Follow Us :              

Masih Banyak Hal yang Ingin Dicapai, Selamat Jalan Ki Enthus.....

  15 May 2018  |   13:00:00  |   dibaca : 903 
Kategori :
Bagikan :


Masih Banyak Hal yang Ingin Dicapai, Selamat Jalan Ki Enthus.....

15 May 2018 | 13:00:00 | dibaca : 903
Kategori :
Bagikan :

Foto : (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : (Humas Jateng)

SLAWI- Ribuan pelayat mengantarkan jenazah dalang kondang Ki Enthus Susmono ke peristirahatan terakhir di Desa Bengkle, Kecamatan Talang, Kabupaten Tegal, Selasa (15/5). 
Lantunan tahlil tiada henti mengiringi jenazah calon bupati petahana usai prosesi penghormatan terakhir dan pelepasan jenazah.

Tidak sedikit pelayat terisak dan meneteskan air mata ketika peti jenazah tiba di Pendapa Amangkurat. Bahkan saat putra sulung almarhum, Firman Haryo Susilo memberikan sambutan pada prosesi pelepasan jenazah, terisak tak mampu menahan sedih. Dalang wayang golek itu meninggal dunia, Senin (14/5) sekitar pukul 19.15 akibat serangan jantung di RSUD dr Soesilo Slawi.

Hadir pada prosesi tersebut, Pelaksana Tugas Gubernur Jawa Tengah Drs Heru Sudjatmoko MSi beserta istri Sudarli, Penjabat sementara Bupati Tegal Sinoeng N Rachmadi, sejumlah kepala daerah, serta Forkopimda setempat.

Plt Gubernur Jateng Drs Heru Sudjatmoko MSi dalam sambutannya mengaku kaget menerima kabat duka, kehilangan saudara dan sahabat. Ki Enthus Susmono yang dicintai rakyatnya telah dipanggil Allah tanpa menderita sakit sebelumnya
 
"Saya yakin, tidak hanya saya tetapi bapak ibu semua juga merasa kehilangan, namun kita orang-orang beriman harus mengikhlaskan Ki Enthus yang kita cintai," kata Heru saat memberi aambutan pada prosesi kehormatan dan pelepasan terakhir almarhum Enthus Susmono di Pendapa Amangkurat Pemkab Tegal. 

Dihadapan ribuan pelayat, Plt Gubernur mengatakan bahwa bupati non aktif Enthus Susmono yang lahir di Kabupaten Tegal, 21 Juni 1966 itu merupakan sosok pribadi yang luar biasa. Almarhum seorang budayawan, seniman, dalang kondang, bahkan ia pun menyatakan dirinya merupakan salah satu penggemar Ki Enthus.

"Jateng mempunyai program pentas wayang, salah satu yang saya pilih adalah Ki Enthus. Jadwal pementasannya setelah pilkada, guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan," bebernya.

Saat melakukan kunjungan kerja bersama almarhum di wilayah Kabupaten Tegal, Heru menuturkan bagaimana Ki Enthus bertegur sapa, sangat ramah dan familiar terhadap masyarakat. 

Selain dikenal ramah, lanjut dia, Ki Enthus merupakan pribadi yang periang dan kehadirannya selalu membawa keceriaan bagi orang-orang di sekitarnya. Seperti saat menghadiri acara di Semarang, apabila sang dalang paparan atau tanya jawab pasti suasana menjadi gembira, tidak ada peserta yang marah apalagi sedih.

"Ki Enthus sangat dicintai rakyat. Tapi Allah berkehendak lain, menurutnya mungkin ini yang terbaik bagi Ki Enthus sekeluarga serta semua orang yang ditinggalkan," ucapnya.

Mantan Bupati Purbalingga itu turut mendoakan, semoga dalang kondang asal Tegal itu dipanggil Allah dalam khusnul khatimah, diampuni segala dosanya, semua amal kebaikannya diterima, dan diberikan tempat sebaik-baiknya disisi Allah SWT.

Putra Enthus Susmono, Firman Haryo Susilo menyampaikan, almarhum merupakan seorang pekerja keras, pribadi pembelajar, dan orang yang kepo. Selama hidupnya bekerja tanpa mengenal waktu, lelah, dan tidak pernah sakit ataupun mengeluh sama sekali. "Kalau mengeluh capek iya, biasanya Abah cuma minum obat terus tidur kemudian bangun sudah guyonan lagi," ujarnya. 

Sejak jadi dalang sampai sekarang menjadi bupati, almarhum selalu bekerja tidak mengenal lelah dan terus belajar mengaji. Bahkan anak pertamanya itu mengaku iri terhadap semangat belajar sang ayah. Terlebih sampai detik akhir usia hidupnya, almarhum tidak merasa capai untuk belajar hingga menghasilkan karya-karya luar biasa dan berbagai prestasi.

“Saya yang muda merasa iri dengan Abah. Beliau seniman yang terus belajar serta rajin mengaji. Saya tidak bisa seperti itu, bahkan saat SMA saya bedud (bandel) dan sering bolos. Ketika saya melihat Abah mengaji dan belajar tentang pemerintahan, mencatat pakai tulisan tangan bukan ketikan, itu yang memotivasi saya untuk terus belajar," terangnya.

Sembari terisak Firman mengatakan, sebenarnya masih banyak hal yang ingin dipertahankan dan dicapai lagi, antara lain pengentasan kemiskinan, penurunan angka pengangguran, memperbanyak pemugaran rumah tidak layak huni, dan jambanisasi.

"Saya atas nama keluarga mohon maaf sebesar-besarnya dan sedalam-dalamnya segala kesalahan Abah selama menjabat maupun sebelum menjabat bupati. Semua kejelekan almarhum mohon dimaafkan, terimakasih kepada pemerintah dan masyarakat Tegal, semoga pengabdiannya selama lima tahun bisa mengantarkan Abah ke surga," harapnya.

(Marni/Puji/Humas Jateng)


Bagikan :

SLAWI- Ribuan pelayat mengantarkan jenazah dalang kondang Ki Enthus Susmono ke peristirahatan terakhir di Desa Bengkle, Kecamatan Talang, Kabupaten Tegal, Selasa (15/5). 
Lantunan tahlil tiada henti mengiringi jenazah calon bupati petahana usai prosesi penghormatan terakhir dan pelepasan jenazah.

Tidak sedikit pelayat terisak dan meneteskan air mata ketika peti jenazah tiba di Pendapa Amangkurat. Bahkan saat putra sulung almarhum, Firman Haryo Susilo memberikan sambutan pada prosesi pelepasan jenazah, terisak tak mampu menahan sedih. Dalang wayang golek itu meninggal dunia, Senin (14/5) sekitar pukul 19.15 akibat serangan jantung di RSUD dr Soesilo Slawi.

Hadir pada prosesi tersebut, Pelaksana Tugas Gubernur Jawa Tengah Drs Heru Sudjatmoko MSi beserta istri Sudarli, Penjabat sementara Bupati Tegal Sinoeng N Rachmadi, sejumlah kepala daerah, serta Forkopimda setempat.

Plt Gubernur Jateng Drs Heru Sudjatmoko MSi dalam sambutannya mengaku kaget menerima kabat duka, kehilangan saudara dan sahabat. Ki Enthus Susmono yang dicintai rakyatnya telah dipanggil Allah tanpa menderita sakit sebelumnya
 
"Saya yakin, tidak hanya saya tetapi bapak ibu semua juga merasa kehilangan, namun kita orang-orang beriman harus mengikhlaskan Ki Enthus yang kita cintai," kata Heru saat memberi aambutan pada prosesi kehormatan dan pelepasan terakhir almarhum Enthus Susmono di Pendapa Amangkurat Pemkab Tegal. 

Dihadapan ribuan pelayat, Plt Gubernur mengatakan bahwa bupati non aktif Enthus Susmono yang lahir di Kabupaten Tegal, 21 Juni 1966 itu merupakan sosok pribadi yang luar biasa. Almarhum seorang budayawan, seniman, dalang kondang, bahkan ia pun menyatakan dirinya merupakan salah satu penggemar Ki Enthus.

"Jateng mempunyai program pentas wayang, salah satu yang saya pilih adalah Ki Enthus. Jadwal pementasannya setelah pilkada, guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan," bebernya.

Saat melakukan kunjungan kerja bersama almarhum di wilayah Kabupaten Tegal, Heru menuturkan bagaimana Ki Enthus bertegur sapa, sangat ramah dan familiar terhadap masyarakat. 

Selain dikenal ramah, lanjut dia, Ki Enthus merupakan pribadi yang periang dan kehadirannya selalu membawa keceriaan bagi orang-orang di sekitarnya. Seperti saat menghadiri acara di Semarang, apabila sang dalang paparan atau tanya jawab pasti suasana menjadi gembira, tidak ada peserta yang marah apalagi sedih.

"Ki Enthus sangat dicintai rakyat. Tapi Allah berkehendak lain, menurutnya mungkin ini yang terbaik bagi Ki Enthus sekeluarga serta semua orang yang ditinggalkan," ucapnya.

Mantan Bupati Purbalingga itu turut mendoakan, semoga dalang kondang asal Tegal itu dipanggil Allah dalam khusnul khatimah, diampuni segala dosanya, semua amal kebaikannya diterima, dan diberikan tempat sebaik-baiknya disisi Allah SWT.

Putra Enthus Susmono, Firman Haryo Susilo menyampaikan, almarhum merupakan seorang pekerja keras, pribadi pembelajar, dan orang yang kepo. Selama hidupnya bekerja tanpa mengenal waktu, lelah, dan tidak pernah sakit ataupun mengeluh sama sekali. "Kalau mengeluh capek iya, biasanya Abah cuma minum obat terus tidur kemudian bangun sudah guyonan lagi," ujarnya. 

Sejak jadi dalang sampai sekarang menjadi bupati, almarhum selalu bekerja tidak mengenal lelah dan terus belajar mengaji. Bahkan anak pertamanya itu mengaku iri terhadap semangat belajar sang ayah. Terlebih sampai detik akhir usia hidupnya, almarhum tidak merasa capai untuk belajar hingga menghasilkan karya-karya luar biasa dan berbagai prestasi.

“Saya yang muda merasa iri dengan Abah. Beliau seniman yang terus belajar serta rajin mengaji. Saya tidak bisa seperti itu, bahkan saat SMA saya bedud (bandel) dan sering bolos. Ketika saya melihat Abah mengaji dan belajar tentang pemerintahan, mencatat pakai tulisan tangan bukan ketikan, itu yang memotivasi saya untuk terus belajar," terangnya.

Sembari terisak Firman mengatakan, sebenarnya masih banyak hal yang ingin dipertahankan dan dicapai lagi, antara lain pengentasan kemiskinan, penurunan angka pengangguran, memperbanyak pemugaran rumah tidak layak huni, dan jambanisasi.

"Saya atas nama keluarga mohon maaf sebesar-besarnya dan sedalam-dalamnya segala kesalahan Abah selama menjabat maupun sebelum menjabat bupati. Semua kejelekan almarhum mohon dimaafkan, terimakasih kepada pemerintah dan masyarakat Tegal, semoga pengabdiannya selama lima tahun bisa mengantarkan Abah ke surga," harapnya.

(Marni/Puji/Humas Jateng)


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu