Follow Us :              

Imbauan Gubernur Penggunaan Pupuk Organik Tingkatkan 30 Persen Hasil Petani di Bawang Brebes

  21 June 2023  |   15:00:00  |   dibaca : 911 
Kategori :
Bagikan :


Imbauan Gubernur Penggunaan Pupuk Organik Tingkatkan 30 Persen Hasil Petani di Bawang Brebes

21 June 2023 | 15:00:00 | dibaca : 911
Kategori :
Bagikan :

Foto : Vivi (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Vivi (Humas Jateng)

BREBES - Imbauan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo kepada petani bawang di Brebes agar memakai pupuk organik, berhasil meningkatkan keuntungan mereka. Lahan yang semakin subur membuat produktivitas meningkat 30 persen. 

Saat panen raya bawang November 2022, sejumlah petani mengeluhkan langkanya persediaan pupuk subsidi kimia, sehingga produktivitas bawang yang menurun. Saat itu Gubernur menyarankan, agar petani bawang di Brebes beralih ke pupuk organik guna mengembalikan kesuburan tanah.

“Pupuk itu subsidinya kurang, makanya kami ajak mereka untuk pindah ke organik dan petani setuju. Cuma memang harus pelan-pelan. Jadi, kalau sudah masuk masa tanam, masa pemupukan, dan kita perlu untuk segera mengambil tindakan cepat, telepon. Nanti kami turunkan tim (penyuluh),” kata Gubernur saat itu.

Penyuluh Pertanian di Kecamatan Brebes, Hery Priyono mengatakan, imbauan Gubernur agar petani perlahan beralih ke pertanian organik disambut antusias. Menindaklanjuti imbauan tersebut, pihaknya lantas secara swadaya mengadakan sekolah lapang, diikuti delapan kelompok tani dari delapan desa.

"Kedatangan Pak Ganjar Pranowo beberapa waktu lalu dalam rangka pemulihan penyehatan lahan, karena di beberapa media (tanam) di Brebes 50 persen rusak karena pestisida (berlebihan). Maka, tindak lanjut itu kami membentuk beberapa kelompok satu sekolah lapang, kami lalu belajar bio remidiasi atau penyehatan lahan garapan," tuturnya Rabu (21/6/2023). 

Setelah mendapatkan perlakuan semi organik dengan pupuk dan pestisida alami, serta mengurangi penggunaan produk kimia, tanah garapan tersebut kini menjadi lebih sehat. "Selama setahun ini, mereka menyadari bahwa dari dua sampai tiga kali panen, mereka merasakan respon tanah bereaksi dan pulih," terangnya.

Kondisi ini sangat berbeda dengan sebelumnya. Kalau dulu dipupuk tidak ada reaksi, (meskipun)  dosis (pupuk kimia) ditambah karena tanah tidak sehat, sehingga respon tanah rendah. 

Selain mengembalikan kesuburan tanah, setelah menggunakan pupuk organik, hasil panen para petani bawang pun meningkat. "Produksi tadi pagi, kami habis panen di Desa Wangen Dalem perbatasan dengan Desa Krasak, ini bisa menghasilkan 13,6 ton bawang merah. Sementara yang biasa (kimia tanpa organik), ini berkisar 9-11 ton," ungkapnya. 

Ketua Gapoktan Unggul Makmur Wiyono Desa Krasak, membenarkan hal itu. Menurutnya, selama ini petani bawang di Brebes memang lebih banyak menggunakan pupuk kimia. Namun, seiring sosialisasi yang dilakukan dan bantuan yang diberikan, petani kini mulai nyaman menggunakan pupuk organik.

Ia menyampaikan, penggunaan pupuk organik memang belum 100 persen. Pupuk organik masih dikombinasikan dengan pupuk kimia.  Terutama jika terjadi serangan hama. 

Wiyono mengakui, penggunaan pupuk organik dan kimia kini dilakukan secara lebih presisi. Artinya, pupuk kimia hanya digunakan jika ada serangan hama yang parah. Keduanya masih dikombinasikan agar memperoleh hasil maksimal. 

Hasilnya, pada penerapan pupuk organik dan kimia yang presisi lebih menghemat biaya produksi. Secara hasil, dengan luasan tanah garapan sekitar 1.800 meter persegi, ada peningkatan 30 persen. 

"Kalau saya dulu pakai kimia full itu per musim tanam sekitar Rp 10 juta. Kalau (dipadukan) pakai pupuk organik sekitar Rp 7 jutaan. Kini bawang yang dihasilkan pun cenderung super lebih besar. Panennya dulu 1,5 ton, sekarang bisa 1,8 ton sampai 2 ton," tuturnya. 

Dikatakan Wiyono, kini anggota kelompoknya mulai nyaman menggunakan pupuk organik. Ini terlihat dari kesadaran petani yang rela merogoh kocek untuk membeli pupuk organik swadaya. 

Bahkan, ia sendiri juga membuat sendiri ramuan pupuk organik yang bahannya bisa didapat dari lingkungan sekitar, Misalnya, telur, akar daun putri malu, bekatul, dan minuman yang mengandung bakteri L. Casei Shirotta Strain. 

Dia berharap, sosialisasi yang dilakukan pemerintah terkait pemuliaan tanah menggunakan bahan organik dilakukan lebih gencar. Sebab, di lapangan banyak produsen pupuk atau pestisida kimia yang gencar turun hingga level pedesaan secara masif. 

Upaya dari petani di Desa Krasak dan sekitarnya pun didukung oleh Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Jawa Tengah. Hal ini diwujudkan dengan pemberian bantuan berupa cultivator (mesin bajak) dan pompa air, agar petani tidak terkendala musim.


Bagikan :

BREBES - Imbauan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo kepada petani bawang di Brebes agar memakai pupuk organik, berhasil meningkatkan keuntungan mereka. Lahan yang semakin subur membuat produktivitas meningkat 30 persen. 

Saat panen raya bawang November 2022, sejumlah petani mengeluhkan langkanya persediaan pupuk subsidi kimia, sehingga produktivitas bawang yang menurun. Saat itu Gubernur menyarankan, agar petani bawang di Brebes beralih ke pupuk organik guna mengembalikan kesuburan tanah.

“Pupuk itu subsidinya kurang, makanya kami ajak mereka untuk pindah ke organik dan petani setuju. Cuma memang harus pelan-pelan. Jadi, kalau sudah masuk masa tanam, masa pemupukan, dan kita perlu untuk segera mengambil tindakan cepat, telepon. Nanti kami turunkan tim (penyuluh),” kata Gubernur saat itu.

Penyuluh Pertanian di Kecamatan Brebes, Hery Priyono mengatakan, imbauan Gubernur agar petani perlahan beralih ke pertanian organik disambut antusias. Menindaklanjuti imbauan tersebut, pihaknya lantas secara swadaya mengadakan sekolah lapang, diikuti delapan kelompok tani dari delapan desa.

"Kedatangan Pak Ganjar Pranowo beberapa waktu lalu dalam rangka pemulihan penyehatan lahan, karena di beberapa media (tanam) di Brebes 50 persen rusak karena pestisida (berlebihan). Maka, tindak lanjut itu kami membentuk beberapa kelompok satu sekolah lapang, kami lalu belajar bio remidiasi atau penyehatan lahan garapan," tuturnya Rabu (21/6/2023). 

Setelah mendapatkan perlakuan semi organik dengan pupuk dan pestisida alami, serta mengurangi penggunaan produk kimia, tanah garapan tersebut kini menjadi lebih sehat. "Selama setahun ini, mereka menyadari bahwa dari dua sampai tiga kali panen, mereka merasakan respon tanah bereaksi dan pulih," terangnya.

Kondisi ini sangat berbeda dengan sebelumnya. Kalau dulu dipupuk tidak ada reaksi, (meskipun)  dosis (pupuk kimia) ditambah karena tanah tidak sehat, sehingga respon tanah rendah. 

Selain mengembalikan kesuburan tanah, setelah menggunakan pupuk organik, hasil panen para petani bawang pun meningkat. "Produksi tadi pagi, kami habis panen di Desa Wangen Dalem perbatasan dengan Desa Krasak, ini bisa menghasilkan 13,6 ton bawang merah. Sementara yang biasa (kimia tanpa organik), ini berkisar 9-11 ton," ungkapnya. 

Ketua Gapoktan Unggul Makmur Wiyono Desa Krasak, membenarkan hal itu. Menurutnya, selama ini petani bawang di Brebes memang lebih banyak menggunakan pupuk kimia. Namun, seiring sosialisasi yang dilakukan dan bantuan yang diberikan, petani kini mulai nyaman menggunakan pupuk organik.

Ia menyampaikan, penggunaan pupuk organik memang belum 100 persen. Pupuk organik masih dikombinasikan dengan pupuk kimia.  Terutama jika terjadi serangan hama. 

Wiyono mengakui, penggunaan pupuk organik dan kimia kini dilakukan secara lebih presisi. Artinya, pupuk kimia hanya digunakan jika ada serangan hama yang parah. Keduanya masih dikombinasikan agar memperoleh hasil maksimal. 

Hasilnya, pada penerapan pupuk organik dan kimia yang presisi lebih menghemat biaya produksi. Secara hasil, dengan luasan tanah garapan sekitar 1.800 meter persegi, ada peningkatan 30 persen. 

"Kalau saya dulu pakai kimia full itu per musim tanam sekitar Rp 10 juta. Kalau (dipadukan) pakai pupuk organik sekitar Rp 7 jutaan. Kini bawang yang dihasilkan pun cenderung super lebih besar. Panennya dulu 1,5 ton, sekarang bisa 1,8 ton sampai 2 ton," tuturnya. 

Dikatakan Wiyono, kini anggota kelompoknya mulai nyaman menggunakan pupuk organik. Ini terlihat dari kesadaran petani yang rela merogoh kocek untuk membeli pupuk organik swadaya. 

Bahkan, ia sendiri juga membuat sendiri ramuan pupuk organik yang bahannya bisa didapat dari lingkungan sekitar, Misalnya, telur, akar daun putri malu, bekatul, dan minuman yang mengandung bakteri L. Casei Shirotta Strain. 

Dia berharap, sosialisasi yang dilakukan pemerintah terkait pemuliaan tanah menggunakan bahan organik dilakukan lebih gencar. Sebab, di lapangan banyak produsen pupuk atau pestisida kimia yang gencar turun hingga level pedesaan secara masif. 

Upaya dari petani di Desa Krasak dan sekitarnya pun didukung oleh Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Jawa Tengah. Hal ini diwujudkan dengan pemberian bantuan berupa cultivator (mesin bajak) dan pompa air, agar petani tidak terkendala musim.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu