Follow Us :              

Jelang Akhir Tahun Jateng Siap Panen 1.000 Ton Sorgum

  26 August 2022  |   10:00:00  |   dibaca : 1231 
Kategori :
Bagikan :


Jelang Akhir Tahun Jateng Siap Panen 1.000 Ton Sorgum

26 August 2022 | 10:00:00 | dibaca : 1231
Kategori :
Bagikan :

Foto : istimewa (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : istimewa (Humas Jateng)

SEMARANG - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah siap mengembangkan tanaman sorgum sebagai pangan alternatif. Lahan seluas 120 hektare pada tiga kabupaten di Jawa Tengah, telah disiapkan untuk mendukung ketahanan pangan nasional, sesuai arahan Presiden RI Joko Widodo. 

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Jateng Supriyanto mengatakan, lahan tersebut sudah ditanami sorgum dan siap panen. Lahan seluas 120 ha itu berada di kabupaten Wonogiri, Sukoharjo dan Cilacap dengan luasan berbeda-beda. 

"Atas biaya APBN kami dapat 120 hektare. Di Wonogiri 50 hektare sudah tanam Juli. Nah yang 10 hektare di bulan Agustus. Di Sukoharjo 20 hektare tanam di bulan Agustus. Yang 40 hektare di Cilacap tanam Oktober tahun ini," ujar Supriyanto dihubungi via telepon, Jumat (26/8/2022) siang. 

Ia menyebut, untuk setiap hektar produktivitas tanaman sorgum bisa mencapai 8-9 ton. Jadi perkiraan total hasil panen pada 120 hektare, sekitar 960-1080 ton. Masa tanam sorgum tiga bulan, jadi pada musim panen sorgum tahun ini diperkirakan sebelum akhir tahun. "Yang di Wonogiri tanam bulan Juli, bisa dipanen pada September akhir atau awal Oktober," imbuhnya. 

Supriyanto menambahkan, pengembangan tanaman sorgum di Jateng tidak hanya berlangsung pada 2022. Tahun depan, Jateng direncanakan mendapat alokasi tambahan ribuan hektare untuk penanaman sorgum. "Kalau untuk 23 (2023) kami dapat alokasi 25 ribu hektare. Itupun kami belum dapat mendetail. 25 ribu hektare itu untuk sorgum," urainya. 

Pemprov Jateng kini fokus untuk membantu petani pada penanganan pasca panen produk sorgum. Hal tersebut karena selama ini sorgum hanya dikonsumsi pada kalangan terbatas, semisal untuk penderita diabetes. 

Menurut Supriyanto, pendampingan kepada petani penting agar petani tidak merasa rugi mengembangkan sorgum, karena pasar umum yang belum terbentuk. 

Dikatakan Supriyanto, selama ini pertanian sorgum di Jateng masih dilakukan secara sporadis oleh para petani. Beberapa wilayah seperti Demak, Wonogiri dan Kabupaten Semarang mengembangkan pertanian secara mandiri. Kondisi ini tidak lepas dari pasar yang belum familiar dengan pengolahan sorgum. 

Menurutnya, tanaman sorgum sebenarnya tidak memerlukan kriteria lahan subur. Tanaman ini dapat tumbuh di lahan yang sulit air sekalipun. 

Agar produk sorgum lebih poluler dan mudah diserap pasar, Supriyanto mengaku siap bekerjasama dengan startup pemenang kompetisi rintisan digital Jateng. "Prinsipnya kita di sektor pertanian siap," pungkas Supriyanto.


Bagikan :

SEMARANG - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah siap mengembangkan tanaman sorgum sebagai pangan alternatif. Lahan seluas 120 hektare pada tiga kabupaten di Jawa Tengah, telah disiapkan untuk mendukung ketahanan pangan nasional, sesuai arahan Presiden RI Joko Widodo. 

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Jateng Supriyanto mengatakan, lahan tersebut sudah ditanami sorgum dan siap panen. Lahan seluas 120 ha itu berada di kabupaten Wonogiri, Sukoharjo dan Cilacap dengan luasan berbeda-beda. 

"Atas biaya APBN kami dapat 120 hektare. Di Wonogiri 50 hektare sudah tanam Juli. Nah yang 10 hektare di bulan Agustus. Di Sukoharjo 20 hektare tanam di bulan Agustus. Yang 40 hektare di Cilacap tanam Oktober tahun ini," ujar Supriyanto dihubungi via telepon, Jumat (26/8/2022) siang. 

Ia menyebut, untuk setiap hektar produktivitas tanaman sorgum bisa mencapai 8-9 ton. Jadi perkiraan total hasil panen pada 120 hektare, sekitar 960-1080 ton. Masa tanam sorgum tiga bulan, jadi pada musim panen sorgum tahun ini diperkirakan sebelum akhir tahun. "Yang di Wonogiri tanam bulan Juli, bisa dipanen pada September akhir atau awal Oktober," imbuhnya. 

Supriyanto menambahkan, pengembangan tanaman sorgum di Jateng tidak hanya berlangsung pada 2022. Tahun depan, Jateng direncanakan mendapat alokasi tambahan ribuan hektare untuk penanaman sorgum. "Kalau untuk 23 (2023) kami dapat alokasi 25 ribu hektare. Itupun kami belum dapat mendetail. 25 ribu hektare itu untuk sorgum," urainya. 

Pemprov Jateng kini fokus untuk membantu petani pada penanganan pasca panen produk sorgum. Hal tersebut karena selama ini sorgum hanya dikonsumsi pada kalangan terbatas, semisal untuk penderita diabetes. 

Menurut Supriyanto, pendampingan kepada petani penting agar petani tidak merasa rugi mengembangkan sorgum, karena pasar umum yang belum terbentuk. 

Dikatakan Supriyanto, selama ini pertanian sorgum di Jateng masih dilakukan secara sporadis oleh para petani. Beberapa wilayah seperti Demak, Wonogiri dan Kabupaten Semarang mengembangkan pertanian secara mandiri. Kondisi ini tidak lepas dari pasar yang belum familiar dengan pengolahan sorgum. 

Menurutnya, tanaman sorgum sebenarnya tidak memerlukan kriteria lahan subur. Tanaman ini dapat tumbuh di lahan yang sulit air sekalipun. 

Agar produk sorgum lebih poluler dan mudah diserap pasar, Supriyanto mengaku siap bekerjasama dengan startup pemenang kompetisi rintisan digital Jateng. "Prinsipnya kita di sektor pertanian siap," pungkas Supriyanto.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu