Follow Us :              

Bersama Para Musisi Handal, Ganjar Akan Jadikan Borobudur Pusat Musik Dunia

  08 April 2021  |   12:00:00  |   dibaca : 1457 
Kategori :
Bagikan :


Bersama Para Musisi Handal, Ganjar Akan Jadikan Borobudur Pusat Musik Dunia

08 April 2021 | 12:00:00 | dibaca : 1457
Kategori :
Bagikan :

Foto : Slam (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Slam (Humas Jateng)

MAGELANG - Alunan musik unik terdengar dari Omah Mbudur. Terlantun dari peralatan musik yang sangat jarang ditemukan, namun keindahan iramanya mampu membawa tubuh ikut bergoyang. 

Semua yang hadir, termasuk Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dibuat takjub dengan pertunjukan bertajuk Sound of Borobudur yang digelar di kompleks Candi Borobudur, Kamis (8/4/2021). 

Ganjar mengatakan Sound of Borobudur adalah karya seni luar biasa, dihasilkan musisi-musisi handal yang tergolong nekat. Para musisi hebat, baik nasional maupun lokal, ada di balik keindahan pertunjukan ini. Termasuk di antaranya, Purwatjaraka, Trie Utami, Dewa Budjana dan beberapa musisi handal lainnya. 

"Ini karya luar biasa. Ada beberapa orang nekat, Kang Purwa, Mbak Iik, Mas Dewa mengeksplorasi Candi Borobudur dan menemukan alat-alat musik di relief-relief itu. Mereka kemudian berusaha membuat replikanya, menemukan bunyinya, dan sekarang menjadi komposisi yang luar biasa. Mungkin hipotesisnya benar, bahwa Borobudur adalah pusat musik dunia. Kita ingin mewujudkan itu," ujarnya. 

Ganjar menegaskan akan mendukung upaya menjadikan Borobudur sebagai pusat kesenian dunia. Dengan temuan para musisi-musisi itu, ia yakin Sound of Borobudur akan memperkaya dan menambah daya tarik kawasan ini. 

"Ini baru dari sisi seninya, belum arsitektur, lingkungan, habitat, relasi sosial dan lainnya. Menurut saya ini kesuksesan penemuan kembali peralatan musik di Candi Borobudur dan menunjukkan bahwa candi ini merupakan pusat peradaban yang sebenarnya." 

Untuk itu Ganjar sepakat, pengembangan kawasan Borobudur tidak boleh hanya fokus pada pembangunan fisik semata. Orang akan bosan berkunjung ke Borobudur, jika tidak ada inovasi sehingga yang dijual hanya candi saja. 

"Ini yang perlu kita angkat, mungkin ke depan tidak perlu membuat hal baru di sini, cukup mewujudkan apa yang ada di relief candi itu dijadikan sebuah pertunjukan menarik. Tidak menutup kemungkinan nanti tarian-tarian yang terpahat di relief itu bisa digerakkan di kehidupan nyata. Maka orang yang wisata nanti akan betah, karena akan mendapatkan soulnya," pungkasnya. 

Sementara itu, Dewa Budjana mengatakan, setelah melalui riset panjang, mereka berhasil berkumpul dan menghadirkan kembali alat-alat musik yang terukir di dinding Candi Borobudur. Alat musik tempo dulu yang tinggal sejarah itu, bahkan dimainkan dalam harmoni kesatuan sebuah orkestra. 

"Ini kelanjutan dari proyek kami lima tahun lalu, ketika saya diajak ke sini dan mendapat pengetahuan bahwa relief di Candi Borobudur ternyata menyimpan banyak sekali pengetahuan. Candi Borobudur seperti perpustakaan, yang semuanya ada di sini termasuk seni," kata Dewa Budjana. 


Dari situlah ia bersama Trie Utami tergerak untuk mencoba mereplika beragam alat musik yang ada di relief itu. Setelah melalui proses panjang, alat-alat musik itu akhirnya bisa  terbentuk dan dapat dibunyikan, tentu dengan cara yang kekinian. 

"Cukup lama prosesnya, sampai akhirnya kami mendapatkan komposisinya lalu kami garap serius. Meskipun kami sadar, terkait bunyi ( harus dilakukan penyesuaian dengan ) saat ini, karena peradaban ( kala ) itu tidak mungkin diulang lagi," jelasnya. 

Dewa menerangkan, ada ratusan alat musik yang tergambar di relief Candi Borobudur. Dari jumlah itu, tidak semua alat musik dari Jawa Tengah. Beberapa ada yang dari Kalimantan, Thailand, bahkan India. 

"Dari situ kami menduga, Borobudur merupakan pusat seni dunia. Atau kalau tidak, disini merupakan pusat berkumpulnya seniman-seniman dari seluruh dunia, dengan alat-alat musik yang berbeda. Mungkin zaman dulu di sini pernah ada konser besar seluruh dunia," terangnya. 

Dengan temuan itu, maka Dewa mendukung pengembangan kawasan Borobudur tidak fokus pada pembangunan fisik tetapi juga menggali nilai-nilai historis yang ada di candi. 

"Apa yang ada di Borobudur itu sangat kaya. Kalau saya masih melihat dari sisi seni saja, tentu orang lain melihat dari dimensi yang berbeda," jelasnya


Bagikan :

MAGELANG - Alunan musik unik terdengar dari Omah Mbudur. Terlantun dari peralatan musik yang sangat jarang ditemukan, namun keindahan iramanya mampu membawa tubuh ikut bergoyang. 

Semua yang hadir, termasuk Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dibuat takjub dengan pertunjukan bertajuk Sound of Borobudur yang digelar di kompleks Candi Borobudur, Kamis (8/4/2021). 

Ganjar mengatakan Sound of Borobudur adalah karya seni luar biasa, dihasilkan musisi-musisi handal yang tergolong nekat. Para musisi hebat, baik nasional maupun lokal, ada di balik keindahan pertunjukan ini. Termasuk di antaranya, Purwatjaraka, Trie Utami, Dewa Budjana dan beberapa musisi handal lainnya. 

"Ini karya luar biasa. Ada beberapa orang nekat, Kang Purwa, Mbak Iik, Mas Dewa mengeksplorasi Candi Borobudur dan menemukan alat-alat musik di relief-relief itu. Mereka kemudian berusaha membuat replikanya, menemukan bunyinya, dan sekarang menjadi komposisi yang luar biasa. Mungkin hipotesisnya benar, bahwa Borobudur adalah pusat musik dunia. Kita ingin mewujudkan itu," ujarnya. 

Ganjar menegaskan akan mendukung upaya menjadikan Borobudur sebagai pusat kesenian dunia. Dengan temuan para musisi-musisi itu, ia yakin Sound of Borobudur akan memperkaya dan menambah daya tarik kawasan ini. 

"Ini baru dari sisi seninya, belum arsitektur, lingkungan, habitat, relasi sosial dan lainnya. Menurut saya ini kesuksesan penemuan kembali peralatan musik di Candi Borobudur dan menunjukkan bahwa candi ini merupakan pusat peradaban yang sebenarnya." 

Untuk itu Ganjar sepakat, pengembangan kawasan Borobudur tidak boleh hanya fokus pada pembangunan fisik semata. Orang akan bosan berkunjung ke Borobudur, jika tidak ada inovasi sehingga yang dijual hanya candi saja. 

"Ini yang perlu kita angkat, mungkin ke depan tidak perlu membuat hal baru di sini, cukup mewujudkan apa yang ada di relief candi itu dijadikan sebuah pertunjukan menarik. Tidak menutup kemungkinan nanti tarian-tarian yang terpahat di relief itu bisa digerakkan di kehidupan nyata. Maka orang yang wisata nanti akan betah, karena akan mendapatkan soulnya," pungkasnya. 

Sementara itu, Dewa Budjana mengatakan, setelah melalui riset panjang, mereka berhasil berkumpul dan menghadirkan kembali alat-alat musik yang terukir di dinding Candi Borobudur. Alat musik tempo dulu yang tinggal sejarah itu, bahkan dimainkan dalam harmoni kesatuan sebuah orkestra. 

"Ini kelanjutan dari proyek kami lima tahun lalu, ketika saya diajak ke sini dan mendapat pengetahuan bahwa relief di Candi Borobudur ternyata menyimpan banyak sekali pengetahuan. Candi Borobudur seperti perpustakaan, yang semuanya ada di sini termasuk seni," kata Dewa Budjana. 


Dari situlah ia bersama Trie Utami tergerak untuk mencoba mereplika beragam alat musik yang ada di relief itu. Setelah melalui proses panjang, alat-alat musik itu akhirnya bisa  terbentuk dan dapat dibunyikan, tentu dengan cara yang kekinian. 

"Cukup lama prosesnya, sampai akhirnya kami mendapatkan komposisinya lalu kami garap serius. Meskipun kami sadar, terkait bunyi ( harus dilakukan penyesuaian dengan ) saat ini, karena peradaban ( kala ) itu tidak mungkin diulang lagi," jelasnya. 

Dewa menerangkan, ada ratusan alat musik yang tergambar di relief Candi Borobudur. Dari jumlah itu, tidak semua alat musik dari Jawa Tengah. Beberapa ada yang dari Kalimantan, Thailand, bahkan India. 

"Dari situ kami menduga, Borobudur merupakan pusat seni dunia. Atau kalau tidak, disini merupakan pusat berkumpulnya seniman-seniman dari seluruh dunia, dengan alat-alat musik yang berbeda. Mungkin zaman dulu di sini pernah ada konser besar seluruh dunia," terangnya. 

Dengan temuan itu, maka Dewa mendukung pengembangan kawasan Borobudur tidak fokus pada pembangunan fisik tetapi juga menggali nilai-nilai historis yang ada di candi. 

"Apa yang ada di Borobudur itu sangat kaya. Kalau saya masih melihat dari sisi seni saja, tentu orang lain melihat dari dimensi yang berbeda," jelasnya


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu