Follow Us :              

Gubernur Jateng Harap Keberhasilan Gapoktan "Tani Subur", Pangkas Distribusi Beras, Bisa Direplikasi

  13 September 2022  |   12:00:00  |   dibaca : 759 
Kategori :
Bagikan :


Gubernur Jateng Harap Keberhasilan Gapoktan "Tani Subur", Pangkas Distribusi Beras, Bisa Direplikasi

13 September 2022 | 12:00:00 | dibaca : 759
Kategori :
Bagikan :

Foto : Slam (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Slam (Humas Jateng)

KAB. SEMARANG - Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo melihat praktik Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) "Tani Subur" Kabupaten Semarang, yang mampu menampung dan mengolah hasil panen dari delapan anggota kelompok tani. Praktik tersebut ternyata mampu memangkas middle man atau perantara dalam distribusi beras. 

"Dulu pernah saya kunjungi, Gapoktan ini mengembangkan bisnisnya ini cukup bagus. Menampung hasil panen petani, langsung memproses dengan rice mill, dan langsung dijual. Tidak banyak middle man-nya, perantaranya nggak ada," ujar Gubernur usai mengunjungi Gapoktan Tani Subur, di Desa Tambakboyo, Kecamatan Ambarawa, Selasa (13/9/2022). 

Keberhasilan Gapoktan Tani Subur bukan hanya dalam memutus panjang mata rantai distribusi, tetapi mereka juga telah berhasil mengembangkan jaringan dari hulu ke hilir. Dari hulu ada pendampingan oleh penyuluh dan Dinas Pertanian, baik Provinsi maupun Kabupaten. Guna menjamin ketersediaan beras cukup, Gapoktan Tani Subur juga membeli hasil panen dari petani di daerah Kendal untuk mengantisipasi jika terjadi kekurangan pasokan produksi beras. 

Pada sisi hilir, Gapoktan  Tani Subur  juga mampu menciptakan jaringan pasar di wilayah Kabupaten Semarang. Termasuk menyasar para pegawai negeri sipil. Gapoktan itu sudah menyediakan beras siap jual dengan kemasan yang cukup bagus. 

"Di sini langsung diolah sampai packaging. Pasarnya ternyata di Kabupaten Semarang luar biasa. PNS saja beli. Artinya sebenarnya dari ujung sana sampai ujung sini sudah ada jaminan. Kalau model ini diterapkan, maka jaminan kesejahteraan para petaninya akan ada," ungkap Gubernur didampingi Ketua Gapoktan Tani Subur, Komari. 

Melalui manajemen itu, Gapoktan Tani Subur mampu memberikan kepastian kepada para petani terkait hasil panen. Khususnya delapan kelompok tani di pesisir Rawa Pening yang menjadi anggota Gapoktan. 

"Baik Gapoktan maupun petani yang menjadi anggota bisa mendapatkan keuntungan yang baik dari proses itu. Tinggal manajemennya diperbaiki lagi agar lebih efisien. Harapannya dari kekuatan kecil ini nanti bisa direplikasi," jelasnya. 

Sejauh ini dari delapan kelompok tani di Desa Tambakboyo itu luas lahan pertanian padi mencapai 110 hektar. Rata-rata tiap 1 hektar menghasilkan sekitar 8 ton gabah kering. Sementara untuk proses penggilingan, Gapoktan Tani Subur mampu menggiling padi sebanyak 1,5 ton per hari. 

"Tadi mereka butuh rice mill yang gede lagi kapasitasnya, vertical dryer atau pengering kira-kira Rp300juta. Itu bisa kredit pakai KUR, plafonnya bisa sampai Rp500 juta. Suku bunganya rendah cuma enam persen," terangnya. 

Di tengah semua prestasi itu, saat ini Gapoktan Tani Subur merasakan dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Hal ini terutama terkait distribusi solar bagi peralatan pertanian. Merespon hal itu Gubernur sudah menyiapkan skema insentif yang diberikan kepada para petani. Turut disampaikan kepada Dinas Pertanian agar mereka melakukan pendampingan. Selain itu Gubernur  juga sudah berkomunikasi dengan Pertamina terkait pola distribusi solar bagi petani. 

"Masalah yang sempat diviralkan di Blora, itu sebenarnya salah satu saja contoh yang konkret mereka tidak bisa mengakses dan itu butuh izin, butuh rekomendasi dari Dinas Pertanian. Maka saya minta daftar saja, rice mill, pompa, traktor, butuhnya berapa? Nanti kita arahkan pada titik tertentu diakses pelayanan di SPBU-nya," jelas Gubernur. "Ini bisa kita atur, (tapi) database-nya kita (harus) bagus," tandasnya.


Bagikan :

KAB. SEMARANG - Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo melihat praktik Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) "Tani Subur" Kabupaten Semarang, yang mampu menampung dan mengolah hasil panen dari delapan anggota kelompok tani. Praktik tersebut ternyata mampu memangkas middle man atau perantara dalam distribusi beras. 

"Dulu pernah saya kunjungi, Gapoktan ini mengembangkan bisnisnya ini cukup bagus. Menampung hasil panen petani, langsung memproses dengan rice mill, dan langsung dijual. Tidak banyak middle man-nya, perantaranya nggak ada," ujar Gubernur usai mengunjungi Gapoktan Tani Subur, di Desa Tambakboyo, Kecamatan Ambarawa, Selasa (13/9/2022). 

Keberhasilan Gapoktan Tani Subur bukan hanya dalam memutus panjang mata rantai distribusi, tetapi mereka juga telah berhasil mengembangkan jaringan dari hulu ke hilir. Dari hulu ada pendampingan oleh penyuluh dan Dinas Pertanian, baik Provinsi maupun Kabupaten. Guna menjamin ketersediaan beras cukup, Gapoktan Tani Subur juga membeli hasil panen dari petani di daerah Kendal untuk mengantisipasi jika terjadi kekurangan pasokan produksi beras. 

Pada sisi hilir, Gapoktan  Tani Subur  juga mampu menciptakan jaringan pasar di wilayah Kabupaten Semarang. Termasuk menyasar para pegawai negeri sipil. Gapoktan itu sudah menyediakan beras siap jual dengan kemasan yang cukup bagus. 

"Di sini langsung diolah sampai packaging. Pasarnya ternyata di Kabupaten Semarang luar biasa. PNS saja beli. Artinya sebenarnya dari ujung sana sampai ujung sini sudah ada jaminan. Kalau model ini diterapkan, maka jaminan kesejahteraan para petaninya akan ada," ungkap Gubernur didampingi Ketua Gapoktan Tani Subur, Komari. 

Melalui manajemen itu, Gapoktan Tani Subur mampu memberikan kepastian kepada para petani terkait hasil panen. Khususnya delapan kelompok tani di pesisir Rawa Pening yang menjadi anggota Gapoktan. 

"Baik Gapoktan maupun petani yang menjadi anggota bisa mendapatkan keuntungan yang baik dari proses itu. Tinggal manajemennya diperbaiki lagi agar lebih efisien. Harapannya dari kekuatan kecil ini nanti bisa direplikasi," jelasnya. 

Sejauh ini dari delapan kelompok tani di Desa Tambakboyo itu luas lahan pertanian padi mencapai 110 hektar. Rata-rata tiap 1 hektar menghasilkan sekitar 8 ton gabah kering. Sementara untuk proses penggilingan, Gapoktan Tani Subur mampu menggiling padi sebanyak 1,5 ton per hari. 

"Tadi mereka butuh rice mill yang gede lagi kapasitasnya, vertical dryer atau pengering kira-kira Rp300juta. Itu bisa kredit pakai KUR, plafonnya bisa sampai Rp500 juta. Suku bunganya rendah cuma enam persen," terangnya. 

Di tengah semua prestasi itu, saat ini Gapoktan Tani Subur merasakan dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Hal ini terutama terkait distribusi solar bagi peralatan pertanian. Merespon hal itu Gubernur sudah menyiapkan skema insentif yang diberikan kepada para petani. Turut disampaikan kepada Dinas Pertanian agar mereka melakukan pendampingan. Selain itu Gubernur  juga sudah berkomunikasi dengan Pertamina terkait pola distribusi solar bagi petani. 

"Masalah yang sempat diviralkan di Blora, itu sebenarnya salah satu saja contoh yang konkret mereka tidak bisa mengakses dan itu butuh izin, butuh rekomendasi dari Dinas Pertanian. Maka saya minta daftar saja, rice mill, pompa, traktor, butuhnya berapa? Nanti kita arahkan pada titik tertentu diakses pelayanan di SPBU-nya," jelas Gubernur. "Ini bisa kita atur, (tapi) database-nya kita (harus) bagus," tandasnya.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu