Follow Us :              

Prosesi Keagaman Umat Buddha Jadi Magnet Wisatawan ke Borobudur

  20 May 2019  |   13:00:00  |   dibaca : 41672 
Kategori :
Bagikan :


Prosesi Keagaman Umat Buddha Jadi Magnet Wisatawan ke Borobudur

20 May 2019 | 13:00:00 | dibaca : 41672
Kategori :
Bagikan :

Foto : Slam (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Slam (Humas Jateng)

SEMARANG - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berharap sejumlah agenda keagamaan yang dilakukan umat Buddha di Candi Borobudur tidak hanya untuk ritual saja. Namun, sejumlah prosesi keagamana itu dapat dibalut sedemikian rupa untuk menarik minat para wisatawan berkunjung ke candi Buddha terbesar di dunia itu.

Hal itu disampaikan Ganjar saat menemui panitia pelaksana Indonesia Tipitaka Chanting and Asalha Mahapuja 2563 BE/2019 di ruang kerjanya, Senin (20/5/2019). "Saya berharap, setiap keagamaan umat Buddha di Borobudur tidak hanya mengedepankan aspek religi atau spiritual saja, namun bisa tidak ya kalau dikemas semenarik mungkin agar menjadi magnet bagi wisatawan," kata Ganjar.

Ganjar membeberkan pengalamannya saat mengikuti prosesi Tri Suci Waisak pada Sabtu (18/5/2019) malam lalu. Menurutny, perayaan Waisak merupakan kegiatan menarik yang sebenarnya dapat dijadikan event pariwisata yang memesona.

"Saya memiliki gagasan, bagaimana kalau setiap kegiatan keagamaan di Borobudur yang sifatnya hari besar, dapat dikemas untuk wisatawan. Kalau dalam setahun ada tiga saja kegiatan yang digelar, tidak bisa dibayangkan akan berapa banyak wisatawan yang hadir," paparnya.

Pengalaman di Bali, di lokasi itu kegiatan keagamaan umat Hindu menjadi pemandangan unik yang selalu diburu wisatawan asing. Mereka banyak yang penasaran dengan cara beribadah yang unik dari pengikut umat Hindu di Pulau Dewata itu.

"Saya ingin di Borobudur seperti itu. Jadi misal ada tiga perayaan hari besar, kita tutup kawasan Borobudur untuk kegiatan ibadah, namun kegiatan itu dikemas semenarik mungkin agar unik dan menarik wisatawan untuk menyaksikan. Kalau perlu ada juga parade, pawai dan sebagainya," tukasnya.

Harapan dan keinginan Ganjar tersebut disambut baik oleh Anggota Dewan Sesepuh Sanga Theravada Indonesia, Biksu Cattamano. Dalam kesempatan itu, Biksu Cattamano mengatakan bahwa ide tersebut sangat baik, karena dengan mendatangkan wisata, maka akan memberikan berkah kepada lingkungan di sekitar Borobudur.

"Kami sangat setuju, memang kalau bisa kegiatan keagamaan di Borobudur dikemas untuk menjadi daya tarik wisata, khususnya wisata rohani. Sehingga, akan mendongkrak perekonomian masyarakat sekitarnya dan bisa memberikan penghidupan lebih baik," kata dia.

Menurut Biksu Chattamano, setidaknya ada empat kegiatan keagamaan Buddha yang dapat digelar di Candi Borobudur. Empat kegiatan besar itu seperti Hari Suci Magha Puja, peringatan Tri Suci Waisak, peringatan Hari Suci Asadha dan peringatan Hari Suci Khatina.

"Empat peringatan itu semuanya bisa dikemas menarik untuk mengundang masyarakat untuk bisa hadir. Kalau wisatawan banyak yang hadir, maka bisa memberi keberuntungan dan berkah pada lingkungan setempat," tukasnya.

 

Baca juga : Ribuan Umat Buddha Gelar Dharmasanti Waisak di Borobudur


Bagikan :

SEMARANG - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berharap sejumlah agenda keagamaan yang dilakukan umat Buddha di Candi Borobudur tidak hanya untuk ritual saja. Namun, sejumlah prosesi keagamana itu dapat dibalut sedemikian rupa untuk menarik minat para wisatawan berkunjung ke candi Buddha terbesar di dunia itu.

Hal itu disampaikan Ganjar saat menemui panitia pelaksana Indonesia Tipitaka Chanting and Asalha Mahapuja 2563 BE/2019 di ruang kerjanya, Senin (20/5/2019). "Saya berharap, setiap keagamaan umat Buddha di Borobudur tidak hanya mengedepankan aspek religi atau spiritual saja, namun bisa tidak ya kalau dikemas semenarik mungkin agar menjadi magnet bagi wisatawan," kata Ganjar.

Ganjar membeberkan pengalamannya saat mengikuti prosesi Tri Suci Waisak pada Sabtu (18/5/2019) malam lalu. Menurutny, perayaan Waisak merupakan kegiatan menarik yang sebenarnya dapat dijadikan event pariwisata yang memesona.

"Saya memiliki gagasan, bagaimana kalau setiap kegiatan keagamaan di Borobudur yang sifatnya hari besar, dapat dikemas untuk wisatawan. Kalau dalam setahun ada tiga saja kegiatan yang digelar, tidak bisa dibayangkan akan berapa banyak wisatawan yang hadir," paparnya.

Pengalaman di Bali, di lokasi itu kegiatan keagamaan umat Hindu menjadi pemandangan unik yang selalu diburu wisatawan asing. Mereka banyak yang penasaran dengan cara beribadah yang unik dari pengikut umat Hindu di Pulau Dewata itu.

"Saya ingin di Borobudur seperti itu. Jadi misal ada tiga perayaan hari besar, kita tutup kawasan Borobudur untuk kegiatan ibadah, namun kegiatan itu dikemas semenarik mungkin agar unik dan menarik wisatawan untuk menyaksikan. Kalau perlu ada juga parade, pawai dan sebagainya," tukasnya.

Harapan dan keinginan Ganjar tersebut disambut baik oleh Anggota Dewan Sesepuh Sanga Theravada Indonesia, Biksu Cattamano. Dalam kesempatan itu, Biksu Cattamano mengatakan bahwa ide tersebut sangat baik, karena dengan mendatangkan wisata, maka akan memberikan berkah kepada lingkungan di sekitar Borobudur.

"Kami sangat setuju, memang kalau bisa kegiatan keagamaan di Borobudur dikemas untuk menjadi daya tarik wisata, khususnya wisata rohani. Sehingga, akan mendongkrak perekonomian masyarakat sekitarnya dan bisa memberikan penghidupan lebih baik," kata dia.

Menurut Biksu Chattamano, setidaknya ada empat kegiatan keagamaan Buddha yang dapat digelar di Candi Borobudur. Empat kegiatan besar itu seperti Hari Suci Magha Puja, peringatan Tri Suci Waisak, peringatan Hari Suci Asadha dan peringatan Hari Suci Khatina.

"Empat peringatan itu semuanya bisa dikemas menarik untuk mengundang masyarakat untuk bisa hadir. Kalau wisatawan banyak yang hadir, maka bisa memberi keberuntungan dan berkah pada lingkungan setempat," tukasnya.

 

Baca juga : Ribuan Umat Buddha Gelar Dharmasanti Waisak di Borobudur


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu