Follow Us :              

Desa Tangguh Bencana, Ganjar : Kolaborasikan Dengan Data Sains

  26 April 2022  |   09:00:00  |   dibaca : 1068 
Kategori :
Bagikan :


Desa Tangguh Bencana, Ganjar : Kolaborasikan Dengan Data Sains

26 April 2022 | 09:00:00 | dibaca : 1068
Kategori :
Bagikan :

Foto : Slam (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Slam (Humas Jateng)

KLATEN -  Kearifan lokal yang didapat masyarakat dari pengalaman turun-temurun merupakan pengetahuan berharga yang akan sangat membantu dalam upaya mitigasi bencana. Pada pembentukan Desa Tangguh Bencana, pengetahuan itu dikolaborasikan dengan data sains untuk disimulasikan dalam rangka memperkuat respon masyarakat saat terjadi bencana. 

"Kalau kita mau buat Desa Tangguh Bencana harus ada kearifan lokalnya. Maka banyak masyarakat di sekitar areal yang rawan bencana itu sebenarnya mereka sangat paham. Tinggal data sains ini kita gabungkan, kolaborasi sehingga mereka bisa berjalan," kata Ganjar saat menghadiri acara puncak peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) 2022 di Taman Ledok Sari (Talesa) Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Selasa (26/4/2022). 

Menurut Gubernur, kearifan lokal masyarakat memiliki kekuatan dalam membaca tanda-tanda bencana dan apa yang harus dilakukan. Ia mencontohkan di sekitar lereng Gunung Merapi masyarakat telah hidup ratusan tahun dengan potensi ancaman erupsi yang datang sewaktu-waktu. Namun mereka memiliki cara sendiri untuk mengetahui bencana akan terjadi. Meski begitu, pengetahuan itu perlu didukung data sains dalam pengambilan keputusan. Karena itu, data sains ini harus diinformasikan secara terus-menerus sehingga masyarakat dapat siaga dan cepat merespons seandainya terjadi bencana. 

"Info harian dari BMKG menjadi penting sebagai data sains untuk kita mengambil keputusan. Tapi sisi lain tadi kepala BNPB juga sudah memerintahkan kita, masyarakatnya (juga harus) latihan. Latihan ini yang melatih respons kita terhadap bencana bisa cepat," ungkap Ganjar. 

Konsep desa tangguh bencana tersebut ternyata juga mendapat dukungan dari Kedutaan Besar Australia. Mereka mendukung dengan kerja sama ketahanan yang sifatnya lokal. Bahkan Kepala BNPB Letjen Suharyanto juga berpendapat bahwa pembangunan sadar bencana perlu kolaborasi semua pihak di segala lini. Selain itu, modal sosial berbasis kebudayaan lokal berupa kesetiakawanan, gotong royong, dan tolong menolong, juga merupakan kekuatan besar. Modal inilah yang dikembangkan dalam praktik desa kembar tangguh bencana di Kabupaten Magelang. 

Berkat keunikan program tersebut, bahkan saat ini program Desa Kembar sedang coba direplikasi di tempat-tempat lain. Tujuannya agar masyarakat sudah tahu apa yang harus dilakukan seandainya terjadi bencana. 

"Kalau terjadi suatu bencana kiat tidak perlu repot lagi karena mereka sudah tahu harus lari ke mana, naik mobil siapa, ketemu di keluarga siapa, dan keluarga yang akan menerima itu akan lebih enak. Mungkin tidak perlu di tempat pengungsian, mungkin mereka bisa langsung berhubungan dengan masyarakat yang menjadi mitranya, kembarannya. Itu ide brilian," kata Ganjar.


Bagikan :

KLATEN -  Kearifan lokal yang didapat masyarakat dari pengalaman turun-temurun merupakan pengetahuan berharga yang akan sangat membantu dalam upaya mitigasi bencana. Pada pembentukan Desa Tangguh Bencana, pengetahuan itu dikolaborasikan dengan data sains untuk disimulasikan dalam rangka memperkuat respon masyarakat saat terjadi bencana. 

"Kalau kita mau buat Desa Tangguh Bencana harus ada kearifan lokalnya. Maka banyak masyarakat di sekitar areal yang rawan bencana itu sebenarnya mereka sangat paham. Tinggal data sains ini kita gabungkan, kolaborasi sehingga mereka bisa berjalan," kata Ganjar saat menghadiri acara puncak peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) 2022 di Taman Ledok Sari (Talesa) Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Selasa (26/4/2022). 

Menurut Gubernur, kearifan lokal masyarakat memiliki kekuatan dalam membaca tanda-tanda bencana dan apa yang harus dilakukan. Ia mencontohkan di sekitar lereng Gunung Merapi masyarakat telah hidup ratusan tahun dengan potensi ancaman erupsi yang datang sewaktu-waktu. Namun mereka memiliki cara sendiri untuk mengetahui bencana akan terjadi. Meski begitu, pengetahuan itu perlu didukung data sains dalam pengambilan keputusan. Karena itu, data sains ini harus diinformasikan secara terus-menerus sehingga masyarakat dapat siaga dan cepat merespons seandainya terjadi bencana. 

"Info harian dari BMKG menjadi penting sebagai data sains untuk kita mengambil keputusan. Tapi sisi lain tadi kepala BNPB juga sudah memerintahkan kita, masyarakatnya (juga harus) latihan. Latihan ini yang melatih respons kita terhadap bencana bisa cepat," ungkap Ganjar. 

Konsep desa tangguh bencana tersebut ternyata juga mendapat dukungan dari Kedutaan Besar Australia. Mereka mendukung dengan kerja sama ketahanan yang sifatnya lokal. Bahkan Kepala BNPB Letjen Suharyanto juga berpendapat bahwa pembangunan sadar bencana perlu kolaborasi semua pihak di segala lini. Selain itu, modal sosial berbasis kebudayaan lokal berupa kesetiakawanan, gotong royong, dan tolong menolong, juga merupakan kekuatan besar. Modal inilah yang dikembangkan dalam praktik desa kembar tangguh bencana di Kabupaten Magelang. 

Berkat keunikan program tersebut, bahkan saat ini program Desa Kembar sedang coba direplikasi di tempat-tempat lain. Tujuannya agar masyarakat sudah tahu apa yang harus dilakukan seandainya terjadi bencana. 

"Kalau terjadi suatu bencana kiat tidak perlu repot lagi karena mereka sudah tahu harus lari ke mana, naik mobil siapa, ketemu di keluarga siapa, dan keluarga yang akan menerima itu akan lebih enak. Mungkin tidak perlu di tempat pengungsian, mungkin mereka bisa langsung berhubungan dengan masyarakat yang menjadi mitranya, kembarannya. Itu ide brilian," kata Ganjar.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu