Follow Us :              

Cegah Banjir Musiman di Juwana, Gubernur Minta Penanganan Banjir Ditata Ulang

  11 January 2023  |   10:00:00  |   dibaca : 674 
Kategori :
Bagikan :


Cegah Banjir Musiman di Juwana, Gubernur Minta Penanganan Banjir Ditata Ulang

11 January 2023 | 10:00:00 | dibaca : 674
Kategori :
Bagikan :

Foto : Slam (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Slam (Humas Jateng)

PATI- Guna membebaskan warga sekitar sungai Silugonggo dari banjir musiman, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta agar penanganan teknis segera dilakukan. Tahun ini pembuatan polder, kolam retensi, rumah pompa, dan tanggul di Juwana di Kabupaten Pati harus dimulai. 

"Pati ini ada beberapa karakteristik daerah yang memang cekungan. Ini tidak bisa dibiarkan hanya pasrah pada alam, karena tantangan berikutnya adalah rob. Setiap bulan purnama pasti akan ada sea level raise, kenaikan muka air laut, yang itu nanti akan balik airnya dan di area-area pesisir pasti akan terdampak," ujar Gubernur saat mengecek banjir di Desa Doropayung, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, Rabu (11/1/2023). 

Banjir yang terjadi di Desa Doropayung, Kecamatan Juwana, merupakan salah satu contoh banjir musiman yang sering dihadapi warga. Bahkan pada tahun 2014 silam pernah menjadi banjir terbesar di daerah tersebut. 

Selain Juwana, di Pati masih ada sejumlah area yang juga menjadi langganan banjir saat musim hujan. Gubernur sudah meminta PJ Bupati, Camat, Kades, dan PUPR untuk membantu memetakan daerah-daerah rawan banjir itu. Komunikasi langsung dengan Menteri Perkerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tentang masalah banjir di Pati dan Kudus juga intens dilakukan. 

"Di area cekungan memang harus dengan reengineering (rancang ulang) teknik, apakah ditanggul, tadi usulannya dibuat polder, terus kemudian dipompa. Jadi kolam-kolam retensinya dibuat. Pati harus punya itu, kalau tidak ini begini (banjir). Ketika kita melihat masyarakat (kondisi) seperti itu, ya teknis penanganannya tidak boleh lama, 2023 ini mesti ditangani," jelasnya. 

Turut disampaikan, teknis penanganan akan dikerjakan bersama antara Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Pemerintah Kabupaten Pati, Kementerian PUPR, dan Balai Besar Wilayah Sungai. 

"Tugas kami dari pemerintah adalah mencarikan sumber anggarannya. Secara teknis nanti saya minta PUPR untuk mendesain area-areanya, titik-titiknya, nanti kerjasama dengn BBWS. Biar kami memfasilitasi dari provinsi sehingga ini mesti diselesaikan secara lebih komprehensif," ungkapnya. 

Penanganan yang saat ini sudah terlihat cukup efektif mengurangi dampak banjir adalah jalan jalur evakuasi di daerah itu yang juga berfungsi sebagai tanggul. Tanggul yang dibangun dengan menggunakan dana desa tersebut terbukti mampu mengontrol luapan air sungai Silugonggo yang menjadi penyebab banjir. 

"Jalan ini bisa jadi tanggul, jadi bisa jalur evakuasi sekaligus tanggul. Ini lebih tinggi tidak apa-apa. Memang agak mahal, tapi kalau dengan kira-kira 30cm ternyata tidak pernah limpas (luber), jadi artinya 30cm bisa cukup mengontrol," kata Gubernur. 

Gubernur menegaskan, penanganan banjir di Pati, khususnya wilayah Juwana juga perlu memperhitungkan sedimentasi di kawasan muara. Normalisasi dan penataan di lokasi tersebut yang harus segera dilakukan. Keterlibatan nelayan terkait tambatan perahu dan Badan Besar Wilayah Sungai (BBWS) untuk pengelolaan sungai. 

"Nanti Kementerian Perhubungan dan Kementerian PUPR saya ajak bicara. Maksud saya khusus Juwana, ini kita tata betul karena ini legend. Terkenal produk perikanannya bagus, sayang nanti kalau kalah oleh menajemen yang buruk apalagi di area terbuka. Ini bagian yang sudah masuk dalam obrolan saya dengan Pak Menteri," pungkasnya.


Bagikan :

PATI- Guna membebaskan warga sekitar sungai Silugonggo dari banjir musiman, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta agar penanganan teknis segera dilakukan. Tahun ini pembuatan polder, kolam retensi, rumah pompa, dan tanggul di Juwana di Kabupaten Pati harus dimulai. 

"Pati ini ada beberapa karakteristik daerah yang memang cekungan. Ini tidak bisa dibiarkan hanya pasrah pada alam, karena tantangan berikutnya adalah rob. Setiap bulan purnama pasti akan ada sea level raise, kenaikan muka air laut, yang itu nanti akan balik airnya dan di area-area pesisir pasti akan terdampak," ujar Gubernur saat mengecek banjir di Desa Doropayung, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, Rabu (11/1/2023). 

Banjir yang terjadi di Desa Doropayung, Kecamatan Juwana, merupakan salah satu contoh banjir musiman yang sering dihadapi warga. Bahkan pada tahun 2014 silam pernah menjadi banjir terbesar di daerah tersebut. 

Selain Juwana, di Pati masih ada sejumlah area yang juga menjadi langganan banjir saat musim hujan. Gubernur sudah meminta PJ Bupati, Camat, Kades, dan PUPR untuk membantu memetakan daerah-daerah rawan banjir itu. Komunikasi langsung dengan Menteri Perkerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tentang masalah banjir di Pati dan Kudus juga intens dilakukan. 

"Di area cekungan memang harus dengan reengineering (rancang ulang) teknik, apakah ditanggul, tadi usulannya dibuat polder, terus kemudian dipompa. Jadi kolam-kolam retensinya dibuat. Pati harus punya itu, kalau tidak ini begini (banjir). Ketika kita melihat masyarakat (kondisi) seperti itu, ya teknis penanganannya tidak boleh lama, 2023 ini mesti ditangani," jelasnya. 

Turut disampaikan, teknis penanganan akan dikerjakan bersama antara Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Pemerintah Kabupaten Pati, Kementerian PUPR, dan Balai Besar Wilayah Sungai. 

"Tugas kami dari pemerintah adalah mencarikan sumber anggarannya. Secara teknis nanti saya minta PUPR untuk mendesain area-areanya, titik-titiknya, nanti kerjasama dengn BBWS. Biar kami memfasilitasi dari provinsi sehingga ini mesti diselesaikan secara lebih komprehensif," ungkapnya. 

Penanganan yang saat ini sudah terlihat cukup efektif mengurangi dampak banjir adalah jalan jalur evakuasi di daerah itu yang juga berfungsi sebagai tanggul. Tanggul yang dibangun dengan menggunakan dana desa tersebut terbukti mampu mengontrol luapan air sungai Silugonggo yang menjadi penyebab banjir. 

"Jalan ini bisa jadi tanggul, jadi bisa jalur evakuasi sekaligus tanggul. Ini lebih tinggi tidak apa-apa. Memang agak mahal, tapi kalau dengan kira-kira 30cm ternyata tidak pernah limpas (luber), jadi artinya 30cm bisa cukup mengontrol," kata Gubernur. 

Gubernur menegaskan, penanganan banjir di Pati, khususnya wilayah Juwana juga perlu memperhitungkan sedimentasi di kawasan muara. Normalisasi dan penataan di lokasi tersebut yang harus segera dilakukan. Keterlibatan nelayan terkait tambatan perahu dan Badan Besar Wilayah Sungai (BBWS) untuk pengelolaan sungai. 

"Nanti Kementerian Perhubungan dan Kementerian PUPR saya ajak bicara. Maksud saya khusus Juwana, ini kita tata betul karena ini legend. Terkenal produk perikanannya bagus, sayang nanti kalau kalah oleh menajemen yang buruk apalagi di area terbuka. Ini bagian yang sudah masuk dalam obrolan saya dengan Pak Menteri," pungkasnya.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu