YOGYAKARTA - Seiring perubahan selera masyarakat dari membaca buku konvensional menjadi membaca buku digital perlu disiasati oleh para pustakawan. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan, banyaknya waktu yang dihabiskan masyarakat dengan gawai bisa dimanfaatkan.

“Para pustakawan mempunyai tanggungjawab di tengah dunia digital untuk bisa meningkatkan literasi,” ungkap Gubernur pada Seminar Nasional Literasi dan Keberadaban di Era Digital, di Ruang Seminar Perpustakaan UGM, Kamis (25/5/2023). 

Pada acara yang dihadiri pula oleh Sabrang Mowo Damar Panuluh, atau Noe Letto sebagai pemerhati sosial, dan Ismail Fahmi sebagai pendiri Drone Emprit dan PT Media Kernels Indonesia, Gubernur mengatakan, kehadiran dunia digital pada akhirnya akan membuat orang beralih membaca lewat e-book.

“Itu menjadi tantangan karena makin sedikit orang yang suka membaca (buku konvensional). Maka sekarang e-book umpama, mesti jauh lebih banyak dan yang konvensional mesti di e-book kan,” ujarnya.
 
Terkait upaya pendidikan dan peningkatan minat baca, termasuk pada anak-anak, digitalisasi buku-buku perlu dilakukan. Langkah ini merupakan salah satu strategi untuk bisa menjangkau masyarakat dengan lebih mudah.

“Buku-buku didigitalisasi terus, kemudian warga masyarakat termasuk anak-anak bisa kita dorong untuk meningkatkan literasinya dan kemudian ada edukasinya,” ucap Gubernur. Sepakat dengan pendapat Sabrang, tanpa literasi yang baik, kemudahan akses informasi justru membuat masyarakat rawan menjadi korban hoaks akibat banjir informasi yang bias. 

“Situasi global yang berubah sangat cepat itu membuat kita punya potensi ketinggalan kalau kita tidak bisa mengejar. Maka, semua daya upaya mesti kita lakukan. Kita mesti adaptif pada kondisi ini dan kita mesti cepat, karena teknologi juga berkembang dengan sangat cepat,” tandasnya.