Foto : (Humas Jateng)
Foto : (Humas Jateng)
SEMARANG - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terus berupaya menurunkan kemiskinan ekstrem, melalui program Satu Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Satu Desa Dampingan.
Salah satu contohnya, program dari Inspektorat Pemprov Jateng di Desa Tambakrejo, Kecamatan Pemalang, Kabupaten Pemalang.
Desa Tambakrejo merupakan desa zona merah kemiskinan ekstrem, yang salah satu penyebabnya adalah tingkat partisipasi sekolah yang cukup rendah.
"Kita ingin menuntaskan warga Desa Tambakrejo dari kemiskinan. Kami mulai dari akses pendidikan," ucap Sekretaris Inspektorat Jateng, Zainul Ulum pada Rabu, 24 Juli 2024.
Kondisi perekonomian di desa tersebut banyak yang pas-pasan, ditambah jauhnya akses ke sekolah menengah pertama dan lanjutan. Tak pelak, orang tua harus merogoh kocek yang cukup besar untuk ongkos kendaraan agar bisa sampai ke fasilitas pendidikan.
"Setelah putus sekolah, mereka cuma di rumah. Mau bekerja di sana, adanya cuma buruh tandur (tanam padi). Orang tua mereka juga buruh tandur. Sekolah tidak menjadi prioritas utama bagi para penduduk," jelasnya.
Kondisi inilah yang menyebabkan minimnya tingkat partisipasi sekolah di daerah tersebut. Padahal, pendidikan merupakan salah satu instrumen yang mampu menaikkan kapasitas sumber daya manusia, sehingga bisa bersaing di dunia kerja.
"Kami menggandeng, Disdik (Dinas Pendidikan) Pemalang dan Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) Agung Nugraha, untuk dapat menyerap anak putus sekolah dari desa tersebut," ucap Zainul.
Berdasarkan pendampingan yang dilakukan, ada sebanyak 21 anak dari sekitar 125 anak yang menyatakan berminat kembali bersekolah. Zainul berharap, akan ada semakin banyak anak yang memiliki minat belajar dan sekolah yang tinggi.
"Akan kami fasilitasi. Yang termasuk Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS), juga kita upayakan dapat Kartu Indonesia Pintar," paparnya.
Zainul menyampaikan, anak-anak akan belajar banyak hal di PKBM. Mereka akan mendapat berbagai pelatihan, mulai dari menjahit, barista, dan segala bentuk keterampilan sesuai dengan minat dan bakat mereka.
"Dengan memperoleh keterampilan. Harapannya, bisa terserap ke dunia kerja atau berwirausaha," ucapnya.
SEMARANG - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terus berupaya menurunkan kemiskinan ekstrem, melalui program Satu Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Satu Desa Dampingan.
Salah satu contohnya, program dari Inspektorat Pemprov Jateng di Desa Tambakrejo, Kecamatan Pemalang, Kabupaten Pemalang.
Desa Tambakrejo merupakan desa zona merah kemiskinan ekstrem, yang salah satu penyebabnya adalah tingkat partisipasi sekolah yang cukup rendah.
"Kita ingin menuntaskan warga Desa Tambakrejo dari kemiskinan. Kami mulai dari akses pendidikan," ucap Sekretaris Inspektorat Jateng, Zainul Ulum pada Rabu, 24 Juli 2024.
Kondisi perekonomian di desa tersebut banyak yang pas-pasan, ditambah jauhnya akses ke sekolah menengah pertama dan lanjutan. Tak pelak, orang tua harus merogoh kocek yang cukup besar untuk ongkos kendaraan agar bisa sampai ke fasilitas pendidikan.
"Setelah putus sekolah, mereka cuma di rumah. Mau bekerja di sana, adanya cuma buruh tandur (tanam padi). Orang tua mereka juga buruh tandur. Sekolah tidak menjadi prioritas utama bagi para penduduk," jelasnya.
Kondisi inilah yang menyebabkan minimnya tingkat partisipasi sekolah di daerah tersebut. Padahal, pendidikan merupakan salah satu instrumen yang mampu menaikkan kapasitas sumber daya manusia, sehingga bisa bersaing di dunia kerja.
"Kami menggandeng, Disdik (Dinas Pendidikan) Pemalang dan Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) Agung Nugraha, untuk dapat menyerap anak putus sekolah dari desa tersebut," ucap Zainul.
Berdasarkan pendampingan yang dilakukan, ada sebanyak 21 anak dari sekitar 125 anak yang menyatakan berminat kembali bersekolah. Zainul berharap, akan ada semakin banyak anak yang memiliki minat belajar dan sekolah yang tinggi.
"Akan kami fasilitasi. Yang termasuk Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS), juga kita upayakan dapat Kartu Indonesia Pintar," paparnya.
Zainul menyampaikan, anak-anak akan belajar banyak hal di PKBM. Mereka akan mendapat berbagai pelatihan, mulai dari menjahit, barista, dan segala bentuk keterampilan sesuai dengan minat dan bakat mereka.
"Dengan memperoleh keterampilan. Harapannya, bisa terserap ke dunia kerja atau berwirausaha," ucapnya.
Berita Terbaru