Follow Us :              

Jateng Menuju 'Leading Sector' Pertanian Indonesia

  27 July 2018  |   13:00:00  |   dibaca : 642 
Kategori :
Bagikan :


Jateng Menuju 'Leading Sector' Pertanian Indonesia

27 July 2018 | 13:00:00 | dibaca : 642
Kategori :
Bagikan :

Foto : (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : (Humas Jateng)

TEMANGGUNG – Memodernisasi pertanian untuk kesejahteraan petani diperlukan basis data pertanian yang cukup presisi. Hal ini karena dari basis data tersebut pemerintah baik pusat maupun daerah bisa mengetahui kondisi riil pertanian yang ada di daerah masing-masing. Sehingga kebijakan publik yang dibuat bisa sesuai dan tepat sasaran.

Hal tersebut disampaikan Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP saat membuka Gelar Promosi Agribisnis (GPA) Soropadan ke-8 2018 di PPAP Agro Center Soropadan, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung, Jumat (27/7/2018).

“Ketika data kita sudah benar, maka perlakuan atau kebijakan publiknya mesti kita dorong,” katanya.

Ganjar mengatakan jumlah petani di Jawa Tengah sampai hari ini tercatat ada 2.815.888 orang. Namun sebagian besar hanya memiliki lahan rata-rata sekitar 0,25 hektare, jauh di bawah syarat sejahtera sebesar 2 hektare. Karenanya, melalui basis data ini pemerintah bisa melakukan intervensi dengan memberikan insentif maupun bantuan alsintan kepada petani-petani kategori miskin.

“Saya sudah menghitung, mereka yang miskin-miskin, petani yang kecil mau kita cover dengan asuransi petani, maka seluruh risiko yang kemungkinan dihadapi karena bencana ataupun hama bisa kita lindungi dengan asuransi,” terangnya.

Melalui data yang akurat, lanjut Ganjar, modernisasi pertanian bisa lebih ditingkatkan dengan memberikan bantuan alsintan kepada para petani yang membutuhkan.

Untuk memodernkan petani, pemerintah juga harus terus memberikan edukasi khususnya bagi generasi muda karena banyak petani yang sudah tua enggan beralih dari alat konvensional ke modern. Sementara, modernisasi ini bisa mendorong generasi muda untuk kembali menyukai profesi petani yang sudah jarang diminati.  

“Modernisasi inilah yang kita mesti angkat kesana karena yang tua sudah jarang yang mau,” tuturnya.

Modernisasi pertanian tidak hanya dilakukan dengan penggunaan alsintan modern, namun juga melalui modernisasi dari sisi teknologi informasi. Seperti yang dilakukan Pemprov Jateng bekerja sama dengan Bank Indonesia (BI) membuat SiHaTi yang tidak hanya sebagai sistem informasi harga,  namun juga sistem informasi produk dan stoknya.

Ganjar berharap GPA Soropadan ke-8 bisa menjadi learning center untuk pertanian di mana petani bisa belajar  dan mendapat edukasi tentang bibit unggul, cara pengelolaan yang baik, serta cara menjual yang lebih menguntungkan. Sehingga sistem pertanian yang modern bisa dijalankan.

“Tempat ini kita jadikan sebagai learning center untuk pertanian dengan satu harapan semua belajar mulai dari bibitnya, cara menjualnya, dan mengelolanya yang bagus. Nah memang kita ingin tidak hanya setahun sekali kita ada di sini, tapi nanti harian bisa orang datang,” ujarnya.

Pada GPA Soropadan ke-8 2018 ini Kementerian Pertanian juga memberikan bantuan kepada Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) di Jawa Tengah berupa 95 unit sepeda motor dan 6 unit mobil.

Bantuan sepeda motor digunakan sebagai sarana mobilitas petugas POPT untuk pengawasan di lapangan, sedangkan bantuan mobil diperuntukkan seperti laboratorium keliling serta memberikan sosialisasi bagi para petani.

“Menteri pertanian berharap besar agar Jawa Tengah akan menjadi 'leading sector' pertanian di Indonesia,” kata Staf Ahli Bidang Infrastruktur Pertanian Kementan Ani Andayani.
(Kukuh/Puji/Humas Jateng)

Baca juga : Gagas PPAP Agro Center Soropadan Jadi Agrowisata


Bagikan :

TEMANGGUNG – Memodernisasi pertanian untuk kesejahteraan petani diperlukan basis data pertanian yang cukup presisi. Hal ini karena dari basis data tersebut pemerintah baik pusat maupun daerah bisa mengetahui kondisi riil pertanian yang ada di daerah masing-masing. Sehingga kebijakan publik yang dibuat bisa sesuai dan tepat sasaran.

Hal tersebut disampaikan Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP saat membuka Gelar Promosi Agribisnis (GPA) Soropadan ke-8 2018 di PPAP Agro Center Soropadan, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung, Jumat (27/7/2018).

“Ketika data kita sudah benar, maka perlakuan atau kebijakan publiknya mesti kita dorong,” katanya.

Ganjar mengatakan jumlah petani di Jawa Tengah sampai hari ini tercatat ada 2.815.888 orang. Namun sebagian besar hanya memiliki lahan rata-rata sekitar 0,25 hektare, jauh di bawah syarat sejahtera sebesar 2 hektare. Karenanya, melalui basis data ini pemerintah bisa melakukan intervensi dengan memberikan insentif maupun bantuan alsintan kepada petani-petani kategori miskin.

“Saya sudah menghitung, mereka yang miskin-miskin, petani yang kecil mau kita cover dengan asuransi petani, maka seluruh risiko yang kemungkinan dihadapi karena bencana ataupun hama bisa kita lindungi dengan asuransi,” terangnya.

Melalui data yang akurat, lanjut Ganjar, modernisasi pertanian bisa lebih ditingkatkan dengan memberikan bantuan alsintan kepada para petani yang membutuhkan.

Untuk memodernkan petani, pemerintah juga harus terus memberikan edukasi khususnya bagi generasi muda karena banyak petani yang sudah tua enggan beralih dari alat konvensional ke modern. Sementara, modernisasi ini bisa mendorong generasi muda untuk kembali menyukai profesi petani yang sudah jarang diminati.  

“Modernisasi inilah yang kita mesti angkat kesana karena yang tua sudah jarang yang mau,” tuturnya.

Modernisasi pertanian tidak hanya dilakukan dengan penggunaan alsintan modern, namun juga melalui modernisasi dari sisi teknologi informasi. Seperti yang dilakukan Pemprov Jateng bekerja sama dengan Bank Indonesia (BI) membuat SiHaTi yang tidak hanya sebagai sistem informasi harga,  namun juga sistem informasi produk dan stoknya.

Ganjar berharap GPA Soropadan ke-8 bisa menjadi learning center untuk pertanian di mana petani bisa belajar  dan mendapat edukasi tentang bibit unggul, cara pengelolaan yang baik, serta cara menjual yang lebih menguntungkan. Sehingga sistem pertanian yang modern bisa dijalankan.

“Tempat ini kita jadikan sebagai learning center untuk pertanian dengan satu harapan semua belajar mulai dari bibitnya, cara menjualnya, dan mengelolanya yang bagus. Nah memang kita ingin tidak hanya setahun sekali kita ada di sini, tapi nanti harian bisa orang datang,” ujarnya.

Pada GPA Soropadan ke-8 2018 ini Kementerian Pertanian juga memberikan bantuan kepada Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) di Jawa Tengah berupa 95 unit sepeda motor dan 6 unit mobil.

Bantuan sepeda motor digunakan sebagai sarana mobilitas petugas POPT untuk pengawasan di lapangan, sedangkan bantuan mobil diperuntukkan seperti laboratorium keliling serta memberikan sosialisasi bagi para petani.

“Menteri pertanian berharap besar agar Jawa Tengah akan menjadi 'leading sector' pertanian di Indonesia,” kata Staf Ahli Bidang Infrastruktur Pertanian Kementan Ani Andayani.
(Kukuh/Puji/Humas Jateng)

Baca juga : Gagas PPAP Agro Center Soropadan Jadi Agrowisata


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu