Follow Us :              

Sekda Minta Filosofi Sarung Jadi Prinsip Pelayanan Kota Semarang

  05 May 2023  |   16:00:00  |   dibaca : 629 
Kategori :
Bagikan :


Sekda Minta Filosofi Sarung Jadi Prinsip Pelayanan Kota Semarang

05 May 2023 | 16:00:00 | dibaca : 629
Kategori :
Bagikan :

Foto : Handy (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Handy (Humas Jateng)

SEMARANG - Semarak 476 tahun Kota Semarang yang menjadi rangkaian kegiatan peringatan Ulang Tahun Kota Semarang, mengusung tema Sarungku Gayaku. Semua tamu, pengisi acara, panitia, dan wartawan yang hadir di Taman Srigunting Kota Lama, Jumat (05/05/2023) mengenakan sarung dengan berbagai motif yang cantik.

Ada yang mengenakan sarung bergaya etnik, ada yang bergaya modern, dan adapula yang memilih memakai sarung bergaya minimalis. Tidak selalu dikenakan dengan dililitkan, tapi juga ada yang dibuat model sarung celana, basofi dan rok. 

Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jawa Tengah, Sumarno yang hadir dalam kegiatan tersebut menuturkan, hampir semua orang Indonesia, terutama pria, apapun suku dan agamanya umumnya memiliki sarung. Sarung kini tak hanya identik sebagai busana untuk beribadah umat muslim. Produk tekstil tersebut sekarang sudah menjadi busana serbaguna, yang bisa dikenakan dalam berbagai kesempatan. Pemanfaatannya mulai dari selimut, baju rumahan, hingga busana untuk menghadiri acara-acara formal.

"Jadi inilah simbol, dan tentu saja, sarung digunakan di semua aktivitas, baik yang saudara-saudara kita di level bawah,  pemulung pakai sarung, nelayan pakai sarung.  Yang pekerja di level tinggi aja, presiden aja pakai sarung," tutur Sekda saat ditemui usai Pembukaan Semarak 476 tahun Kota Semarang.

Filosofi sarung yang bisa dikenakan semua kalangan, menurut Sekda sangat tepat untuk menjadi simbol pelayanan Pemerintah Kota Semarang. Pelayanan yang baik dan setara bagi semua kalangan masyarakat. 

"Bahwa sarung ini untuk semua kalangan, tentu saja Kota Semarang untuk semua kalangan. Baik dari level bawah sampai atas. Tentu saja karena semua kalangan dilayani, kemajuan Kota Semarang bisa ditingkatkan. Tentu saja ujungnya adalah bagaimana masyarakat level bawah sampai atas, bisa sejahtera," harapnya.

Pemilihan tema Sarungku Gayaku ini, lanjut Sekda, juga akan membantu menggaungkan sarung sebagai salah satu kekayaan budaya Indonesia. Semakin banyak yang mengenakan sarung, maka UMKM yang menggeluti produksi sarung akan hidup.


Bagikan :

SEMARANG - Semarak 476 tahun Kota Semarang yang menjadi rangkaian kegiatan peringatan Ulang Tahun Kota Semarang, mengusung tema Sarungku Gayaku. Semua tamu, pengisi acara, panitia, dan wartawan yang hadir di Taman Srigunting Kota Lama, Jumat (05/05/2023) mengenakan sarung dengan berbagai motif yang cantik.

Ada yang mengenakan sarung bergaya etnik, ada yang bergaya modern, dan adapula yang memilih memakai sarung bergaya minimalis. Tidak selalu dikenakan dengan dililitkan, tapi juga ada yang dibuat model sarung celana, basofi dan rok. 

Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jawa Tengah, Sumarno yang hadir dalam kegiatan tersebut menuturkan, hampir semua orang Indonesia, terutama pria, apapun suku dan agamanya umumnya memiliki sarung. Sarung kini tak hanya identik sebagai busana untuk beribadah umat muslim. Produk tekstil tersebut sekarang sudah menjadi busana serbaguna, yang bisa dikenakan dalam berbagai kesempatan. Pemanfaatannya mulai dari selimut, baju rumahan, hingga busana untuk menghadiri acara-acara formal.

"Jadi inilah simbol, dan tentu saja, sarung digunakan di semua aktivitas, baik yang saudara-saudara kita di level bawah,  pemulung pakai sarung, nelayan pakai sarung.  Yang pekerja di level tinggi aja, presiden aja pakai sarung," tutur Sekda saat ditemui usai Pembukaan Semarak 476 tahun Kota Semarang.

Filosofi sarung yang bisa dikenakan semua kalangan, menurut Sekda sangat tepat untuk menjadi simbol pelayanan Pemerintah Kota Semarang. Pelayanan yang baik dan setara bagi semua kalangan masyarakat. 

"Bahwa sarung ini untuk semua kalangan, tentu saja Kota Semarang untuk semua kalangan. Baik dari level bawah sampai atas. Tentu saja karena semua kalangan dilayani, kemajuan Kota Semarang bisa ditingkatkan. Tentu saja ujungnya adalah bagaimana masyarakat level bawah sampai atas, bisa sejahtera," harapnya.

Pemilihan tema Sarungku Gayaku ini, lanjut Sekda, juga akan membantu menggaungkan sarung sebagai salah satu kekayaan budaya Indonesia. Semakin banyak yang mengenakan sarung, maka UMKM yang menggeluti produksi sarung akan hidup.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu