Follow Us :              

Sangarnya Warga Grobogan yang Doyan Makan Nasi Pagar

  19 January 2020  |   08:00:00  |   dibaca : 1136 
Kategori :
Bagikan :


Sangarnya Warga Grobogan yang Doyan Makan Nasi Pagar

19 January 2020 | 08:00:00 | dibaca : 1136
Kategori :
Bagikan :

Foto : Slam (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Slam (Humas Jateng)

GROBOGAN - Makan nasi Padang, Rames atau Pecel mungkin sudah biasa. Namun apa yang ada di benak Anda, jika ada orang yang makan nasi pagar?

Sekilas mungkin tampak mengerikan. Bagaimana bisa pagar yang biasa terbuat dari beton, besi atau kayu, dimakan oleh manusia. Kalau bukan orang sakti, tentu tidak akan mungkin terjadi.

Namun di Grobogan Jawa Tengah khususnya masyarakat di Kecamatan Godong, makan nasi pagar bukanlah hal yang aneh. Dari anak kecil hingga manula, nasi pagar menjadi menu utama.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pun penasaran dengan menu ini. Mengajak istrinya, Siti Atikoh, Ganjar rela ngontel dari Semarang menuju Grobogan untuk bisa menikmati kuliner unik tersebut.

"Seumur hidup saya baru nemu, ada masyarakat makan pagar. Kalau ndak sakti, tidak mungkin, untune mesti kuat tenan (gignya pasti sangat kuat). Makanya saya datang jauh-jauh bersepeda dari Semarang ke sini untuk membuktikan," kata Ganjar saat menghadiri Festival Nasi Pagar 2020 di Kecamatan Godong Grobogan, Minggu (19/1/2020).

Namun apa yang ditemui Ganjar ternyata tidak sesangar yang terdengar. Nasi Pagar  berisi nasi, daun pepaya, tauge dan srundeng (kelapa parut) yang berasa asin.

Mlanding atau petai cina turut ditambahkan lalu disiram sambal kacang. Rempeyek dan bakwan menjadi pendamping menu makanan itu.

"Ternyata rasanya enak sekali, ini kuliner khas yang dapat dijual ke wisatawan," ujar Ganjar.

Ganjar mengatakan, Jawa Tengah memiliki banyak potensi kuliner khas yang dapat dikembangkan. Untuk itu, dirinya sangat senang saat warga Grobogan menggelar festival nasi pagar.

"Bayangkan, nasi pagar difestivalkan orang ramainya seperti ini. Ke depan ini dapat dikembangkan menjadi agenda wisata tahunan, tentunya dengan penambahan menu khas lainnya yang menggoda selera," tambah Ganjar.

Nama nasi pagar lanjut Ganjar sudah sangat menjual. Namanya yang unik, tentu akan membuat orang khususnya wisatawan penasaran ingin mencoba.

"Namun tidak cukup kalau hanya dibungkus daun dengan harga Rp2500 - 4000. Kalau ingin naik kelas, kemasannya harus lebih menarik dan dijual di tempat-tempat seperti hotel atau restoran agar nasi pagar terkenal di pecinta kuliner nasional dan mancanegara," pungkas Ganjar.

Salah satu penjual nasi pagar, Kusriyah,65, mengatakan, nasi pagar merupakan penganan khas daerah Godong. Makanan ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu dan tetap dilestarikan.

"Hampir mirip dengan pecel, bedanya di bahannya yakni ada mlanding dan srundeng asin. Rasanya juga enak, dengan harga mulai Rp2500-4000 bisa menikmati makanan ini," kata Kusriyah.

Kusriyah berharap, festival makanan khas seperti ini sering digelar oleh pemerintah. Dengan begitu, maka makanan peninggalan nenek moyang ini akan terus dikenal dan dilestarikan.


Bagikan :

GROBOGAN - Makan nasi Padang, Rames atau Pecel mungkin sudah biasa. Namun apa yang ada di benak Anda, jika ada orang yang makan nasi pagar?

Sekilas mungkin tampak mengerikan. Bagaimana bisa pagar yang biasa terbuat dari beton, besi atau kayu, dimakan oleh manusia. Kalau bukan orang sakti, tentu tidak akan mungkin terjadi.

Namun di Grobogan Jawa Tengah khususnya masyarakat di Kecamatan Godong, makan nasi pagar bukanlah hal yang aneh. Dari anak kecil hingga manula, nasi pagar menjadi menu utama.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pun penasaran dengan menu ini. Mengajak istrinya, Siti Atikoh, Ganjar rela ngontel dari Semarang menuju Grobogan untuk bisa menikmati kuliner unik tersebut.

"Seumur hidup saya baru nemu, ada masyarakat makan pagar. Kalau ndak sakti, tidak mungkin, untune mesti kuat tenan (gignya pasti sangat kuat). Makanya saya datang jauh-jauh bersepeda dari Semarang ke sini untuk membuktikan," kata Ganjar saat menghadiri Festival Nasi Pagar 2020 di Kecamatan Godong Grobogan, Minggu (19/1/2020).

Namun apa yang ditemui Ganjar ternyata tidak sesangar yang terdengar. Nasi Pagar  berisi nasi, daun pepaya, tauge dan srundeng (kelapa parut) yang berasa asin.

Mlanding atau petai cina turut ditambahkan lalu disiram sambal kacang. Rempeyek dan bakwan menjadi pendamping menu makanan itu.

"Ternyata rasanya enak sekali, ini kuliner khas yang dapat dijual ke wisatawan," ujar Ganjar.

Ganjar mengatakan, Jawa Tengah memiliki banyak potensi kuliner khas yang dapat dikembangkan. Untuk itu, dirinya sangat senang saat warga Grobogan menggelar festival nasi pagar.

"Bayangkan, nasi pagar difestivalkan orang ramainya seperti ini. Ke depan ini dapat dikembangkan menjadi agenda wisata tahunan, tentunya dengan penambahan menu khas lainnya yang menggoda selera," tambah Ganjar.

Nama nasi pagar lanjut Ganjar sudah sangat menjual. Namanya yang unik, tentu akan membuat orang khususnya wisatawan penasaran ingin mencoba.

"Namun tidak cukup kalau hanya dibungkus daun dengan harga Rp2500 - 4000. Kalau ingin naik kelas, kemasannya harus lebih menarik dan dijual di tempat-tempat seperti hotel atau restoran agar nasi pagar terkenal di pecinta kuliner nasional dan mancanegara," pungkas Ganjar.

Salah satu penjual nasi pagar, Kusriyah,65, mengatakan, nasi pagar merupakan penganan khas daerah Godong. Makanan ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu dan tetap dilestarikan.

"Hampir mirip dengan pecel, bedanya di bahannya yakni ada mlanding dan srundeng asin. Rasanya juga enak, dengan harga mulai Rp2500-4000 bisa menikmati makanan ini," kata Kusriyah.

Kusriyah berharap, festival makanan khas seperti ini sering digelar oleh pemerintah. Dengan begitu, maka makanan peninggalan nenek moyang ini akan terus dikenal dan dilestarikan.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu