Follow Us :              

Taj Yasin Ingatkan PTM Aman dari Covid-19 Penting Bagi Interaksi Sosial Siswa

  24 September 2021  |   10:00:00  |   dibaca : 601 
Kategori :
Bagikan :


Taj Yasin Ingatkan PTM Aman dari Covid-19 Penting Bagi Interaksi Sosial Siswa

24 September 2021 | 10:00:00 | dibaca : 601
Kategori :
Bagikan :

Foto : Bintoro (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Bintoro (Humas Jateng)

BOYOLALI - Pembelajaran daring yang berjalan selama kurang lebih dua tahun terakhir ini,  membuat interaksi sosial antar siswa agak terganggu. Meski mereka satu jurusan atau bahkan satu kelas, mereka belum tentu saling mengenal. 

Fakta itu dijumpai Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen saat beberapa kali melakukan kunjungan kerja, bertemu dengan para pelajar. Salah satunya saat meninjau vaksinasi bagi pelajar di SMK 4 Muhammadiyah - Boyolali, Jumat (24/09/2021) 

Wagub mencoba mendekati dua siswa yang tengah memasuki tahap observasi, setelah divaksin. Dimulai dari bertanya seputar vaksinasi dan tanggapan atas pembelajaran jarak jauh, akhirnya wagub yang juga seorang ulama ini bertanya tentang interaksi sosial diantara mereka. 

"Kancane ana pira ning kelas? Kenal Kabeh?(Temannya ada berapa di kelas? Kenal semua?)," tanya Taj Yasin kepada salah satu dari mereka, seorang siswi bernama Santi. 

Santi menjawab, satu kelas berjumlah 29 siswa namun tidak satupun ia kenal meskipun ia sudah duduk di kelas XI. Artinya sudah dua tahun belajar di sekolah tersebut. 

Wagub Taj Yasin kemudian balik bertanya kepada siswa laki-laki yang duduk di sebelah kanannya. Apakah dia mengenal siswi perempuan yang duduk di sebelah kirinya. 

"Kamu kelas pira? Wes kenal?(Kamu kelas berapa? Sudah kenal?)," tanya Wagub dengan jari menunjuk ke arah Santi. 

Anak laki-laki bernama Nazril itu menggeleng, yang menandakan dia belum kenal. 

Uniknya, setelah sama-sama ditanya jurusan yang diambil dan bahkan kelasnya, jawaban mereka sama. Mereka sama-sama duduk di kelas XI dan sama-sama jurusan Rekayasa Perangkat Lunak. 

"Lho kok podho kelase rak kenal ki piye? Podho lho jurusane. Rak kenal. Gak tahu kenalan? (Lha kok sama kelasnya tetapi tidak saling kenal. Bagaimana ini? Jurusannya juga sama lho)," tanyanya seraya menggoda 

Taj Yasin mengaku kejadian seperti Santi dan Nazril sudah kerap kali ia temukan. Akibat tidak pernah bertemu secara langsung, kelas daring membuat sesama siswa tidak saling mengenal. Hal ini menurutnya berdampak negatif dari sisi interaksi sosial para siswa. 

"Ini nanti juga akan jadi penghambat untuk gotong royong kita. Masyarakat Indonesia, masyarakat Jateng niku biasane tepo slirone muncul. Nek saiki ora kenal karo uwong, arep tepo sliro arep pripun carane (Kalau sekarang tidak kenal dengan orang, ingin tenggang rasa mau gimana caranya?). Maka memang kita harus dorong itu (PTM terbuka), sedikit demi sedikit kita buka. Maka kula nitip estu, protokol kesehatane (Maka saya titip sekali, protokol kesehatannya). Kalau mau melakukan PTM, tolong koordinasi dengan dinas," pesannya.


Bagikan :

BOYOLALI - Pembelajaran daring yang berjalan selama kurang lebih dua tahun terakhir ini,  membuat interaksi sosial antar siswa agak terganggu. Meski mereka satu jurusan atau bahkan satu kelas, mereka belum tentu saling mengenal. 

Fakta itu dijumpai Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen saat beberapa kali melakukan kunjungan kerja, bertemu dengan para pelajar. Salah satunya saat meninjau vaksinasi bagi pelajar di SMK 4 Muhammadiyah - Boyolali, Jumat (24/09/2021) 

Wagub mencoba mendekati dua siswa yang tengah memasuki tahap observasi, setelah divaksin. Dimulai dari bertanya seputar vaksinasi dan tanggapan atas pembelajaran jarak jauh, akhirnya wagub yang juga seorang ulama ini bertanya tentang interaksi sosial diantara mereka. 

"Kancane ana pira ning kelas? Kenal Kabeh?(Temannya ada berapa di kelas? Kenal semua?)," tanya Taj Yasin kepada salah satu dari mereka, seorang siswi bernama Santi. 

Santi menjawab, satu kelas berjumlah 29 siswa namun tidak satupun ia kenal meskipun ia sudah duduk di kelas XI. Artinya sudah dua tahun belajar di sekolah tersebut. 

Wagub Taj Yasin kemudian balik bertanya kepada siswa laki-laki yang duduk di sebelah kanannya. Apakah dia mengenal siswi perempuan yang duduk di sebelah kirinya. 

"Kamu kelas pira? Wes kenal?(Kamu kelas berapa? Sudah kenal?)," tanya Wagub dengan jari menunjuk ke arah Santi. 

Anak laki-laki bernama Nazril itu menggeleng, yang menandakan dia belum kenal. 

Uniknya, setelah sama-sama ditanya jurusan yang diambil dan bahkan kelasnya, jawaban mereka sama. Mereka sama-sama duduk di kelas XI dan sama-sama jurusan Rekayasa Perangkat Lunak. 

"Lho kok podho kelase rak kenal ki piye? Podho lho jurusane. Rak kenal. Gak tahu kenalan? (Lha kok sama kelasnya tetapi tidak saling kenal. Bagaimana ini? Jurusannya juga sama lho)," tanyanya seraya menggoda 

Taj Yasin mengaku kejadian seperti Santi dan Nazril sudah kerap kali ia temukan. Akibat tidak pernah bertemu secara langsung, kelas daring membuat sesama siswa tidak saling mengenal. Hal ini menurutnya berdampak negatif dari sisi interaksi sosial para siswa. 

"Ini nanti juga akan jadi penghambat untuk gotong royong kita. Masyarakat Indonesia, masyarakat Jateng niku biasane tepo slirone muncul. Nek saiki ora kenal karo uwong, arep tepo sliro arep pripun carane (Kalau sekarang tidak kenal dengan orang, ingin tenggang rasa mau gimana caranya?). Maka memang kita harus dorong itu (PTM terbuka), sedikit demi sedikit kita buka. Maka kula nitip estu, protokol kesehatane (Maka saya titip sekali, protokol kesehatannya). Kalau mau melakukan PTM, tolong koordinasi dengan dinas," pesannya.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu