Follow Us :              

Kak Atikoh : Setiap Pramuka itu Pewarta, Setiap Pramuka itu Media

  18 July 2019  |   12:30:00  |   dibaca : 2822 
Kategori :
Bagikan :


Kak Atikoh : Setiap Pramuka itu Pewarta, Setiap Pramuka itu Media

18 July 2019 | 12:30:00 | dibaca : 2822
Kategori :
Bagikan :

Foto : Vivi (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Vivi (Humas Jateng)

SEMARANG - Pramuka di era milenial diharapkan bisa melakukan apa saja. Terutama dalam pemanfaatan teknologi untuk mendukung kegiatan Pramuka. Seperti nge-vlog, menggunakan drone, serta menguasai kecakapan dari sisi kepramukaan, softskill, teknologi dan budaya. Karena, jika hanya menguasai salah satu aja, akan “njomplang”.


Penegasan itu disampaikan Ketua Kwarda Jateng, Kak Siti Atikoh Supriyanti dalam Hot Topic Pramuka di Era Milenial yang disiarkan dari BPTIK Dikbud Jateng Jl Tarupolo Tengah oleh MNC 89,9 FM Trijaya Semarang, Kamis (18/7/2019) siang.


“Pramuka milenial ya mengkolaborasikan pramuka konvensional dengan kekinian ditambah penguasaan teknologi. Bakti sosial tetap menjadi kegiatan. Pramuka juga harus bisa merevitalisasi bilai budaya bangsa yakni gotong royong yang dikemas dengan teknologi.

Sesuai tagline Kwarda, setiap pramuka itu pewarta, setiap pramuka itu media,” katanya.
Akan tetapi, istri Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menegaskan, Pramuka jangan sampai dikuasai sosial media. Pramuka harus bergerak menjadi pewarta yang menyebarkan konten positif. Langkah memerangi hoaks pun harus dilakukan dengan edukasi dengan sosialisasi dan meluruskannya.


“Pendidikan karakter kita berikan agar pramuka menjadi benteng bagi generasi muda dan dewasa dari pengikisan moral dan budaya. Gempuran teknologi dan globalisasi itu tentunya akan mempengaruhi budaya. Pramuka harus menjadi benteng,” tandasnya.


Nampak hadir menjadi pembicara lainnya, Pembina Pramuka SMA Negeri 5 Semarang Rochimudin, serta dua anggota Pramuka senior, Jumadi yang usianya sudah mencapai 76 tahun dan Sugiyono yang usianya 68 dan masih aktif di Pramuka. 


Mereka pun berpesan kepada Pramuka generasi muda, Pramua selain membentuk karakter menjadi baik, apa yang dikerjakan di dalam kegiatan Pramuka, penuh dengan riang gembira, bersama-sama, dan karena dengan sapaan Kakak-Adik, terasa enak dan akrab. 


“Cucu saya yang kelas 1 SMA aktif Pramuka. Ia memanggil saya tidak Kek, tapi Kak. Ini kan menjadi akrab. Tidak merasa kamu siapa, tapi persaudaraan. Pramuka juga menjadi organisasi yang bisa mempererat NKRI. Soal teknologi, adik-adik menularkan kepada kakak-kakaknya seperti saya, saya pun tidak malu belajar. Pramuka itu Pendidikan sepanjang hayat, sampai liang lahat,” paparnya.


Salah satu anggota Pramuka dari SMA Negeri 5, Gilang pun menimpali, jika dirinya menyukai Pramuka karena bapak dan ibunya menikah setelah sebelumnya sama-sama aktif di Pramuka. “Karena Pramuka, Bapak dan Ibu menemukan cinta,” ujarnya disambut tepuk tangan para hadirin.


Bagikan :

SEMARANG - Pramuka di era milenial diharapkan bisa melakukan apa saja. Terutama dalam pemanfaatan teknologi untuk mendukung kegiatan Pramuka. Seperti nge-vlog, menggunakan drone, serta menguasai kecakapan dari sisi kepramukaan, softskill, teknologi dan budaya. Karena, jika hanya menguasai salah satu aja, akan “njomplang”.


Penegasan itu disampaikan Ketua Kwarda Jateng, Kak Siti Atikoh Supriyanti dalam Hot Topic Pramuka di Era Milenial yang disiarkan dari BPTIK Dikbud Jateng Jl Tarupolo Tengah oleh MNC 89,9 FM Trijaya Semarang, Kamis (18/7/2019) siang.


“Pramuka milenial ya mengkolaborasikan pramuka konvensional dengan kekinian ditambah penguasaan teknologi. Bakti sosial tetap menjadi kegiatan. Pramuka juga harus bisa merevitalisasi bilai budaya bangsa yakni gotong royong yang dikemas dengan teknologi.

Sesuai tagline Kwarda, setiap pramuka itu pewarta, setiap pramuka itu media,” katanya.
Akan tetapi, istri Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menegaskan, Pramuka jangan sampai dikuasai sosial media. Pramuka harus bergerak menjadi pewarta yang menyebarkan konten positif. Langkah memerangi hoaks pun harus dilakukan dengan edukasi dengan sosialisasi dan meluruskannya.


“Pendidikan karakter kita berikan agar pramuka menjadi benteng bagi generasi muda dan dewasa dari pengikisan moral dan budaya. Gempuran teknologi dan globalisasi itu tentunya akan mempengaruhi budaya. Pramuka harus menjadi benteng,” tandasnya.


Nampak hadir menjadi pembicara lainnya, Pembina Pramuka SMA Negeri 5 Semarang Rochimudin, serta dua anggota Pramuka senior, Jumadi yang usianya sudah mencapai 76 tahun dan Sugiyono yang usianya 68 dan masih aktif di Pramuka. 


Mereka pun berpesan kepada Pramuka generasi muda, Pramua selain membentuk karakter menjadi baik, apa yang dikerjakan di dalam kegiatan Pramuka, penuh dengan riang gembira, bersama-sama, dan karena dengan sapaan Kakak-Adik, terasa enak dan akrab. 


“Cucu saya yang kelas 1 SMA aktif Pramuka. Ia memanggil saya tidak Kek, tapi Kak. Ini kan menjadi akrab. Tidak merasa kamu siapa, tapi persaudaraan. Pramuka juga menjadi organisasi yang bisa mempererat NKRI. Soal teknologi, adik-adik menularkan kepada kakak-kakaknya seperti saya, saya pun tidak malu belajar. Pramuka itu Pendidikan sepanjang hayat, sampai liang lahat,” paparnya.


Salah satu anggota Pramuka dari SMA Negeri 5, Gilang pun menimpali, jika dirinya menyukai Pramuka karena bapak dan ibunya menikah setelah sebelumnya sama-sama aktif di Pramuka. “Karena Pramuka, Bapak dan Ibu menemukan cinta,” ujarnya disambut tepuk tangan para hadirin.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu