Follow Us :              

Keempat Kali, Jateng Kembali Raih Penghargaan Pembina Kampung Proklim KLHK

  19 October 2021  |   10:00:00  |   dibaca : 1242 
Kategori :
Bagikan :


Keempat Kali, Jateng Kembali Raih Penghargaan Pembina Kampung Proklim KLHK

19 October 2021 | 10:00:00 | dibaca : 1242
Kategori :
Bagikan :

Foto : istimewa (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : istimewa (Humas Jateng)

SEMARANG - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah kembali mendapatkan piagam apresiasi pembina Kampung Proklim 2021. Penghargaan dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) ini sudah kesekian kalinya diterima selama pemerintahan Gubernur Ganjar Pranowo dan Wakil Gubernur Taj Yasin Maimoen. Mereka dianggap berhasil meningkatkan kesadaran warga tentang isu perubahan iklim. 

Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Jateng Widi Hartanto mengatakan, piagam ini menjadi yang keempat diterima Pemprov Jateng, sejak 2017. Selain, Pemprov Jateng, dua desa di Jateng yakni Sruni Kabupaten Boyolali dan Sambak Kabupaten Magelang memperoleh penghargaan. 

"Dari Jawa Tengah hadir pula dua desa yang menerima thropy Proklim Lestari, yakni Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali dan Desa Sambak, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang. Dua desa itu memperoleh penghargaan tertinggi," ujar Widi, dihubungi melalui sambungan telepon, Selasa (19/10/2021). 

Dua desa tersebut berhasil mendapat penghargaan tertinggi karena upaya mereka dalam mengurangi emisi gas rumah tangga dan memerangi perubahan iklim. Jika Desa Sruni yang berhasil membuat biogas dari limbah kotoran sapi dan mengatasi problem kekeringan dengan memanen air hujan, Desa Sambak juga dinilai unggul karena warganya kompak membuat biogas dari limbah industri tahu rumahan. 

"Desa Sruni selama lima tahun ini sudah tidak bergantung pada droping air bersih. Begitu pula Desa Sambak yang sukses menangani limbah tahu jadi energi terbarukan," ujarnya. 

Untuk mendukung pencegahan perubahan iklim, Pemprov Jateng memberikan banyak dukungan. Dukungan mereka mulai dari sosialisasi, pemberian bibit pohon hingga bantuan berupa instalasi pengolahan limbah. 

Selain menyabet penghargaan di atas, lima daerah di Jawa Tengah juga berhasil menjadi penerima trophy kategori Proklim Utama. Mereka adalah Dusun Lempong, Pucung, Desa Ujung Alang, Kecamatan Kampung Laut, Cilacap, RW 03 Kelurahan Pedalangan, Kecamatan Banyumanik Kota Semarang. Adapula RW 02 Kelurahan Laweyan, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta, Desa Sawangan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang dan Dusun Muntang, Kecamatan Kemangkun, Purbalingga. 

Sedangnya sebagai penerima piagam pembina kampung Proklim tingkat kabupaten, terpilih adalah Pemerintah Kabupaten Pati dan Magelang. 

Ditambahkan Widi, upaya Pemerintah Jawa Tengah dalam pencegahan perubahan iklim juga dilakukan di berbagai wilayah pesisir utara Pulau Jawa. Hal utama yang dilakukan di daerah ini adalah  penanggulang dampak penurunan air tanah. 
"Program yang dikembangkan seperti pembangunan MCK adaptif, restorasi mangrove dan rumah adaptif yang ramah lingkungan. Ini dilakukan untuk menghindari paparan rob atau land subsidence (penurunan permukaan tanah)," pungkas Widi. 

Persoalan penurunan permukaan tanah ini menjadi persoalan serius di beberapa kota di Jawa Tengah, terutama Pekalongan, Semarang maupun Demak.


Bagikan :

SEMARANG - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah kembali mendapatkan piagam apresiasi pembina Kampung Proklim 2021. Penghargaan dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) ini sudah kesekian kalinya diterima selama pemerintahan Gubernur Ganjar Pranowo dan Wakil Gubernur Taj Yasin Maimoen. Mereka dianggap berhasil meningkatkan kesadaran warga tentang isu perubahan iklim. 

Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Jateng Widi Hartanto mengatakan, piagam ini menjadi yang keempat diterima Pemprov Jateng, sejak 2017. Selain, Pemprov Jateng, dua desa di Jateng yakni Sruni Kabupaten Boyolali dan Sambak Kabupaten Magelang memperoleh penghargaan. 

"Dari Jawa Tengah hadir pula dua desa yang menerima thropy Proklim Lestari, yakni Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali dan Desa Sambak, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang. Dua desa itu memperoleh penghargaan tertinggi," ujar Widi, dihubungi melalui sambungan telepon, Selasa (19/10/2021). 

Dua desa tersebut berhasil mendapat penghargaan tertinggi karena upaya mereka dalam mengurangi emisi gas rumah tangga dan memerangi perubahan iklim. Jika Desa Sruni yang berhasil membuat biogas dari limbah kotoran sapi dan mengatasi problem kekeringan dengan memanen air hujan, Desa Sambak juga dinilai unggul karena warganya kompak membuat biogas dari limbah industri tahu rumahan. 

"Desa Sruni selama lima tahun ini sudah tidak bergantung pada droping air bersih. Begitu pula Desa Sambak yang sukses menangani limbah tahu jadi energi terbarukan," ujarnya. 

Untuk mendukung pencegahan perubahan iklim, Pemprov Jateng memberikan banyak dukungan. Dukungan mereka mulai dari sosialisasi, pemberian bibit pohon hingga bantuan berupa instalasi pengolahan limbah. 

Selain menyabet penghargaan di atas, lima daerah di Jawa Tengah juga berhasil menjadi penerima trophy kategori Proklim Utama. Mereka adalah Dusun Lempong, Pucung, Desa Ujung Alang, Kecamatan Kampung Laut, Cilacap, RW 03 Kelurahan Pedalangan, Kecamatan Banyumanik Kota Semarang. Adapula RW 02 Kelurahan Laweyan, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta, Desa Sawangan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang dan Dusun Muntang, Kecamatan Kemangkun, Purbalingga. 

Sedangnya sebagai penerima piagam pembina kampung Proklim tingkat kabupaten, terpilih adalah Pemerintah Kabupaten Pati dan Magelang. 

Ditambahkan Widi, upaya Pemerintah Jawa Tengah dalam pencegahan perubahan iklim juga dilakukan di berbagai wilayah pesisir utara Pulau Jawa. Hal utama yang dilakukan di daerah ini adalah  penanggulang dampak penurunan air tanah. 
"Program yang dikembangkan seperti pembangunan MCK adaptif, restorasi mangrove dan rumah adaptif yang ramah lingkungan. Ini dilakukan untuk menghindari paparan rob atau land subsidence (penurunan permukaan tanah)," pungkas Widi. 

Persoalan penurunan permukaan tanah ini menjadi persoalan serius di beberapa kota di Jawa Tengah, terutama Pekalongan, Semarang maupun Demak.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu