Follow Us :              

Dalang Harus Jaga Marwah, Bukan Justru Macak Jadi Wayang

  02 February 2019  |   19:30:00  |   dibaca : 1745 
Kategori :
Bagikan :


Dalang Harus Jaga Marwah, Bukan Justru Macak Jadi Wayang

02 February 2019 | 19:30:00 | dibaca : 1745
Kategori :
Bagikan :

Foto : Sigit (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Sigit (Humas Jateng)

SEMARANG - Sekda Jateng yang juga Ketua Umum Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Provinsi Jateng Sri Puryono mewanti-wanti agar dalang terus menjaga kehormatannya, bukan justru merendahkan derajat dengan macak jadi wayang. Terlebih di tahun politik ini, yang paling utama, dalang harus menyuarakan kepentingan bangsa dan negara.

"Kalau mau ditanggap kepentingan politik misalnya calon presiden dan wakil presiden nomer dua atau nomer satu, ya silakan. Tapi membawa kepentingan bangsa. Meski mereka memiliki hak pilih, kalau terpecah belah karena politik, jangan sampai," ujarnya, Sabtu (2/2/2019) saat pelantikan Pengurus Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI) Jateng periode 2019 - 2024 di halaman Kantor Gubernur Jateng. 

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dalam sambutannya yang dibacakan Sri Puryono menyampaikan pesan agar para dalang terus menghidupkan dan mewariskan wayang kepada generasi muda. Terutama soal pakem yang harus tetap dijaga, sabit, sabet, lakon, gending serta nggedok kotak yang tidak bisa ditawar. Tambahan teknologi dan alat musik modern pun diperbolehkan sebagai kreasi agar bisa diterima oleh generasi muda.

"Wayang harus menjadi tuntunan, tatanan dan tontonan. Sehingga bisa menjadi kebanggan ekspresi dan rasa syukur. Apalagi, kita patut berterimakasih kepada Presiden Joko Widodo yang telah menetapkan 7 November sebagai Hari Wayang Nasional," tukasnya.

Diharapkan, pasca ditetapkannya Hari Wayang Nasional, wayang dapat terus lestari dan para dalang menggali seni dan kembali tampil memenuhi lingkungan masyarakat. Pada pelantikan itu, H Untung Wiyono dalam lima tahun ke depan bakal memimpin PEPADI Jateng, dan Widodo Brotosedjati sebagai Ketua Harian. Di hadapan Sekda Jateng Sri Puryono, mereka beserta pengurus dilantik oleh Ketua PEPADI Pusat, Kondang Sutrisno.

Bukan sekadar pelantikan pengurus, namun juga digelar pertunjukan tiga lakon dari tiga dalang kondang. Ki Manteb Sudarsono dari Solo memainkan lakon "Bubrah Ngalengka," Ki Sigit Arianto dari Rembang memainkan lakon "Sombo Juwing" dan Ki Sigit Adisabdo dari Banyumas yang memainkan lakon "Sumantri Ngenger." Tiga lakon yang dimainkan semalam suntuk tersebut disatukan tema besar "Sadhumuk Batuk Sanyari Bumi."

Ketua PEPADI Pusat Kondang Sutrisno mengatakan gerak PEPADI telah sampai di 23 provinsi di Indonesia dan 179 kabupaten/kota dengan ratusan ribu anggota. Bahkan, PEPADI Jateng memiliki anggota yang mencapai 1.200 orang. "Kami tidak ingin organisasi ini hanya jadi tempat ngumpul, namun juga sebagai upaya agar dunia pedalangan semakin ngrembug," katanya. 

Berbagai laku pun dijalankan Pepadi, dari festival pedalangan berbagai usia, sarasehan, diklat, konsultasi organisasi dan yang paling inti melakukan pagelaran di setiap kabupaten minimal sebulan sekali. "Saya berharap Jawa Tengah bisa semoncer Jawa Timur. Sini aktif, tapi di Jatim lebih aktif kegiatan sampai pagelaran," bebernya.

(Ibra/Syukron/Himawan/Humas Jateng)

 

Baca juga : Gaet Kaum Milenial, Dalang Harus Kekinian Tanpa Kehilangan Pakem


Bagikan :

SEMARANG - Sekda Jateng yang juga Ketua Umum Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Provinsi Jateng Sri Puryono mewanti-wanti agar dalang terus menjaga kehormatannya, bukan justru merendahkan derajat dengan macak jadi wayang. Terlebih di tahun politik ini, yang paling utama, dalang harus menyuarakan kepentingan bangsa dan negara.

"Kalau mau ditanggap kepentingan politik misalnya calon presiden dan wakil presiden nomer dua atau nomer satu, ya silakan. Tapi membawa kepentingan bangsa. Meski mereka memiliki hak pilih, kalau terpecah belah karena politik, jangan sampai," ujarnya, Sabtu (2/2/2019) saat pelantikan Pengurus Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI) Jateng periode 2019 - 2024 di halaman Kantor Gubernur Jateng. 

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dalam sambutannya yang dibacakan Sri Puryono menyampaikan pesan agar para dalang terus menghidupkan dan mewariskan wayang kepada generasi muda. Terutama soal pakem yang harus tetap dijaga, sabit, sabet, lakon, gending serta nggedok kotak yang tidak bisa ditawar. Tambahan teknologi dan alat musik modern pun diperbolehkan sebagai kreasi agar bisa diterima oleh generasi muda.

"Wayang harus menjadi tuntunan, tatanan dan tontonan. Sehingga bisa menjadi kebanggan ekspresi dan rasa syukur. Apalagi, kita patut berterimakasih kepada Presiden Joko Widodo yang telah menetapkan 7 November sebagai Hari Wayang Nasional," tukasnya.

Diharapkan, pasca ditetapkannya Hari Wayang Nasional, wayang dapat terus lestari dan para dalang menggali seni dan kembali tampil memenuhi lingkungan masyarakat. Pada pelantikan itu, H Untung Wiyono dalam lima tahun ke depan bakal memimpin PEPADI Jateng, dan Widodo Brotosedjati sebagai Ketua Harian. Di hadapan Sekda Jateng Sri Puryono, mereka beserta pengurus dilantik oleh Ketua PEPADI Pusat, Kondang Sutrisno.

Bukan sekadar pelantikan pengurus, namun juga digelar pertunjukan tiga lakon dari tiga dalang kondang. Ki Manteb Sudarsono dari Solo memainkan lakon "Bubrah Ngalengka," Ki Sigit Arianto dari Rembang memainkan lakon "Sombo Juwing" dan Ki Sigit Adisabdo dari Banyumas yang memainkan lakon "Sumantri Ngenger." Tiga lakon yang dimainkan semalam suntuk tersebut disatukan tema besar "Sadhumuk Batuk Sanyari Bumi."

Ketua PEPADI Pusat Kondang Sutrisno mengatakan gerak PEPADI telah sampai di 23 provinsi di Indonesia dan 179 kabupaten/kota dengan ratusan ribu anggota. Bahkan, PEPADI Jateng memiliki anggota yang mencapai 1.200 orang. "Kami tidak ingin organisasi ini hanya jadi tempat ngumpul, namun juga sebagai upaya agar dunia pedalangan semakin ngrembug," katanya. 

Berbagai laku pun dijalankan Pepadi, dari festival pedalangan berbagai usia, sarasehan, diklat, konsultasi organisasi dan yang paling inti melakukan pagelaran di setiap kabupaten minimal sebulan sekali. "Saya berharap Jawa Tengah bisa semoncer Jawa Timur. Sini aktif, tapi di Jatim lebih aktif kegiatan sampai pagelaran," bebernya.

(Ibra/Syukron/Himawan/Humas Jateng)

 

Baca juga : Gaet Kaum Milenial, Dalang Harus Kekinian Tanpa Kehilangan Pakem


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu