Follow Us :              

Pada Ganjar, Mahasiswa Unissula Ini Pamerkan Temuannya

  19 September 2018  |   12:30:00  |   dibaca : 823 
Kategori :
Bagikan :


Pada Ganjar, Mahasiswa Unissula Ini Pamerkan Temuannya

19 September 2018 | 12:30:00 | dibaca : 823
Kategori :
Bagikan :

Foto : (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : (Humas Jateng)

SEMARANG- Mahasiswi Fakultas Agama Islam Universitas Sultan Agung (Unissula) Semarang Aisyah Ardani tak menyangka bisa bertemu langsung Gubernur Ganjar Pranowo di ruang kerjanya Rabu (19/9/2018). Pertemuan itu memang berawal dari cuitan tentang hasil risetnya pada sang gubernur yang kemudian viral dan direspon untuk bertemu.

Aisyah yang akrab disapa Ais bersama 4 rekannya menciptakan inovasi sebuah alat yang akan membantu para penyandang tuna rungu dalam mengerjakan salat. Alat tersebut dinamakan Gelang Gerak Salat (GGS). Rekan lainnya yakni Wa Ode Anastasya dari FAI, Muqtafa Amirul Wildan, Cahrudin, Ufi Najib dari Fakultas Teknologi. Dengan pembimbing Moh. Farhan,S.Pd.I., S.Hum MpdI, temuan teknologi itu tercatat dalam program kreativitas mahasiswa Kemristekdikti.

Kepada Ganjar, Aisyah menjelaskan GGS berfungsi sebagai indikator gerak salat berupa getaran yang bisa dirasakan pemakainya. Terdapat dua gelang, satu untuk dipakai imam dan satunya untuk makmum. Gelang yang dipakai imam akan mengirim kode setiap imam melakukan gerakan salat kepada gelang makmum sehingga menghasilkan sebuah getaran.

"Kami menciptakan ini karena tidak banyak alat yang membantu teman-teman difabel, khususnya tunarungu dalam hal ibadah," kata Ais yang juga seorang penyandang disabilitas sejak lahir pada bagian kaki.

Hal lain yang mendasari penciptaan GGS tersebut adalah soal fiqih. Aisyah mengatakan dalam Madzhab Syafi'i, yang banyak dianut di Indonesia, jika seseorang dalam salat bergerak lebih dari tiga kali maka salatnya batal.

"Untuk teman-teman tunarungu akan kesulitan mendengar takbir dari imam, tidak jarang dari mereka sering menoleh untuk mengetahui gerak imam. Karena pertimbangan fiqih tersebut, kami lahirkan GGS. Harapannya tentu akan semakin khusyuk salatnya," katanya

Mahasiswi semester 5 ini mengatakan sebelum muncul ide tersebut sempat melakukan riset pada rekan-rekan penyandang tuna rungu tentang apa yang mereka butuhkan. Pembuatan gelang itu sendiri membutuhkan waktu sekitar 4 bulan dengan dana awal sekitar Rp5-6 juta. Namun jika sudah diproduksi massal, dimungkinkan gelang itu hanya seharga Rp400 ribu hingga Rp500 ribu.

.
Setelah berlaga di PIMNAS, GGS ini akan diikutkan dalam konferensi internasional di Kuala Lumpur Malaysia. Karena mengalami kesulitan untuk berangkat ke Malaysia, akhirnya Aisyah nge-tweet dan ditujukan ke akun Ganjar Pranowo.

"Malam Pak @ganjarpranowo,Sy mahasiswi difabel d Unissula. Sy & tmn2 sedang mengembangkn Gelang Getar Shalat utk membantu tmn2 tuli. GGS mendpt ksmpatan dipresentasikan pd konferensi internasional, namun kami terhalang masalah financial. Jk Bpk berkenan kami mohon wkt utk audiensi."

Cuitan Aisyah lewat akun twitter-nya pada 16 September tersebut bahkan telah diretweet lebih dari 1975 kali. Ganjar pun sempat membalas cuitan Aisyah.

"Monggo... kampus bantu gak?."

Setelah itu, Ais lantas dihubungi ajudan Ganjar dan akhirnya bertemu di kantor Gubernur Jawa Tengah, jalan Pahlawan Semarang.

"Itulah hebatnya pemerintahan, kalau mereka (mahasiswa) mengalami kesulitan, tahu harus mengadu ke siapa. Banyak mahasiswa berprestasi yang kampusnya kelimpungan, setelah mahasiswa juara karena lolos ke perlombaan di banyak tempat dan waktu," kata Ganjar.

Ganjar pun langsung meminta pada Wildan, salah satu anggota tim dari Unissula untuk mengenakan GGS di lengannya. Wildan sengaja mengenakan GGS makmum pada lengan gubernur. Setelah tombol on ditekan, Wildan bergerak dan Ganjar pun merasakan getaran di lengannya. "Ini luar biasa. Tapi akan jadi sepele bagi orang yang tidak ngerti, idenya yang luar biasa," kata Ganjar.

Setelah berbincang dengan Aisyah dan tim, Ganjar berpikiran akan lebih luar biasa jika temuan GGS itu disempurnakan. Misalnya ditambah untuk mendeteksi perbedaan gerakan salat, getaran pengingat waktu salat. Bahkan dia terbayang GGS semakin luar biasa jika mengalami transformasi bentuk.

"Ini kan masih berupa gelang siapa tahu besok bisa jadi cincin. Atau bahkan, karena semua orang punya handphone, siapa tahu alat ini bisa ditransformasi ke aplikasi, jadi nanti kalian jualnya aplikasi, yang fungsinya sama dengan gelang itu. Kalau bisa luar biasa," ujarnya.


(Puji/Humas Jateng)


Bagikan :

SEMARANG- Mahasiswi Fakultas Agama Islam Universitas Sultan Agung (Unissula) Semarang Aisyah Ardani tak menyangka bisa bertemu langsung Gubernur Ganjar Pranowo di ruang kerjanya Rabu (19/9/2018). Pertemuan itu memang berawal dari cuitan tentang hasil risetnya pada sang gubernur yang kemudian viral dan direspon untuk bertemu.

Aisyah yang akrab disapa Ais bersama 4 rekannya menciptakan inovasi sebuah alat yang akan membantu para penyandang tuna rungu dalam mengerjakan salat. Alat tersebut dinamakan Gelang Gerak Salat (GGS). Rekan lainnya yakni Wa Ode Anastasya dari FAI, Muqtafa Amirul Wildan, Cahrudin, Ufi Najib dari Fakultas Teknologi. Dengan pembimbing Moh. Farhan,S.Pd.I., S.Hum MpdI, temuan teknologi itu tercatat dalam program kreativitas mahasiswa Kemristekdikti.

Kepada Ganjar, Aisyah menjelaskan GGS berfungsi sebagai indikator gerak salat berupa getaran yang bisa dirasakan pemakainya. Terdapat dua gelang, satu untuk dipakai imam dan satunya untuk makmum. Gelang yang dipakai imam akan mengirim kode setiap imam melakukan gerakan salat kepada gelang makmum sehingga menghasilkan sebuah getaran.

"Kami menciptakan ini karena tidak banyak alat yang membantu teman-teman difabel, khususnya tunarungu dalam hal ibadah," kata Ais yang juga seorang penyandang disabilitas sejak lahir pada bagian kaki.

Hal lain yang mendasari penciptaan GGS tersebut adalah soal fiqih. Aisyah mengatakan dalam Madzhab Syafi'i, yang banyak dianut di Indonesia, jika seseorang dalam salat bergerak lebih dari tiga kali maka salatnya batal.

"Untuk teman-teman tunarungu akan kesulitan mendengar takbir dari imam, tidak jarang dari mereka sering menoleh untuk mengetahui gerak imam. Karena pertimbangan fiqih tersebut, kami lahirkan GGS. Harapannya tentu akan semakin khusyuk salatnya," katanya

Mahasiswi semester 5 ini mengatakan sebelum muncul ide tersebut sempat melakukan riset pada rekan-rekan penyandang tuna rungu tentang apa yang mereka butuhkan. Pembuatan gelang itu sendiri membutuhkan waktu sekitar 4 bulan dengan dana awal sekitar Rp5-6 juta. Namun jika sudah diproduksi massal, dimungkinkan gelang itu hanya seharga Rp400 ribu hingga Rp500 ribu.

.
Setelah berlaga di PIMNAS, GGS ini akan diikutkan dalam konferensi internasional di Kuala Lumpur Malaysia. Karena mengalami kesulitan untuk berangkat ke Malaysia, akhirnya Aisyah nge-tweet dan ditujukan ke akun Ganjar Pranowo.

"Malam Pak @ganjarpranowo,Sy mahasiswi difabel d Unissula. Sy & tmn2 sedang mengembangkn Gelang Getar Shalat utk membantu tmn2 tuli. GGS mendpt ksmpatan dipresentasikan pd konferensi internasional, namun kami terhalang masalah financial. Jk Bpk berkenan kami mohon wkt utk audiensi."

Cuitan Aisyah lewat akun twitter-nya pada 16 September tersebut bahkan telah diretweet lebih dari 1975 kali. Ganjar pun sempat membalas cuitan Aisyah.

"Monggo... kampus bantu gak?."

Setelah itu, Ais lantas dihubungi ajudan Ganjar dan akhirnya bertemu di kantor Gubernur Jawa Tengah, jalan Pahlawan Semarang.

"Itulah hebatnya pemerintahan, kalau mereka (mahasiswa) mengalami kesulitan, tahu harus mengadu ke siapa. Banyak mahasiswa berprestasi yang kampusnya kelimpungan, setelah mahasiswa juara karena lolos ke perlombaan di banyak tempat dan waktu," kata Ganjar.

Ganjar pun langsung meminta pada Wildan, salah satu anggota tim dari Unissula untuk mengenakan GGS di lengannya. Wildan sengaja mengenakan GGS makmum pada lengan gubernur. Setelah tombol on ditekan, Wildan bergerak dan Ganjar pun merasakan getaran di lengannya. "Ini luar biasa. Tapi akan jadi sepele bagi orang yang tidak ngerti, idenya yang luar biasa," kata Ganjar.

Setelah berbincang dengan Aisyah dan tim, Ganjar berpikiran akan lebih luar biasa jika temuan GGS itu disempurnakan. Misalnya ditambah untuk mendeteksi perbedaan gerakan salat, getaran pengingat waktu salat. Bahkan dia terbayang GGS semakin luar biasa jika mengalami transformasi bentuk.

"Ini kan masih berupa gelang siapa tahu besok bisa jadi cincin. Atau bahkan, karena semua orang punya handphone, siapa tahu alat ini bisa ditransformasi ke aplikasi, jadi nanti kalian jualnya aplikasi, yang fungsinya sama dengan gelang itu. Kalau bisa luar biasa," ujarnya.


(Puji/Humas Jateng)


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu