dalam negeri. 

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah Rahmat Dwi Saputra menyampaikan hal senada. Suatu negara atau daerah disebut mengalami resesi apabila dalam dua triwulan berturut-turut pertumbuhan ekonominya negatif. Sementara Indonesia, pertumbuhan ekonomi tiga triwulan berturut-turut pada tahun ini, justru terus mengalami kenaikan. 

"Kalau kita lihat Indonesia, tahun ini, dalam dua triwulan berturut-turut, kita tumbuhnya positif. Bahkan sudah tiga triwulan sampai Bulan Oktober. Triwulan satu itu 5,01%, triwulan dua meningkat 5,44% dan triwulan ketiga 5,72%. Artinya InsyaAllah Indonesia jauh dari prediksi resesi," jelasnya. 

Pertumbuhan ekonomi itu dipengaruhi aktivitas ekonomi domestik yang cukup kuat, dari sektor konsumsi dan investasi. Rahmat memprediksi, pertumbuhan ekonomi tahun depan masih baik meski ada perlambatan


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu