Follow Us :              

PLN Garap Panas Bumi Gunung Ungaran, Ganjar Minta Masyarakat Diedukasi Dulu

  22 January 2019  |   09:00:00  |   dibaca : 2913 
Kategori :
Bagikan :


PLN Garap Panas Bumi Gunung Ungaran, Ganjar Minta Masyarakat Diedukasi Dulu

22 January 2019 | 09:00:00 | dibaca : 2913
Kategori :
Bagikan :

Foto : Istimewa (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Istimewa (Humas Jateng)

SEMARANG - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berharap PT PLN Persero mengambil langkah tepat dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya penggunaan energi baru terbarukan. Hal itu diperlukan sebelum perusahaan negara tersebut menggarap proyek geotermal Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Gunung Ungaran yang sempat mangkrak di tangan swasta.

Ganjar menyebutkan, penggunaan energi baru terbarukan harus dimulai saat ini. Karena konsumsi bahan bakar minyak harus berkurang. Di satu sisi, pemanfaatan gas belum optimal, batu bara juga ditakutkan mencemari lingkungan. Begitu juga dengan energi baru terbarukan lainnya seperti dari energi angin dan surya belum juga optimal pemanfataannya.

"Maka sebenarnya panas bumi ini yang paling jos dan kita punya. Rumusnya sederhana, di mana ada gunung berapi, di situ ada panas buminya. Kita punya potensi Gunung Lawu, Gunung Slamet, Telomoyo dan hari ini ada di Ungaran yang lebih dekat," kata Ganjar, Selasa (22/1/2019).

Ganjar berharap, setelah dipegang PLN pengerjaan proyek dapat dilaksanakan lebih cepat, terlebih dengan meningkatnya porsi energi baru terbarukan dalam bauran energi 2025 yang ditarget mencapai 23%. Sehingga, untuk kebutuhan energi jangka panjang, khususnya listrik untuk masyarakat harus ter-cover semuanya dan panas bumi adalah pilihan bagus. "Meskipun ini investasi mahal, tapi seterusnya tidak pakai operasional lagi karena sudah otomatis muncul dari dalam bumi, tinggal dikelola," paparnya. 

Hal itu, lanjut dia, perlu disosialisasikan kepada masyarakat agar mengerti apa itu panas bumi beserta manfaatnya. "Kendala biasanya sosial, makanya saya pesan agar ada pendekatan, sosialisasi kepada masyarakat adalah arti penting, cara kerjanya, luasan yang diterima seperti apa sehingga masyarakat jadi mengerti. Kan kita sudah belajar, dari Gunung Lawu orang bilang nggak setuju, nggak setuju karena takut, maka dikasih tahu dulu," katanya.

Dia menambahkan, sesuai penugasan undang-undang baru, PLN ditugaskan menjadi operator dan kini sudah mulai tahap persiapan kemudian berlanjut sosialisasi kegiatan eksplorasi dan penelitian. Untuk penelitian nanti melibatkan kalangan akademisi dari Undip Semarang.

Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Timur, Bali, dan Nusa Tenggara PLN Djoko Rahardjo Abumanan menjelaskan, Jateng memiliki enam wilayah potensial panas bumi, yakni Gunung Ungaran, Gunung Lawu, Baturraden, Gucci, Telomoyo dan Dieng. Khusus untuk WKP Ungaran mampu memproduksi 55 megawatt (MW). 

"Kalau untuk Jateng kita berharap, jika Ungaran sudah jadi, kemudian Baturraden jadi, akan mempercepat bauran energi. Kita punya road map, kalau satu pembangkit itu sudah menaikkan 12 persen, kalo 2 sudah 24 persen. Padahal selama ini pertumbuhan kita dalam 1 tahun secara historical 2 sampai 1 persen," tukasnya. 

Untuk menggenapi target pada 2025, lanjut Djoko, delapan blok panas bumi yang telah ditugaskan ke PLN, yakni WKP Mataloko 22,5 MW, Atedei 10 MW, dan Ulumbu 50 MW di Nusa Tenggara Timur (NTT), Songa Wayaua 10 MW di Maluku Utara, Gunung Tangkuban Perahu 60 MW di Jawa Barat, Tulehu 2x10 MW di Ambon.

Kemudian Ungaran 55 MW di Jateng, dan Kepahiang 110 MW di Bengkulu. Sedangkan tiga wilayah yang masih diproses yaitu WKP Danau Ranau di Sumatera Selatan 110 MW, serta Oka Ile Ange 10 MW dan Gunung Sirung 5 MW di NTT. "Ya mudah-mudahanan kita harap segera terwujud. Karena kita butuh pembangkit-pembangkit baru," bebernya.
 

Baca juga : Pemprov Gencarkan Bantuan Listrik Murah untuk Warga Miskin


Bagikan :

SEMARANG - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berharap PT PLN Persero mengambil langkah tepat dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya penggunaan energi baru terbarukan. Hal itu diperlukan sebelum perusahaan negara tersebut menggarap proyek geotermal Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Gunung Ungaran yang sempat mangkrak di tangan swasta.

Ganjar menyebutkan, penggunaan energi baru terbarukan harus dimulai saat ini. Karena konsumsi bahan bakar minyak harus berkurang. Di satu sisi, pemanfaatan gas belum optimal, batu bara juga ditakutkan mencemari lingkungan. Begitu juga dengan energi baru terbarukan lainnya seperti dari energi angin dan surya belum juga optimal pemanfataannya.

"Maka sebenarnya panas bumi ini yang paling jos dan kita punya. Rumusnya sederhana, di mana ada gunung berapi, di situ ada panas buminya. Kita punya potensi Gunung Lawu, Gunung Slamet, Telomoyo dan hari ini ada di Ungaran yang lebih dekat," kata Ganjar, Selasa (22/1/2019).

Ganjar berharap, setelah dipegang PLN pengerjaan proyek dapat dilaksanakan lebih cepat, terlebih dengan meningkatnya porsi energi baru terbarukan dalam bauran energi 2025 yang ditarget mencapai 23%. Sehingga, untuk kebutuhan energi jangka panjang, khususnya listrik untuk masyarakat harus ter-cover semuanya dan panas bumi adalah pilihan bagus. "Meskipun ini investasi mahal, tapi seterusnya tidak pakai operasional lagi karena sudah otomatis muncul dari dalam bumi, tinggal dikelola," paparnya. 

Hal itu, lanjut dia, perlu disosialisasikan kepada masyarakat agar mengerti apa itu panas bumi beserta manfaatnya. "Kendala biasanya sosial, makanya saya pesan agar ada pendekatan, sosialisasi kepada masyarakat adalah arti penting, cara kerjanya, luasan yang diterima seperti apa sehingga masyarakat jadi mengerti. Kan kita sudah belajar, dari Gunung Lawu orang bilang nggak setuju, nggak setuju karena takut, maka dikasih tahu dulu," katanya.

Dia menambahkan, sesuai penugasan undang-undang baru, PLN ditugaskan menjadi operator dan kini sudah mulai tahap persiapan kemudian berlanjut sosialisasi kegiatan eksplorasi dan penelitian. Untuk penelitian nanti melibatkan kalangan akademisi dari Undip Semarang.

Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Timur, Bali, dan Nusa Tenggara PLN Djoko Rahardjo Abumanan menjelaskan, Jateng memiliki enam wilayah potensial panas bumi, yakni Gunung Ungaran, Gunung Lawu, Baturraden, Gucci, Telomoyo dan Dieng. Khusus untuk WKP Ungaran mampu memproduksi 55 megawatt (MW). 

"Kalau untuk Jateng kita berharap, jika Ungaran sudah jadi, kemudian Baturraden jadi, akan mempercepat bauran energi. Kita punya road map, kalau satu pembangkit itu sudah menaikkan 12 persen, kalo 2 sudah 24 persen. Padahal selama ini pertumbuhan kita dalam 1 tahun secara historical 2 sampai 1 persen," tukasnya. 

Untuk menggenapi target pada 2025, lanjut Djoko, delapan blok panas bumi yang telah ditugaskan ke PLN, yakni WKP Mataloko 22,5 MW, Atedei 10 MW, dan Ulumbu 50 MW di Nusa Tenggara Timur (NTT), Songa Wayaua 10 MW di Maluku Utara, Gunung Tangkuban Perahu 60 MW di Jawa Barat, Tulehu 2x10 MW di Ambon.

Kemudian Ungaran 55 MW di Jateng, dan Kepahiang 110 MW di Bengkulu. Sedangkan tiga wilayah yang masih diproses yaitu WKP Danau Ranau di Sumatera Selatan 110 MW, serta Oka Ile Ange 10 MW dan Gunung Sirung 5 MW di NTT. "Ya mudah-mudahanan kita harap segera terwujud. Karena kita butuh pembangkit-pembangkit baru," bebernya.
 

Baca juga : Pemprov Gencarkan Bantuan Listrik Murah untuk Warga Miskin


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu