Follow Us :              

Perangi Rentenir, Pemerintah Terus Lakukan Inovasi Kemudahan Mengakses Perbankan

  18 May 2022  |   19:00:00  |   dibaca : 677 
Kategori :
Bagikan :


Perangi Rentenir, Pemerintah Terus Lakukan Inovasi Kemudahan Mengakses Perbankan

18 May 2022 | 19:00:00 | dibaca : 677
Kategori :
Bagikan :

Foto : Handy (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Handy (Humas Jateng)

SEMARANG- Beberapa tahun terakhir pemerintah terus berupaya menyediakan akses pembiayaan perbankan yang mudah dan murah. Layanan ini ditujukan bagi masyarakat kecil, agar mereka terhindar dari jeratan rentenir, sehingga usahanya bisa maju. 

Saat acara Sambung Roso Industri Jasa Keuangan, Rabu (18/05/2022), Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional Jateng-DIY, Aman Santosa mengatakan, sekarang banyak bank yang menyediakan kredit yang lebih bersahabat. Seperti misalnya kredit Mitra Jateng 25 yang dimiliki Bank Jateng. Dengan menggunakan fasilitas ini, nasabah hanya dikenakan bunga 7 % setahun atau setara 3,72% flat per tahun selama tiga tahun. Mereka bisa mendapat pinjaman hingga Rp 25 juta tanpa agunan. Kredit ini menyasar masyarakat yang memiliki sektor usaha produktif. Adapula fasilitas Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari bank-bank BUMN. 

Bagi masyarakat yang
belum mendapatkan akses layanan keuangan secara formal, mereka bisa meminjam di Bank Wakaf Mikro (BWM). BWM secara khusus dikelola oleh pesantren yang telah mendapatkan izin dari OJK untuk menjalankan kegiatan usaha berbentuk Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) tersebut. Peminjaman di BWM, hanya dikenakan biaya administrasi 3 persen per tahun, dengan plafon pinjaman maksimal Rp1 juta selama setahun. 

"Jadi memang sekarang kita dorong dan desain bank-bank yang melayani untuk komersial, karena memang yang pinjam-pun orang bisnis. Jangan sampai mereka untung, bank-nya buntung. Tapi ada juga masyarakat yang memang membutuhkan pinjaman, tapi memang dengan cara-cara yang lebih bersahabat," jelas Aman di Kantor OJK Jateng-DIY 

Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Sumarno menyambung, dari sisi konsep pemenuhan pembiayaan, antara rentenir dan bank itu sebenarnya sama. Rentenir berani memberikan kemudahan pembiayaan tanpa perhitungan analisa, namun konsekuensinya bagi nasabah adalah mengembalikan pembiayaan dengan nominal yang jauh lebih tinggi. Sebaliknya bank memberikan pembiayaan dengan analisa, sehingga bisa memberikan pembiayaan dengan bunga rendah. 

"Karena kalau di teori ekonomi itu kan R risiko itu sebanding dengan R return. Kenapa perbankan itu bunganya bisa rendah? Karena di situ risikonya dieliminir dengan jaminan, dan kepastian bisa membayar," papar dia. 

Pada prinsipnya, sambungnya, pemerintah terus berupaya memberikan layanan agar masyarakat semakin mudah mengakses perbankan.  Tetapi, analisa harus tetap dilakukan untuk meminimalisir risiko bagi perbankan. Sebab, bank mengelola dana milik masyarakat yang harus dipertanggungjawabkan. 

"Kenapa bank diitung, diitung dan diitung (penuh perhitungan), sebetulnya mungkin masalah amanah. Karena perbankan itu kan bukan uangnya sendiri. Kita punya beban amanah untuk mengelola dan mempertanggungjawabkan kepada masyarakat," pungkasnya.


Bagikan :

SEMARANG- Beberapa tahun terakhir pemerintah terus berupaya menyediakan akses pembiayaan perbankan yang mudah dan murah. Layanan ini ditujukan bagi masyarakat kecil, agar mereka terhindar dari jeratan rentenir, sehingga usahanya bisa maju. 

Saat acara Sambung Roso Industri Jasa Keuangan, Rabu (18/05/2022), Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional Jateng-DIY, Aman Santosa mengatakan, sekarang banyak bank yang menyediakan kredit yang lebih bersahabat. Seperti misalnya kredit Mitra Jateng 25 yang dimiliki Bank Jateng. Dengan menggunakan fasilitas ini, nasabah hanya dikenakan bunga 7 % setahun atau setara 3,72% flat per tahun selama tiga tahun. Mereka bisa mendapat pinjaman hingga Rp 25 juta tanpa agunan. Kredit ini menyasar masyarakat yang memiliki sektor usaha produktif. Adapula fasilitas Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari bank-bank BUMN. 

Bagi masyarakat yang
belum mendapatkan akses layanan keuangan secara formal, mereka bisa meminjam di Bank Wakaf Mikro (BWM). BWM secara khusus dikelola oleh pesantren yang telah mendapatkan izin dari OJK untuk menjalankan kegiatan usaha berbentuk Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) tersebut. Peminjaman di BWM, hanya dikenakan biaya administrasi 3 persen per tahun, dengan plafon pinjaman maksimal Rp1 juta selama setahun. 

"Jadi memang sekarang kita dorong dan desain bank-bank yang melayani untuk komersial, karena memang yang pinjam-pun orang bisnis. Jangan sampai mereka untung, bank-nya buntung. Tapi ada juga masyarakat yang memang membutuhkan pinjaman, tapi memang dengan cara-cara yang lebih bersahabat," jelas Aman di Kantor OJK Jateng-DIY 

Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Sumarno menyambung, dari sisi konsep pemenuhan pembiayaan, antara rentenir dan bank itu sebenarnya sama. Rentenir berani memberikan kemudahan pembiayaan tanpa perhitungan analisa, namun konsekuensinya bagi nasabah adalah mengembalikan pembiayaan dengan nominal yang jauh lebih tinggi. Sebaliknya bank memberikan pembiayaan dengan analisa, sehingga bisa memberikan pembiayaan dengan bunga rendah. 

"Karena kalau di teori ekonomi itu kan R risiko itu sebanding dengan R return. Kenapa perbankan itu bunganya bisa rendah? Karena di situ risikonya dieliminir dengan jaminan, dan kepastian bisa membayar," papar dia. 

Pada prinsipnya, sambungnya, pemerintah terus berupaya memberikan layanan agar masyarakat semakin mudah mengakses perbankan.  Tetapi, analisa harus tetap dilakukan untuk meminimalisir risiko bagi perbankan. Sebab, bank mengelola dana milik masyarakat yang harus dipertanggungjawabkan. 

"Kenapa bank diitung, diitung dan diitung (penuh perhitungan), sebetulnya mungkin masalah amanah. Karena perbankan itu kan bukan uangnya sendiri. Kita punya beban amanah untuk mengelola dan mempertanggungjawabkan kepada masyarakat," pungkasnya.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu