Follow Us :              

100 Hari Kerja Gubernur-Wagub Jateng, Program Desalinasi Jadi Solusi Masalah Air Bersih 

  30 May 2025  |   00:00:00  |   dibaca : 247 
Kategori :
Bagikan :


100 Hari Kerja Gubernur-Wagub Jateng, Program Desalinasi Jadi Solusi Masalah Air Bersih 

30 May 2025 | 00:00:00 | dibaca : 247
Kategori :
Bagikan :

Foto : Bintoro (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Bintoro (Humas Jateng)

SEMARANG – Selama 100 hari kerja Gubernur Jawa Tengah, Komjen Pol (P) Drs. Ahmad Luthfi, S.H., S.St.M.K., dan Wakil Gubernur Jateng, Taj Yasin Maimoen, telah melaksanakan berbagai program di wilayahnya. Salah satu terobosan yang dilakukan adalah penerapan program desalinasi yang mampu memberikan kebermanfaatan bagi masyarakat. 

Dalam pelaksanaan program ini, Pemprov Jateng bekerja sama dengan Universitas Diponegoro (Undip) Semarang untuk mengaplikasikan teknologi yang mampu mengolah air payau menjadi air tawar layak minum. Program desalinasi ini diluncurkan di Rusunawa Slamaran, Kecamatan Krapyak Lor, Kota Pekalongan pada 25 Maret 2025 lalu. 

Tak pelak, program ini disambut antusiasme warga. Sebab, desalinasi menjadi salah satu solusi dari Pemprov Jateng dalam menyelesaikan persoalan kekurangan air bersih. Apalagi, sebanyak 250 KK Rusanawa Slamaran, dapat mengambil air hasil desalinasi secara gratis, sehingga hal ini sangat membantu mengurangi beban pengeluaran masyarakat.

Berdasarkan data dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah, tercatat masih ada ribuan rumah tangga yang kesulitan memperoleh air bersih, salah satunya mereka yang tinggal di daerah pesisir. Oleh karena itu, program desalinasi menjadi jawaban atas persoalan air bersih yang dihadapi para warga.

Salah seorang warga Rusunawa Slamaran, Slamet, mengaku, sudah meminum air hasil teknologi desalinasi. Menurutnya, air olahan ini lebih segar dibandingkan air yang dikonsumsi sebelumnya, yang cenderung lebih asin. 

"Rasanya enak, segar, tidak asin," katanya di sela-sela peresmian desalinasi pada Selasa, 25 Maret 2025.

Perancang Teknologi Desalinasi Air dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Undip Semarang, I Nyoman Widiasa, menuturkan, mesin desalinasi di Rusunawa Slamaran dirancang untuk menghasilkan 4.000 liter air atau 200 galon air per hari. Dalam kondisi tertentu, kapasitas produksi dapat ditingkatkan hingga 6.000 liter atau 300 galon per hari. 

Jika diasumsikan bahwa satu keluarga mengonsumsi satu galon setiap harinya, maka produksi air ini bisa mencukupi kebutuhan air bersih bagi 300 keluarga.

Menurut Nyoman, air hasil teknologi desalinasi yang bisa dinikmati secara gratis ini, sangat membantu masyarakat penerima manfaat. Sebab, selama ini masyarakat harus mengeluarkan uang paling tidak Rp300 ribu setiap bulannya, untuk memenuhi kebutuhan air bersih. 

“Tentu pengeluaran masyarakat lebih besar, akibat membeli air yang harus menggunakan kemasan-kemasan dalam skala kecil, dan itu sudah berlangsung lama di masyarakat, terutama di masyarakat yang air tanahnya memang dalam kondisi asin,” jelasnya.

Ia mengapresiasi, langkah Pemprov Jateng yang mengajak Undip Semarang untuk menerapkan teknologi desalinasi. Hingga pertengahan tahun 2025, rencananya akan direalisasikan teknologi desalinasi di tiga wilayah, yakni Desa Banjarsari, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak; Desa Banyutowo, Kecamatan Dukuh Seti, Kabupaten Pati; dan Desa Randusanga Kulon, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes.

“Secara komitmen dan secara administrasi sedang berproses. Mudah-mudahan nanti di Agustus lah sudah bisa terealisasi,” bebernya.

Nyoman berharap, penerapan desalinasi yang sudah dimulai dari wilayah barat ke timur Jateng ini bisa terus berlanjut, karena program ini mampu memberikan manfaat besar bagi masyarakat. 

Ia juga memberikan apresiasi kepada PT Tirta Utama Jawa Tengah, Bank Jateng, dan Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Cipta Karya (DPUBMCK) Jateng yang telah berkolaborasi dalam mewujudkan program desalinasi.

“Syukur-syukur lagi nanti (ada) sektor (khusus), yang bisa menjadi bagian di dalam program ini. Ini kan program kemaslahatan buat masyarakat dan (air bersih) tidak bisa ditunda,” tuturnya.

Penerapan program desalinasi sejalan dengan komitmen Presiden yang mendorong kemandirian bangsa melalui swasembada air untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat. Indonesia juga telah menetapkan target 100% akses air bersih di seluruh negeri pada tahun 2045.

Nyoman menyampaikan, ketersediaan air layak konsumsi, tidak hanya tentang kenyamanan hidup sehari-hari, tetapi juga menyangkut kesehatan, produktivitas masyarakat, ekonomi, dan kelestarian lingkungan. 

Saat ditemui beberapa waktu lalu, Gubernur Jateng mengatakan, program desalinasi di Kota Pekalongan menjadi yang pertama dan akan disusul oleh sejumlah wilayah pesisir lain di Jateng.

Program desalinasi ini memiliki dua tujuan. Pertama, menyediakan air bersih siap minum bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Sebab, air minum hasil proses desalinasi ini dibagikan secara gratis. Dengan demikian, masyarakat tak perlu lagi mengeluarkan uang untuk membeli air galon ataupun air kemasan. 

"Air ini gratis. Jadi masyarakat dapat air bersih dan uangnya bisa digunakan untuk kebutuhan lainya," kata Gubernur.

Langkah itu sekaligus menjadi upaya untuk menekan angka kemiskinan di Jateng, dengan menyelesaikan persoalan itu secara bersama-sama atau dikeroyok dari berbagai sektor pembangunan.

Kedua, program desalinasi ini bertujuan untuk mencegah penurunan muka tanah di wilayah pantai utara, yang disebabkan oleh masifnya penggunaan air tanah.


Bagikan :

SEMARANG – Selama 100 hari kerja Gubernur Jawa Tengah, Komjen Pol (P) Drs. Ahmad Luthfi, S.H., S.St.M.K., dan Wakil Gubernur Jateng, Taj Yasin Maimoen, telah melaksanakan berbagai program di wilayahnya. Salah satu terobosan yang dilakukan adalah penerapan program desalinasi yang mampu memberikan kebermanfaatan bagi masyarakat. 

Dalam pelaksanaan program ini, Pemprov Jateng bekerja sama dengan Universitas Diponegoro (Undip) Semarang untuk mengaplikasikan teknologi yang mampu mengolah air payau menjadi air tawar layak minum. Program desalinasi ini diluncurkan di Rusunawa Slamaran, Kecamatan Krapyak Lor, Kota Pekalongan pada 25 Maret 2025 lalu. 

Tak pelak, program ini disambut antusiasme warga. Sebab, desalinasi menjadi salah satu solusi dari Pemprov Jateng dalam menyelesaikan persoalan kekurangan air bersih. Apalagi, sebanyak 250 KK Rusanawa Slamaran, dapat mengambil air hasil desalinasi secara gratis, sehingga hal ini sangat membantu mengurangi beban pengeluaran masyarakat.

Berdasarkan data dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah, tercatat masih ada ribuan rumah tangga yang kesulitan memperoleh air bersih, salah satunya mereka yang tinggal di daerah pesisir. Oleh karena itu, program desalinasi menjadi jawaban atas persoalan air bersih yang dihadapi para warga.

Salah seorang warga Rusunawa Slamaran, Slamet, mengaku, sudah meminum air hasil teknologi desalinasi. Menurutnya, air olahan ini lebih segar dibandingkan air yang dikonsumsi sebelumnya, yang cenderung lebih asin. 

"Rasanya enak, segar, tidak asin," katanya di sela-sela peresmian desalinasi pada Selasa, 25 Maret 2025.

Perancang Teknologi Desalinasi Air dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Undip Semarang, I Nyoman Widiasa, menuturkan, mesin desalinasi di Rusunawa Slamaran dirancang untuk menghasilkan 4.000 liter air atau 200 galon air per hari. Dalam kondisi tertentu, kapasitas produksi dapat ditingkatkan hingga 6.000 liter atau 300 galon per hari. 

Jika diasumsikan bahwa satu keluarga mengonsumsi satu galon setiap harinya, maka produksi air ini bisa mencukupi kebutuhan air bersih bagi 300 keluarga.

Menurut Nyoman, air hasil teknologi desalinasi yang bisa dinikmati secara gratis ini, sangat membantu masyarakat penerima manfaat. Sebab, selama ini masyarakat harus mengeluarkan uang paling tidak Rp300 ribu setiap bulannya, untuk memenuhi kebutuhan air bersih. 

“Tentu pengeluaran masyarakat lebih besar, akibat membeli air yang harus menggunakan kemasan-kemasan dalam skala kecil, dan itu sudah berlangsung lama di masyarakat, terutama di masyarakat yang air tanahnya memang dalam kondisi asin,” jelasnya.

Ia mengapresiasi, langkah Pemprov Jateng yang mengajak Undip Semarang untuk menerapkan teknologi desalinasi. Hingga pertengahan tahun 2025, rencananya akan direalisasikan teknologi desalinasi di tiga wilayah, yakni Desa Banjarsari, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak; Desa Banyutowo, Kecamatan Dukuh Seti, Kabupaten Pati; dan Desa Randusanga Kulon, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes.

“Secara komitmen dan secara administrasi sedang berproses. Mudah-mudahan nanti di Agustus lah sudah bisa terealisasi,” bebernya.

Nyoman berharap, penerapan desalinasi yang sudah dimulai dari wilayah barat ke timur Jateng ini bisa terus berlanjut, karena program ini mampu memberikan manfaat besar bagi masyarakat. 

Ia juga memberikan apresiasi kepada PT Tirta Utama Jawa Tengah, Bank Jateng, dan Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Cipta Karya (DPUBMCK) Jateng yang telah berkolaborasi dalam mewujudkan program desalinasi.

“Syukur-syukur lagi nanti (ada) sektor (khusus), yang bisa menjadi bagian di dalam program ini. Ini kan program kemaslahatan buat masyarakat dan (air bersih) tidak bisa ditunda,” tuturnya.

Penerapan program desalinasi sejalan dengan komitmen Presiden yang mendorong kemandirian bangsa melalui swasembada air untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat. Indonesia juga telah menetapkan target 100% akses air bersih di seluruh negeri pada tahun 2045.

Nyoman menyampaikan, ketersediaan air layak konsumsi, tidak hanya tentang kenyamanan hidup sehari-hari, tetapi juga menyangkut kesehatan, produktivitas masyarakat, ekonomi, dan kelestarian lingkungan. 

Saat ditemui beberapa waktu lalu, Gubernur Jateng mengatakan, program desalinasi di Kota Pekalongan menjadi yang pertama dan akan disusul oleh sejumlah wilayah pesisir lain di Jateng.

Program desalinasi ini memiliki dua tujuan. Pertama, menyediakan air bersih siap minum bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Sebab, air minum hasil proses desalinasi ini dibagikan secara gratis. Dengan demikian, masyarakat tak perlu lagi mengeluarkan uang untuk membeli air galon ataupun air kemasan. 

"Air ini gratis. Jadi masyarakat dapat air bersih dan uangnya bisa digunakan untuk kebutuhan lainya," kata Gubernur.

Langkah itu sekaligus menjadi upaya untuk menekan angka kemiskinan di Jateng, dengan menyelesaikan persoalan itu secara bersama-sama atau dikeroyok dari berbagai sektor pembangunan.

Kedua, program desalinasi ini bertujuan untuk mencegah penurunan muka tanah di wilayah pantai utara, yang disebabkan oleh masifnya penggunaan air tanah.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu